Monday, August 1, 2016

Mbak Dea Valencia, Umur 20 Tahun Sudah Menjadi Miliarder Termuda Di Indonesia

Masuk TK (Taman Kanak-Kanak) di usia yang belum genap 2 tahun atau tepatnya 22 bulan. Usia 5 tahun sudah mengikuti pendidikan SD. Hanya 2 tahun menyelesaikan masa pendidikan di SMP serta 2 tahun pula di SMA. Masuk kuliah umur 15 TAHUN dan meraih gelar kesarjanaan pada usia 18 tahun. Kini, usaha batiknya yang bernama Batik Kultur memiliki omzet Rp. 3,5 Milyar per tahun, sekaligus sudah mampu memiliki pasar di laur negeri: Australia, Amerika Serikat, Inggris, Norwegia, Jepang, Singapura, Belanda, dan Jerman.
Mbak Dea Valencia, Umur 20 Tahun Sudah Menjadi Miliarder Termuda
Di Indonesia
Tidak ada karir seorang pengusaha yang dapat berhasil tanpa bantuan dari orang-orang yang tepat. Para pengusaha muda yang telah sukses tentunya sangat mengerti betul tentang aturan ini. Mereka memanfaatkan kecermatan kelompoknya untuk membangun sebuah kredibilitas.

Langsung saja kita mengamati sosok Mbak Dea Valencia, 22. Seorang gadis belia yang manis, lucu, cantik, dan sangat cerdas. Pengalamannya berbisnis memberikan pelajaran: Jika ingin sukses bangunlah bisnis bersama komunitas. Dan memang, sejak awal ia sudah rajin untuk perduli tentang segalanya dari lingkungan sekitar, sampai bersedia untuk merangkul setengah karyawannya berasal dari penyandang cacat.

"Jadi waktu itu ada koleksi mama, dan minta dijualkan dengan online. Ternyata pada proses penjualan itu banyak yang tanya, itu batik tahun berapa? Akhirnya saya mencoba belajar jual online," urai pengusaha belia kelahiran Semarang saat acara Start Up Chalenge (21/07/2016).

Selain Cantik, gadis belia kelahiran Semarang, 14 Februari 1994 1994 mampu menoreh catatan khusus yang pastinya tidak mungkin bisa digapai oleh perempuan seumurnya.
Mbak Dea Valencia, Umur 20 Tahun Sudah Menjadi Miliarder Termuda
Di Indonesia
Selain Cantik, gadis belia kelahiran Semarang, 14 Februari 1994 mampu menoreh catatan khusus yang pastinya tidak mungkin bisa digapai oleh perempuan seumurnya.

Cerita Masa Kecil si Jenius.

Ia dulunya tidak tahu tentang mengapa ibunya mempersiapkan dirinya masuk TK (Taman Kanak-Kanak) di usia belum 2 tahun atau tepanya 22 bulan. Usia 5 tahun sudah mengikuti pendidikan SD. Hanya 2 tahun menyelesaikan masa pendidikan di SMP, serta 2 tahun pula di SMA.

Aneh tapi nyata! Wanita kelahiran 14 Februari 1994 sudah menempuh bangku perkuliahan saat berusia 15 tahun dan sanggup menyelesaikan masa waktu kuliah untuk kelas internasional selama 3,5 tahun. Gelar kesarjanaan secepatnya ia raih ketika masih berusia 18 tahun. Setelah lulus, ia rajin mengurus Bisnis Batiknya. Kebetulan usaha tersebut memang sudah ada. . . . . . . . .????

Walaupun begitu, nilai-nilai kreativitas dalam bisnis dan kemajuan teknologi telah berhasil mengkoordinasian kelebihan Mbak Dea Valencia untuk 100% disosialisaikan bagi kalangan masyarakat yang tidak mampu.
Mbak Dea Valencia, Umur 20 Tahun Sudah Menjadi Miliarder Termuda
Di Indonesia
Walaupun begitu, nilai-nilai kreativitas dalam bisnis dan kemajuan teknologi telah berhasil mengkoordinasikan kelebihan Mbak Dea Valencia untuk 100% disosialisaikan bagi kalangan masyarakat yang tidak mampu.

Semua orang pasti Mampu.

Berusaha membuktikan bahwa kenyataan yang ia raih bukanlah suatu proses yang mustahil. Terhitung sejak tahun 2011, Dea Valencia Budiarto mengawali penggalian kreativitasnya pada usia 17 tahun. Saat itu pun, ia masih menempuh pendidikan semester 4 pada Universitas Multimedia Nusantara untuk program studi Sistem Informasi.

