Tulisan pada artikel dibawah ini, saya ambil dari penyajian video yang ditayangkan oleh Metronews.com.
Senandung ini adalah lantunan pembuka para karamoi asal Kamoro sebelum mulai memahat dan mengukir. Ritual ini dilakukan suku Kamoro agar mereka semangat berkarya demi menghasilkan seni ukir dan pahat yang apik. Seraya meminta izin dari para leluhur agar kegiatan mereka diberkahi.
Adalah The Kamoro Art Craving Exhibition. Sebuah pameran seni ukir dan pahat yang menampilkan karya suku Kamoro, salah satu suku di tanah papua. Di alinea Papua, selama pameran berlangsung pada 25 hingga 28 November 2017, 4 orang pengukir memperlihatkan kemampuan mereka dalam berkarya.
Permisi bapak, boleh saya gabung ?
Saya pegang dengan tangan kiri, sedangkan pemukulnya dengan tangan kanan. Ini, anda membuat Tawakekirau.
Kalau bapak membikin seni ukir ini, Yamate. Berapa lama ?
Kalau kami tidak ada kegiatan di luar atau pekerjaan lain. Bisa 1 hari bisa selesai.
Kami merangkum anak-anak muda, karena dulu sumber kembang. Kami juga takut, jangan kebanyakan main Facebook. Lupa akan adat istiadat atau tradisi Kamoro.
Lebih dari 80 karya seni dipamerkan disini, seperti Yamate atau perisai, dan oemawe dalam berbagai ukuran. Seluruh seni ukir dan pahat yang ada didatangkan langsung dari Timika, Papua oleh pemerhati dan pecinta seni ukir Kamoro.
Luluk Intarti, pemerhati dan pecinta seni ukir Kamoro, “Sebetulnya Ini, bisa jadi satu potensi untuk perekonomian mereka. Untuk regenerasi yang nantinya generasi muda harus tahu tentang histori budayanya mereka. Kalau tidak kita selamatkan, nanti akan habis semua. Gituh! Jadi kami membina generasi muda mengukir Kamoro.”
Nia Zulkarnaen, penyelenggara The Kamoro Art Craving Exhitibion, “Kita ingin mengajak semua juga untuk menghargai. Kalau kita tahu betapa sulitnya membuat sebuah karya seni seperti ukiran kamoro yang indah itu pasti kita akan lebih menghargai dan yang uniknya dari ukiran kamoro ini adalah mereka tidak pernah ada yang sama. Jadi kalau kita punya koleksi di rumah satu, mungkin ada yang sama di tempat lain. Bahwa seni ini dibuat dengan hati.”
Tak sekedar menikmati seni ukir dan pahat karya suku kamoro. Pada The Kamoro Art Craving Exhitibion ini pengunjung juga bisa bergembira bersama dengan para moe dalam lantunan lagu tradisional Kamoro.
Dari Jakarta. Umaya Barkis, Eva Roslita. Metro TV.
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.