Tuesday, August 23, 2016

Budaya Nusantara?? Ternyata si Pedagang Asongan Lulusan Kelas 3 SD Mau Menjawabnya

Di Pojok Bengkel Jl. Kiara Condong, Bandung, Pak Riki Supriyadi, 32, tengah menyelaraskan nada gamelan. Tampak anak desa lulusan kelas 3 SD berkonsentrasi mendengar suara yang mengalun. Kemudian pemilik Kios Dadeh Bandar Seni berbicara menggunakan bahasa Sunda dengan 15 pegawainya. Berkali-kali ia melakukan hal yang sama. Lelaki berusia 32 tahun tersebut ternyata sudah menghasilkan ratusan gamelan hanya dalam kurun waktu 2 tahun sejak 2014.
Anda Merindukan Budaya Nusantara? Ternyata si Anak Desa Lulusan Kelas
3 SD Mau Menjawabnya?
Begitu indah mengenal seni gamelan. Membiarkan jari-jari mungil menari lincah di atas instrumen. Kumpulan seniman pun terlihat begitu kompak memainkan alat-alat musik khas Jawa tersebut.

Sesuai maknanya, banyak orang menginginkan seni dan budaya Indonesia tidak terkikis karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang arti penting yang telah mereka miliki. Harapan nyata yang ada ternyata direspon secara positif oleh seorang wong cilik dari Jawa Barat.

Namanya, Pak Riki Supriyadi, 32, seorang pedagang alat musik tradisional yang saat ini berdomisili di Bandung. Bermodalkan semangat untuk belajar dan mampu menggunakan kemampuan seadanya menjadi Kunci Sukses perjalanan dalam memperkenalkan hasil kreasinya ke masyarakat luas.

Pak Riki Supriyadi, 32, belajar membuat gamelan dari kakak kandungnya.
Anda Merindukan Budaya Nusantara? Ternyata si Anak Desa Lulusan Kelas
3 SD Mau Menjawabnya?
Pak Riki Supriyadi, 32, belajar membuat gamelan dari kakak kandungnya.
  
Awalnya, Pak Riki Supriyadi hanyalah Penjual Aksesoris jalanan.

Mengawali segalanya dari kesederhanaan, Riki kecil tumbuh dari keluarga yang tidak mampu. "Saya sih banyak sekolah di jalan. Tapi Alhamdulillah," ungkap pria lulusan kelas 3 SD kepada Harian Merdeka (24/01/2016).

Pernah menjalani pekerjaan sebagai guide para wisatawan, jelasnya, "Dulu saya suka ngejar-ngejar turis di hotel." Serta di tahun 1994, ia memiliki konsentrasi usaha sebagai pedagang asongan pada sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta, seperti Pasar Baru.

Tiap hari, Pak Riki muda menjajakan sekumpulan miniatur alat musik, gantungan kunci, dan aneka aksesoris di setiap persimpangan jalan. Waktu jeda di sela-sela kesibukan pun sempat mengilhamkan sesuatu yang sangat berarti tentang masa depan. Hingga suatu saat, lamunannya mendorong dia untuk bercita-cita memiliki sebuah toko alat musik.

Lantas, ia selekasnya belajar membuat dengan tangannya sendiri beberapa aksesoris yang setiap hari diperjual-belikan. Kebetulan sekali, kakak kandungnya memiliki keahlian sebagai pembuat gamelan. Setelah uang tabungannya dirasakan cukup, ia kemudian pulang kampung untuk bekerjasama dengan saudaranya guna mendirikan saung gamelan.

 Setelah terlamun untuk merindukan masa depan yang lebih baik, Bengkel bernama Dadeh Bandar Seni akhirnya terbentuk di tahun 2014.
Anda Merindukan Budaya Nusantara? Ternyata si Anak Desa Lulusan Kelas
3 SD Mau Menjawabnya?
 Setelah terlamun untuk merindukan masa depan yang lebih baik, Bengkel bernama Dadeh Bandar Seni akhirnya terbentuk di tahun 2014.