Sempat ia menjelaskan sebab musabab niat usahanya saat bergerak pada usaha batik, dikutip dari Harian Kompas (27/04/2014), "Sebelumnya tidak ada bbackground membatik ataupun keluarga yang memiliki usaha batik. Saya memilih usaha ini karena hobi dan kecintaan saya terhadap batik Indensia, yang ditularkan dari ibu saya. Dan juta, keinginan saya untuk mengoleksi batik yang bagus-bagus, tapi enggak ada uangnya."

Berawal dari modal sebanyak Rp. 50 juta, anak dari Ibu Ariyani Utoyo dan Pak Iskiworo Budiorto sudah berani membentuk usaha dagang batik, bernama Batik Kultur. Tahun pertama, ia menjual batik lawasan atau tidak sempurna (bahan yang agak cacat dan sobek karena dimakan usia). Beberapa bulan kemudian, tokonya sudah mampu menjual baju batik dengan jumlah produksi sebanyak 20 pakaian.

Memulai segalanya dari nol, bahkan ia sendiri yang menjadi model Batik Kultur (https://www.facebook.com/batikkultur). Wajar kalau begitu banyak orang berpendapat bila paras wajahnya sangat cocok saat berhadapan dengan kamera. Mengenai keahlian dalam ilmu gambar menggambar, ia mengaku belum begitu fasih. Sehingga, ia saat itu mengandalkan bantuan dari tenaga seorang desainer.

"Apa yang ada di otak saya transfer ke dia untuk dijadikan gambar," ucapnya kepada Harian Berita Satu (20/01/2014), "Kalau sudah jadi pasti saya bikin prototype ukuran saya sendiri. Saya coba, saya suka apa enggak? Karena saya nggak mau jual barang yang saya sendiri nggak suka. Jadi barangnya itu kalau dilihat tidak terlalu nyentrik, lebih seperti pakaian sehari-hari."

Cerita perjalanan sukses tersebut bukan berarti tidak pernah ada masalah. Mbak Dea pernah mengalami kebingungan selama beberapa minggu, hingga membuat produksinay sempat terhenti. Perihal masalah yang terjadi, yaitu izin hak paten.

Sebenarnya dulu namanya bukan Batik Kultur, tapi Denok Culture. Kebetulan sekali merek tersebut sudah ada yang menggunakan. Lantas, Mengapa ia stress? Kan bisa ganti. Ternyata nama tersebut sangat berarti bagi dia, karena 'Denok' adalah salah satu panggilan imut mbak Dea sejak kecil.

Tentang kebutuhan Pasar! Hanya dalam waktu tempo 3 tahun, konsumen dari Batik Kultur telah ada di berbagai belahan dunia. Sebut saja asar luar negeri seperti Negara-negara di Benua Asia, Amerika, dan Eropa. Kebetulan sekali, strategi pemasarannya cukup mengoptimalkan kinerja dari akun Instagram, Facebook, pameran, serta bantuan pemerintah.
Mbak Dea Valencia, Umur 20 Tahun Sudah Menjadi Miliarder Termuda
Di Indonesia
Tentang kebutuhan Pasar! Hanya dalam waktu tempo 3 tahun, konsumen dari Batik Kultur telah ada di berbagai belahan dunia. Sebut saja asar luar negeri seperti Negara-negara di Benua Asia, Amerika, dan Eropa. Kebetulan sekali, strategi pemasarannya cukup mengoptimalkan kinerja dari akun Instagram, Facebook, pameran, serta bantuan pemerintah.

Melestarikan Kain Tenun Ikat dengan tampilan yang lebih Modern.

Seiring berjalannya waktu, pelanggan terus bertambah dan karya batiknya semakin diminati oleh konsumen. Menurutnya, bisnis batik merupakan bisnis yang tidak memerlukan modal banyak. Pergerakan sirkulasi barang hanya mengandalkan perputaran uang. Strategi pemasarannya pun tidak sulit, Batik Kultur menjadikan akun Instagram (https://www.instagram.com/deavalencia) dan Facebook sebagai media komunikasi terbaik dengan konsumen.

