Ilmu pengetahuan yang diberikan oleh dunia pendidikan sudah dapat dikatakan berhasil untuk membentuk Pak Apriyanto, 37, menjadi seniman yang handal. Memiliki bakat dan talenta yang sejurus kemudian muncul sebagai sosok yang kerap dikagumi oleh para seniman lainnya.
Keahlian yang digelutinya dalam bidang fruit carving telah menjadi cita-citanya sejak lulus SMK. Kala itu, Surabaya Hotel School (SHS) merupakan sekolah perhotelan yang solid dan tangguh. Hingga saat ini pun begitu. Lembaga pendidikan ini telah menghasilkan ratusan ribu lulusan yang dipercaya oleh berbagai hotel dari Aceh hingga Papua.
Beliau mendalami seni fruit carving sejak tahun 2000. Di SHS saat itu, seni mengukir buah diprioritaskan sebagai mata pelajaran pelengkap pada kurikulum pendidikan. Urainya di What's Up (30/11/2017), "Untuk pelajaran fruits & vegetables carvi cuma 8x pertuan. Dah itu kita sudah dapat dasar. Dasanya trampil, sampek dasarnya mahir. Karna d sini tidak ada teori ... langsung praktek."
Hampir semua jenis buah bisa dimanfaatkan untuk membuat aneka seni fruit carving, begitu kiranya keterangan yang pernah diucapkan oleh sang guru, Pak Wahyu Harjanto saat mengajar di depan kelas. Tentunya dengan metode pengolahan yagn tidak biasa, karena proses tersebut memerlukan pelatihan yang rutin.
Jadi meski hanya diberikan rentang pertemuan study yang cukup minim, kinerja Pak Apriyanto tetap mengalami kemajuan dari sisi produktivitas dan kompetensi pada bidang seni mengukir buah. Syarat tersebut dapat terwujud, "Klo kita fokus..serius belajarnya, saya yakin sudah. Tingga pengembanganya. Tergantung kreatifitas sama imajinasi masing2."
Pada tiap konsep pengukiran! Secara realistis sentuhan kreativitas pria kelahiran Bondowoso, 27 April 1980 tidak hanya memiliki dimensi fungsional sebagai karya yang menarik perhatian saja, tapi juga sekaligus mencerminkan unsur-unsur nilai tertentu. Selain menawarkan panorama yang mempesona, ukiran detail yang terpahat pada konstruksi buah dan pilar-pilarnya menambah keindahan hasil tradisional klasik khas budaya nusantara.
Kreasi yang Menawan, Berkat Rutinitas.
Alangkahhnya baiknya saat ia ingin mengetahui lebih detail mengenai definisi dan pengertian seni ukir melalui kontekstual fisik yang hampir serupa. Carving berbahan sabun terpilih sebagai wahana baru guna meningkatkan skill, selain sumber daya es. Olahan bahan-bahan tersebut memang lebih praktis untuk dibentuk.
"Pertama kali bikin dari sabun mwaktu saya mau nikah... saya bikin suvenir dari sabuk pak," begitu cerita sederhana beliau yang indah dikala ia memulai semua ini, "Klo untuk ice carving saya belajarnya pas OJT di sheraton hotel sby tahun 2000. Selepas OJT saya kerja sama dengan senior saya pas OJT. Terima pesanan2 untuk wedding."
Teksturnya tidak terlalu keras. Udah gitu, teknik pengukirannya tidak memerlukan alat dan bahan yang banyak. Hanya bermodalkan sabun mandi seharga Rp. 2 ribu sampai 3 ribu rupiah untuk sekedar modal latihan. Berdasarkan kesempatan yang dimiliki saat itu, sempat ia bekerja sama dengan seniornya yang hingga saat ini masih menjadi partner yang solid. Apalagi kalau dapat job di luar kerja hotel.
Dari sekelumit upaya yang ada, akhirnya ia memperoleh gambaran penting tentang bagaimana memperoleh metode kerja terbaik untuk pengolahan fruit carving. Kemudian tercetuslah ide untuk mengikuti kejuaraan. Hasil yang cukup mengejutkan pun mampu diraihnya pada tahun 2002. Ini merupakan turnamen pertama kali dan berhasil meraih posisi ke 2. Sudah dapat diduga bila pada kejuaraan berikutnya ia dapat meraih posisi yang lebih menjanjikan, ujarnya, "Saat itu yg juara 1 dari shangrila hotel sby."
Untuk sekarang, Pak Apriyanto tidak terlalu berminat untuk mengikuti lomba. Alasannya, "Pingin fokus k regenerasi." Niatnya untuk lengser keprabon pun didukung oleh kesempatan kerja di lembaga pendidikan yang kian padat. Rutinitas kesehariannya adalah sebagai tenaga pengajar bidang seni mengukir buah di Surabaya Hotel School (SHS), sedangkan untuk UK Petra Surabaya hanya sebagai dosen tamu.
Surabaya Hotel School (SHS)
Website: http://www.shs-sby.com/
Alamat: Jl. Joyoboyo No.10, Sawunggaling, Wonokromo, Kota SBY, Jawa Timur 60243
Telepon: (031) 5633608
Sebagai seorang seniman yang berasal dari Bondowoso, ia selalu mengutamakan keindahan pada tiap hasil karyanya. Gaya dan ciri khas nya itu loh. . . . . . .Oportunitas itu tentu saja tidak ia sia-siakan saat menjembatani aktivitasnya di dunia pendidikan bersama kurikulum fruit carving.
Tampaknya, atensi para seniman di Indonesia sangat antusias kepada fruit carving. . . . . . . . .Iya pak. Apalagi sekarang ada komunitasnya, IFC (Indonesia Fruit Carving). Jagi gampang untuk sharing. Selain itu, ada wadah untuk sharing...
Klo jaman saya masih semangat2nya. Dulu mikir2 sendiri pak. Masih belum ada komunitasnya.
Salah satunya adalah Pak Rabbani Art yang kerap menjadi idola, sekaligus teman berdiskusi. Ia pun menganggap pendiri IFC sebagai sosok panutan. Alasannya, "Beliau backgroundnya Bukan orang hotel. Atau Bukan orang dari dunia culineri. Tapi karyanya bisa melebihi orang2 hotelier..."
Hasil olahab fruit carving utk pertama kali, apa ? . . . . . . . . . . . Pertama semangka.
Nah, dari pendidikan fruit carving yang diterima saat itu, berapa banyak karya yang telah anda hasilkan ??. . . . . . . . . .Wah...tak terhitung pak.... soalnya untuk carving harus sering2 nyobak. Pertama kita nyobak berhasil.... lama g nyobak... nanti nyobak lagi agak kaku.
Guna membangun koneksi antara teori dan aktivitas, Pak Apriyanto telah menyiapkan suasana penjelasan yang lebih interaktif dan menyenangkan bagi murid-muridnya. Secar kreatif, penjelasan yang pernah Pak Wahyu Harjanto berikan, ia terjemahkan ulang dalam bentuk sketsa tuntunan gambar yang lebih lengkap.
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.