Pulang Kampung dan Keadaan menjadi Lebih Baik.

Singkat kata! Kios gamelan Pak Riki berjalan sukses. Usaha yang dimulai pada tahun 2014 terletak di Jl. Kiara Condong, Bandung. Kini, kios Dadeh Bandar Seni telah memberikan hasil pendapatan yang lumayan, sebut saja: rumah pribadi, biaya untuk kedua anaknya sekolah, dan 2 mobil angkutan barang.

Perihal pelanggan, bengkelnya senantiasa mengirim karya kerajinannya ke berbagai kota di nusantara dan Negara Malaysia untuk pasar luar negeri. Selain itu, cukup banyak karyawan lepas yang dipekerjakan untuk menjual aneka aksesoris yang telah diproduksi. Bahkan ia berencana membuka toko yang lebih besar di Jl. Laswi. Kira-kira Rp. 30 juta untuk biaya penyewaannya.

Di tokonya ini juga, tiap etalasenya memamerkan berbagai bentuk alat musik yang bisa mengingatkan orang pada kebudayaan nusantara. Misalnya: gamelan wayang, gamelan salendro, celempung, seruling, calung, angklung, jimble, kendang penca, jaipongan, dan kecapi. Harga yang ditawarkan bermacam-macam, mulai yang termurah hingga gamelan profesional mencapai Rp. 15 juta per 1 setnya. Bagi konsumen yang ingin memesan pembuatan gitar dan drum band, mereka perlu kiranya mencoba untuk memainkan juga alat musik dari kreasi Dadeh Bandar Seni secara langsung.

Bilamana karya yang ada masih terasa kurang, instrumen religi dari Timur Tengah seperti Marawis dan Rebana pun dihadirkan. Pernah berbagai acara televisi swasta di tahun 2015 memborong karya-karyanya, terang Pak Riki, "Setahun kemarin saya sampai menjual 15 set marawis, belum lagi hadrahnya." Hadrah (rebana), biasanya para murid SMA dapat membeli dengan harga Rp. 3 juta, sedangkan alat musik tabuh yang berasal dari Kuwait, Marawis dibanderol Rp. 2,5 juta.

Butuh ketekunan kiranya untuk membuat sebuah alat musik, apalagi kapasitas produknya diperuntukkan bagi para turis dari Manca Negara.
Anda Merindukan Budaya Nusantara? Ternyata si Anak Desa Lulusan Kelas
3 SD Mau Menjawabnya?
 Butuh ketekunan kiranya untuk membuat sebuah alat musik, apalagi kapasitas produknya diperuntukkan bagi para turis dari Manca Negara.

Kreasi Tangan dari 15 tenaga Kerjanya telah sampai ke Luar Negeri.

Pernahkan anda tahu? Dua tempat tujuan para wisatawan yang ingin berbelanja arang-barang aksesoris di Bandung. Kebetulan turis luar negeri dari Thailand, Singapura, dan Malaysia sering mengunjungi factory outlet yang terdapat di Dago (Jl. Ir H Juanda) dan Riau (Jl. Martadinata).

Jam dinding Hardrock Café menjadi oleh-oleh yang sering mereka beli. Jam berukuran 50 x 30 cm terbuat dari bingkai kayu yang dilapisi oleh pasir pantai pengandaran. Terpampang pula miniatur alat tabuh bernama drum dan 2 buah gitar listrik berjejer, serta jam dinding bertatahkan logo Hardrock. Karya tersebut ternyata dapat diperjual-belikan secara asongan dan banyak pedagang asongan mengambil dari kios Dadeh Bandar Seni.

Berkat hasil kerajinan tangan dari tenaga kerjanya yang berjumlah 15 orang, Pak Rikini menjual jam dinding Hardrock Café dengan harga yang jauh lebih murah, yakni Rp. 100 ribu. Mereka dibayar dengan sistem komisi. Saat sepi pembeli, kira-kira penjualan yang didapat hanya 10 hingga 15 bingkai per hari. Namun kalau ramai, pesanan sebbanyak 30 bingkai adalah jumlah yang lumrah.