Lantas kemudian, Batik Kultur pun memperluas ragam penjualannya. Menjalin kerjsama dengan beberapa pengrajin di desa Troso Pecangaan, kabupaten Jepara, ia mencoba melestarikan kain tenun ikat tradisional Jawa dengan tampilan yang lebih cantik dan modern. Ternyata juga keseriusan tersebut membuahkan hasil yang cuku berharga untuk sebuah perkembangan. Buktinya, ia saat ini acapkali membeli bahan tenun ikat lebih dari 400 meter ada bulan September 2014. Yang mana pada awalnya, Mbak Dea hanya mampu memesan beberapa meter saja.

Hari terus berjalan dan Batik Kultur semakin terlihat lebih mempesona berkat 900 potong untuk tiap bulan. Belum lagi target pencapaian omzet yang sesuai untuk per tahunnya. Untuk kategori ekspor, Batik Kultur telah menoreh catatan manis bagi Dirjen Bea & Cukai. Sedangkan pasar lokal lebih didominasi oleh para pembeli dari Jakarta.

Perihal niatnya memperkerjakan kaum disabilitas. Semua itu dikarenakan Mbak Dea Valencia ingin memberikan stabilitas untuk nilai-nilai positifisme pada setiap perbedaan yang mereka miliki.
Mbak Dea Valencia, Umur 20 Tahun Sudah Menjadi Miliarder Termuda
Di Indonesia
Perihal niatnya memperkerjakan kaum disabilitas. Semua itu dikarenakan Mbak Dea Valencia ingin memberikan stabilitas untuk nilai-nilai positifisme pada setiap perbedaan yang mereka miliki.

Total Karyawannya 85 orang: 50% adalah Tuna Wicara dan Tuna Rungu.

Nampaknya satu demi satu penerapan rencana kerja telah berjalan stabil. Mbak Dea lantas banyak mengisi waktu luangnya untuk kegiatan sosial. Dari rutinitas tersebut, ia berhasil menempatkan 1/2 (setengah) jumlah total karyawannya untuk kaum disabilitas yang berasal dari LPATR (Lembaga Pendidikan Anak Tuna Rungu) dan sisanya adalah warga sekitar, serta lulusan RC Jebres, Solo untuk kejuruan jahit.

Bagi Dea menjaga komunikasi dengan rekan-rekan pekerja, si kaum kurang mampu, terasa sangat berharga. "Hal utama yang saya dapatkan dari mereka adalah semangat ketekunan dan semangat harus bisa." Sempat juga ia menggambarkan cerita lucu sekaligus harus dari kisah hidup pekerjanya.

Namanya Ari, saat itu pegawai tersebut masih berusia 17 tahun. Mengendarai sepeda tradisional atau naik bis umum adalah transportasi Ari untuk bekerja. Kegiatan tersebut terus ia teladani setiap harinya agar dapat terus beerja di workshop Batik Kultur, Semarang. Sekarang, lanjut Mbak Dea, buku tabungan Ari sudah mampu mengarahan dia untuk membeli sebuah sepeda motor dengan cara mengangsur. "Pertama kali lihat Ari naik motor baru yang dia sangat sayangi, ada perasaan yang tidak bisa tergambaran," ungkap Mbak Dea.

Ada juga pengalaman pegawainya yang lain, yaitu Ibu Tumisih. Hidup ibu tersebut sangat mengharapkan bantuan dari alat gerak pada tubuh dan itu hanyalah siku tangannya, "Mulai dari makan, melepas jahitan, menulis, memasukkan benang ke dalam jarum, hingga mengirim SMS, dia bisa melakukannya sendiri."

Begitupun juga dengan pegawai yang lain. Upah pertama salah satu karyawan difabel, Ibu Sriwati, semuanya diberikan untuk orang tuanya tercinta. Seraya ia menggambarkan kenangan manis tersebut, "Selain untuk membalas budi kepada ibu, Mbak Sriwati juga ingin membuktikan bahwa Ia BISA BEKERJA dan MAMPU MENGHASILKAN seperti yang lainnya."



