Indahnya hasil Revitalisasi Desa di Pulau Dewata dan Pak Putu Gede Asnawa
Dikta adalah tokohnya |
Di sisi lain, memperhatikan para pengunjung ceria, senang, dan sangat jarang yang datang sendirian, memberi rasa yang tak ternilai. Harapan tanpa harus merogoh kocek besar, mereka bisa menikmati keindahan alam yang luar biasa ini. Belum lagi, animo yang cukup tinggi datang dari masyarakat perkotaan, mereka kerap menyukai rutinitas ringan guna melepas kepenatan.
Menempatkan sektor primer (pertanian) dan sektor tersier (pariwisata) kiranya rencana permanen yang sangat berguna untuk membantu peningkatan pendapatan petani. Hal ini tentunya membuka peluang seluas-luasnya bagi komunitas wilayah yang mengkategorikan kerjanya pada sektor Agrowisata. Adalah Pak Putu Gede Asnawa Dikta yang berhasil menyiasati lahan luas agar menarik perhatian masyarakat lokal maupun internasional. Walau penghasilan setiap hari hanyalah jual-beli buah salak.
Berdasarkan persepsi akan aktivitas positif dari orang-orang kampung menjadi daya tarik yang sangat berkualitas bagi wisatawan. Potensi ini pun menarik untuk digarap. Lantas terwujudlah beberapa komplek untuk kios-kios pada kawasan agro-wisata yang meliputi: bangunan permanen, pusat informasi, ticketing, stan kuliner, foto session, tempat peristirahatan berupa gubuk-gubuk, kreanova, stan produk, pusat pemetikan salak, serta kebun eksotis diantara geografis pegunungan dan perbukitan.
Kekayaan Alam dan Penanaman Buah Salak.
Awal ceritanya, Pak Putu Gede Asnawa Dikta mendapatkan kesempatan pada tahun 2012 untuk menyelesaikan tugas karya tulis di Desa Sibetan. Sebuah desa yang berada di Kabupaten Karangasem atau lebih tepatnya di ujung timur Pulau Dewata. Memiliki kondisi iklim basah maupun kering. Keadaan itu cocok sekali untuk penanaman ragam buah salak.
Inspirasi bagi masyarakat sekitar bisa datang dari mana saja, tak terkecuali dari fenomena yang dimiliki sejak 1920-an. “Menurut cerita, salak tumbuh di Sibetan sejak ratusan tahun lalu. Salak adalah tumbuhan yang dimiliki Jero Dukuh Sakti, leluhur di desa ini,” jelas salah seorang petani di dusun tersebut, I Nengah Suparta kepada Harian Tribun News (14/03/2015).
Berdasarkan laporan Dinas Pertanian, jumlah tanaman salak di kabupaten Karang Asem lebih dari 8,3 juta pohon. Daerah sentra salak terdapat di 6 kecamatan, termasuk kecamatan Bebandem. Rata-rata 1 (satu) pohon salak biasa menghasilkan sekitar 4 kg dalam satu kali musim panen. Tanaman salak di Karang Asem terdiri dari 15 jenis varietas, antara lain: salak nangka, salak gula pasir, salak gondok, salak penyalin, dan salak nenas. Secara rasa, salak-salak tersebut dibagi 2 jenis, yakni, salak gula pasir dan salak Bali.
Berkat program Kemanusiaan untuk Warga Desa.
Setelah meneliti lebih lanjut, Pak Putu memperoleh laporan angka analisa yang mengejutkan tentang kondisi pendapatan penduduk. Padahal kenyataaan memaparkan bila desa tersebut sejak tahun 2000 telah menjadi sentra produksi pertanian. Kira-kira 100 ton per tahun di saat panen raya. Namun harga penjualan buah salak yang diharapkan stabil untuk harga sebesar Rp. 5.500/ kg harus mengalami kemerosotan menjadi Rp. 300 hingga Rp. 800/kg di saat kondisi tak normal.
Jarak fluktuasi harga yang cukup jauh kiranya? Belum lagi kapasitas pengetahuan mereka dalam hal pengolahan limbah salak. Efek yang dihasilkan pun benar-benar merugikan ekosistem. Kondisi yang semerawut, aroma yang tak karuan, sampah yang berserakan, dan lingkungan yang tidak sehat kerap menyelimuti keseharian yang ada. Tapi menurutnya, hal luar biasa apabila sampah organik maupun non organik dapat dikelola dengan baik. Inilah dasar pemikiran dia dalam melatarbelakangi terbentuknya program revitalisasi desa yang bertajuk, Agro Wisata Abian Salak (AWAS) pada Juli 2012.
Dimulai dengan mengedukasi masyarakat untuk mengumpulkan sampah atau limbah. Kemudian program kerja berlanjut pada penggalakkan budaya menyortir limbah, pengembangan teknologi pengolahan limbah tanpa menyertai pihak ketiga, pengelolaan perkebunan salak secara organik terpadu, membuka lahan perternakan, peningkatan skill untuk bidang promosi & pemasaran, membangun infrastruktur pendukung, serta secara bertahap menerapkan manajemen modern guna mempersiapkan Desa Sibetan, Kabupaten Karangasem, Bali, untuk menjadi wilayah Agrowisata baru.