"Kalau ke turis, pedagang asongan bisa menjual bingkai Hard Rock Rp. 200 ribu sampai Rp. 300 ribu," seraya ia mengungkapkan keuntungan sebenarnya dari reseller di kios-kios Dago dan Riau.

No Telepon : 0821-2148-6148
Alamat: Jl. Kiara Condong, Bandung.

Sumber Penulisan:
http://bandung.merdeka.com/profil/tak-lulus-sd-tukang-asongan-ini-kini-jadi-pengusaha-gamelan-sukses-1601240.html
http://bandung.merdeka.com/lapak/jam-dinding-hardrock-caf-oleh-oleh-bandung-yang-digemari-para-turis-1601053.html
http://bandung.merdeka.com/halo-bandung/tahun-kemarin-gamelan-arab-ngetrend-di-bandung-bagaimana-tahun-ini-160114m.html




No comments:

Post a Comment

Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.

Label

Agama Air Minum Alat Musik Alumunium Angklung Artis Asmara Automotif Bahan Bakar Bali Bambu Bandung Bank Bank Sampah Barang Bekas Batam Batik Becak Beras Besakih Biola Blogspot Boneka Buah-buahan Budaya dan Tradisi Buka Lapak Buku Bunga Burger Burung Cafe Charlie Tjendapati CNBC Cobek Dandung Santoso Daur Ulang Desa Desain Dodol E-mail Eceng Gondok Edie Juandie Ekonomi dan Perdagangan Es Krim Facebook Flipboard Flora dan Fauna Fruit Carving Furnitur Gadget Gamelan Garam Gerai Gerobak Gitar Google Plus Gula Hari Raya Harian Merdeka Haryadi Chou Hewan Hiburan dan Wisata Hidayah Anka Hidroponik Hijab Hotel http://www.duahari.com Hukum dan Politik Indra Karyanto Instagram Internet Internet Marketing ITB Jagung Jajanan Jamu Jamur Tiram Jangkrik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jepang Kain dan Pakaian Kaleng Kalimantan Kamera Kapal Laut Karaoke Kartun Kecantikan Kecap Keju Kelautan Kelinci Kemasyarakatan Kendaraan Kerajinan Kereta Kertas Kiat dan Tip Kisah Hidup Koki Komputer dan Teknologi Kopi Koran Kuda Pustaka Kuliner Kumpulan Kurir LA Time Laptop Si Unyil Lidah Buaya Linkedin Liputan 6 Logam Lukisan Kayu Madu Mahasiswa Mainan Anak-Anak Makanan dan Minuman Malang Martabak Masyarakat dan Persoalannya Matras Melukis & Menggambar Metro TV Mineral Miniatur Minyak Atsiri Mitra Mobil Motor Musik Nana Mulyana Narapidana Net TV Ngatmin Biola Bambu Obat dan Kesehatan Olah Raga Ondel-Ondel Online Organik Organisasi Sosial Pameran Panama Papers Pantang Menyerah Papan Selancar Paper Quilling Pariwisata Peluang Usaha Pemulung Pencucian Pendidikan Penelitian Penemuan Penyanyi Penyiar Peralatan Perhiasan Perikanan Permainan Perpustakaan Pertanian dan Perkebunan Perumahan Peternakan Pinterest Plastik Proses Produksi Psikologi dan Mental Putu Gede Asnawa Dikta Puyuh Radio Rancangan Rendang Resep dan Masakan Restoran Robot Roti Salak Sambal Sampah Sandal Sapi Sayur Mayur Sejarah dan Peradaban Sekolah Semarang Seni Seni Pahat Sepatu Sepeda Sindo News Slamet Triamanto Spa Strikingly Suprapto Surabaya Surat Kabar Tahun Baru Tas Tattoo Techno Park Teh Tekhnologi Televisi Telur Terrarium Tukang Cukur Tumang Twitter Venta Agustri Vespa Wanita dan Keindahan Wawancara Wayang Website Wetz Shinoda What's Up Wine Wordpress Yoga Yogyakarta You Tube