Masuk TK (Taman Kanak-Kanak) di usia yang belum genap 2 tahun atau tepatnya 22 bulan. Usia 5 tahun sudah mengikuti pendidikan SD. Hanya 2 tahun menyelesaikan masa pendidikan di SMP serta 2 tahun pula di SMA. Masuk kuliah umur 15 TAHUN dan meraih gelar kesarjanaan pada usia 18 tahun. Kini, usaha batiknya yang bernama Batik Kultur memiliki omzet Rp. 3,5 Milyar per tahun, sekaligus sudah mampu memiliki pasar di laur negeri: Australia, Amerika Serikat, Inggris, Norwegia, Jepang, Singapura, Belanda, dan Jerman.Masuk TK (Taman Kanak-Kanak) di usia yang belum genap 2 tahun atau tepatnya 22 bulan. Usia 5 tahun sudah mengikuti pendidikan SD. Hanya 2 tahun menyelesaikan masa pendidikan di SMP serta 2 tahun pula di SMA. Masuk kuliah umur 15 TAHUN dan meraih gelar kesarjanaan pada usia 18 tahun. Kini, usaha batiknya yang bernama Batik Kultur memiliki omzet Rp. 3,5 Milyar per tahun, sekaligus sudah mampu memiliki pasar di laur negeri: Australia, Amerika Serikat, Inggris, Norwegia, Jepang, Singapura, Belanda, dan Jerman.Masuk TK (Taman Kanak-Kanak) di usia yang belum genap 2 tahun atau tepatnya 22 bulan. Usia 5 tahun sudah mengikuti pendidikan SD. Hanya 2 tahun menyelesaikan masa pendidikan di SMP serta 2 tahun pula di SMA. Masuk kuliah umur 15 TAHUN dan meraih gelar kesarjanaan pada usia 18 tahun. Kini, usaha batiknya yang bernama Batik Kultur memiliki omzet Rp. 3,5 Milyar per tahun, sekaligus sudah mampu memiliki pasar di laur negeri: Australia, Amerika Serikat, Inggris, Norwegia, Jepang, Singapura, Belanda, dan Jerman.

Masuk TK (Taman Kanak-Kanak) di usia yang belum genap 2 tahun atau tepatnya 22 bulan. Usia 5 tahun sudah mengikuti pendidikan SD. Hanya 2 tahun menyelesaikan masa pendidikan di SMP serta 2 tahun pula di SMA. Masuk kuliah umur 15 TAHUN dan meraih gelar kesarjanaan pada usia 18 tahun. Kini, usaha batiknya yang bernama Batik Kultur memiliki omzet Rp. 3,5 Milyar per tahun, sekaligus sudah mampu memiliki pasar di laur negeri: Australia, Amerika Serikat, Inggris, Norwegia, Jepang, Singapura, Belanda, dan Jerman.Masuk TK (Taman Kanak-Kanak) di usia yang belum genap 2 tahun atau tepatnya 22 bulan. Usia 5 tahun sudah mengikuti pendidikan SD. Hanya 2 tahun menyelesaikan masa pendidikan di SMP serta 2 tahun pula di SMA. Masuk kuliah umur 15 TAHUN dan meraih gelar kesarjanaan pada usia 18 tahun. Kini, usaha batiknya yang bernama Batik Kultur memiliki omzet Rp. 3,5 Milyar per tahun, sekaligus sudah mampu memiliki pasar di laur negeri: Australia, Amerika Serikat, Inggris, Norwegia, Jepang, Singapura, Belanda, dan Jerman.Masuk TK (Taman Kanak-Kanak) di usia yang belum genap 2 tahun atau tepatnya 22 bulan. Usia 5 tahun sudah mengikuti pendidikan SD. Hanya 2 tahun menyelesaikan masa pendidikan di SMP serta 2 tahun pula di SMA. Masuk kuliah umur 15 TAHUN dan meraih gelar kesarjanaan pada usia 18 tahun. Kini, usaha batiknya yang bernama Batik Kultur memiliki omzet Rp. 3,5 Milyar per tahun, sekaligus sudah mampu memiliki pasar di laur negeri: Australia, Amerika Serikat, Inggris, Norwegia, Jepang, Singapura, Belanda, dan Jerman.

Masuk TK (Taman Kanak-Kanak) di usia yang belum genap 2 tahun atau tepatnya 22 bulan. Usia 5 tahun sudah mengikuti pendidikan SD. Hanya 2 tahun menyelesaikan masa pendidikan di SMP serta 2 tahun pula di SMA. Masuk kuliah umur 15 TAHUN dan meraih gelar kesarjanaan pada usia 18 tahun. Kini, usaha batiknya yang bernama Batik Kultur memiliki omzet Rp. 3,5 Milyar per tahun, sekaligus sudah mampu memiliki pasar di laur negeri: Australia, Amerika Serikat, Inggris, Norwegia, Jepang, Singapura, Belanda, dan Jerman.










Sumber Penulisan:
http://www.ziliun.com/di-tangan-dea-valencia-batik-indonesia-tembus-pasar-dunia/
http://www.ayopreneur.com/domestic-womenpreneur/dea-valencia-pengusaha-muda-di-bisnis-batik
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/799257-usia-22-tahun-dea-sudah-miliki-80-karyawan
http://www.pengusaha.us/2014/12/cewek-unyu-cantik-pengusaha-pula.html
http://lifestyle.liputan6.com/read/2330729/dea-valencia-wajah-baru-indonesia-bawa-batik-mendunia
http://m.tempo.co/read/news/2016/07/21/090789496/belajar-bisnis-dari-pendiri-batik-kultur-dea-valencia
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/01/27/1454054/Pengusaha.Muda.Ini.Berdayakan.Difabel.sebagai.Karyawannya.
http://www.beritasatu.com/mode/161573-dagang-batik-gadis-19-tahun-ini-hasilkan-rp-35-miliar.html
http://www.gulalives.co/2016/04/27/lika-liku-dea-valencia-membesarkan-batik-kultur-hingga-beromzet-miliaran-rupiah/
http://www.suara.com/bisnis/2016/07/22/210307/dea-valencia-gadis-miliuner-pemilik-batik-kultur





No comments:

Post a Comment

Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.

Label

Agama Air Minum Alat Musik Alumunium Angklung Artis Asmara Automotif Bahan Bakar Bali Bambu Bandung Bank Bank Sampah Barang Bekas Batam Batik Becak Beras Besakih Biola Blogspot Boneka Buah-buahan Budaya dan Tradisi Buka Lapak Buku Bunga Burger Burung Cafe Charlie Tjendapati CNBC Cobek Dandung Santoso Daur Ulang Desa Desain Dodol E-mail Eceng Gondok Edie Juandie Ekonomi dan Perdagangan Es Krim Facebook Flipboard Flora dan Fauna Fruit Carving Furnitur Gadget Gamelan Garam Gerai Gerobak Gitar Google Plus Gula Hari Raya Harian Merdeka Haryadi Chou Hewan Hiburan dan Wisata Hidayah Anka Hidroponik Hijab Hotel http://www.duahari.com Hukum dan Politik Indra Karyanto Instagram Internet Internet Marketing ITB Jagung Jajanan Jamu Jamur Tiram Jangkrik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jepang Kain dan Pakaian Kaleng Kalimantan Kamera Kapal Laut Karaoke Kartun Kecantikan Kecap Keju Kelautan Kelinci Kemasyarakatan Kendaraan Kerajinan Kereta Kertas Kiat dan Tip Kisah Hidup Koki Komputer dan Teknologi Kopi Koran Kuda Pustaka Kuliner Kumpulan Kurir LA Time Laptop Si Unyil Lidah Buaya Linkedin Liputan 6 Logam Lukisan Kayu Madu Mahasiswa Mainan Anak-Anak Makanan dan Minuman Malang Martabak Masyarakat dan Persoalannya Matras Melukis & Menggambar Metro TV Mineral Miniatur Minyak Atsiri Mitra Mobil Motor Musik Nana Mulyana Narapidana Net TV Ngatmin Biola Bambu Obat dan Kesehatan Olah Raga Ondel-Ondel Online Organik Organisasi Sosial Pameran Panama Papers Pantang Menyerah Papan Selancar Paper Quilling Pariwisata Peluang Usaha Pemulung Pencucian Pendidikan Penelitian Penemuan Penyanyi Penyiar Peralatan Perhiasan Perikanan Permainan Perpustakaan Pertanian dan Perkebunan Perumahan Peternakan Pinterest Plastik Proses Produksi Psikologi dan Mental Putu Gede Asnawa Dikta Puyuh Radio Rancangan Rendang Resep dan Masakan Restoran Robot Roti Salak Sambal Sampah Sandal Sapi Sayur Mayur Sejarah dan Peradaban Sekolah Semarang Seni Seni Pahat Sepatu Sepeda Sindo News Slamet Triamanto Spa Strikingly Suprapto Surabaya Surat Kabar Tahun Baru Tas Tattoo Techno Park Teh Tekhnologi Televisi Telur Terrarium Tukang Cukur Tumang Twitter Venta Agustri Vespa Wanita dan Keindahan Wawancara Wayang Website Wetz Shinoda What's Up Wine Wordpress Yoga Yogyakarta You Tube