Alhasil, kinerjanya saat ini untuk sektor primer (pertanian) telah menghasilkan sebuah perkebunan wisata atau Abian seluas 234 hektar. Mereka pun sudah mampu dikatakan dapat bernafas lega untuk keistimewaan fasilitas yang dimiliki bagi sektor tersier (pariwisata). Karena masyarakat setempat sudah bisa mandiri dalam menyediakan home stay (rumah singgah) dan paket field trip (jalan-jalan berkeliling desa) bagi para turis yang berkenan untuk sekedar menikmati suasana alam bersama kegiatan pemetikan langsung dari perkebunan salak. Udara yang sejuk, jejeran pohon salak nan asri, serta kentalnya kehidupan warga akan Budaya Bali, semua itu benar-benar menawarkan nilai yang sangat berarti untuk para wisatawan arungi. Dan perlu diketahui, Anda TIDAK akan pernah menemukan HOTEL di sana. Unik yah. . . . . . .
Pengolahan Buah Salak setelah Program Awas dijalankan.
Tak heran bila pendidikan yang diterima oleh masyarakat Desa Sibetan selama ini telah menghasilkan sejumlah lahan kerja baru. Kini, buah salak yang ada bisa diolah menjadi beragam kebutuhan panganan, mulai dari manisan, dodol, keripik, sirup, hingga caramel. Jadi jika anda berkunjung kesana semakin banyak pilihan oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Serta dari sekian jenis olahan salak, mungkin kopi biji salak yang akan membuat senyum anda selalu segar.
Setelah dibuat kopi, ternyata rasanya tidak kalah enak dengan kopi pada umumnya. Kopi tersebut pun bisa dipergunakan untuk penyembuhan penyakit, terutama mencegah diabetes. Seduhan yang direbus juga sama sekali tidak mengandung kafein, sehingga tidak membuat ketagihan dan jantung berdetak kencang, serta aman bagi lambung. Pastinya, rasa kopi ini lebih lembut, dan sedikit gurih jika dibandingkan dengan kopi Arabica atau robusta. Ditambah, anda tidak perlu memberi gula terlalu banyak, karena rasanya sudah cenderung manis.
Manfaat salak pun tidak hanya memiliki khasanah hasil pengolahan bagi kebudayaan Asia saja. Anda tahu minuman beralkohol dari Italia berjenis Winery atau Wine? Nah, salah satu kelompok petani di dekat daerahnya, Desa Dukuh telah berhasil memproduksi 27.000 liter wine salak untuk setiap tahunnya. Minuman wine dari hasil olahan CV Dukuh Lestari sejak 2013 mampu mencukupi kebutuhan ekspor ke Eropa melalui jasa distributor khusus dan diberi label, Salacca Wine.
Danamon Social Entrepreneur Award 2015.
Setelah tugas selesai, Pak Putu Gede Asnawa Dikta mengikuti perlombaan yang diselenggarakan oleh Danamon Social Entrepreneur Award 2015 di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta pada 12 November 2015. Tercatat ia memperoleh penghargaan atas perjuangannya dalam membangun wirausaha yang berkelanjutan, bersama 4 kandidat pemenang lainnya.
Ibu Ni Kadek Citra Ekawati (Produk Kecantikan), Ibu Yayah Muslimah, dan Pak Ahmed Tessario (Beras Organik), serta 1 pemenang utama, Pak Fajri Mulya Iresha (Pengolah Sampah Organik). Kelima pengusaha tersebut berhasil menyisihkan 426 peserta setelah keputusan final dirajut melalui sesi pertimbangan yang sangat ketat. Jurinya antara lain: Deputi Menteri Bidang Koperasi dan Usaha Kecil, Choirul Djamhari, Kepala simpan pinjam Bank Danamon, Ketut Alam Wangsa, Guru Besar FE UI, Rhenald Kasali, serta Direktur pemberitaan Media Indonesia, Usman Kansong.
Pendidikan untuk Masa Depan Warga Desa (World’s).
Konsolidasi sosial untuk peningkatan perkembangan masyarakat desa yang dilakukan oleh Pak Putu Gede Asnawa Dikta akan terus berlanjut tiap waktu. Sempat ia menjelaskan kepada saya mengenai aktivitasnya saat ini melalui akun Facebook (10/08/2016), “Saya sedang mengembangkan pendidikan di pedesaan (rural education), beberapa bentuk aksi nyatanya adalah 1. Pondok Belajar Rare Semesta (buku bacaan), 2. Digi Semesta Komputer (Kursus Komputer Gratis), 3. Semesta Kultur (Pelestarian dan Pagelaran Budaya).”
Program terpadu ini merupakan gabungan 3 (tiga) program pemerintah, yakni: Program Anak Usia Dini (PAUD); Program Generasi Sehat Cerdas di bawah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, & Transmigrasi; Program peningkatan mutu guru dan tenaga pendidikan di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Aktualisasi tersebut secara implisit maupun eksplisit memiliki keterkaitan kuat dengan ditumbuh kembangkannya potensi masyarakat desa khususnya anak-anak melalui jenjang pendidikan PAUD (Program Pendidikan Anak Usia Dini), SD, dan SMP.
Oleh sebab itu, PIRS (Pondok Inspirasi Rare Semesta) sebagai organisasi masyarakat desa berusaha sebaik mungkin mewadahi kreativitas masyarakat yang ada berdasarkan ruang inspirasi tanpa batas. “3 Agustus 2016 baru launching Yayasan Pak,” ujarnya. Manfaat yang dihasilkan pun cukup pantas untuk bisa dikatakan Terpercaya, karena PIRS mengayomi sistem pendidikannya dengan metode PALS (participatory action learning system), yang dikembangkan oleh Linda Mayoux pada tahun 2000. Adapun prinsipnya terbagi menjadi 6 skala pemberdayaan, yaitu:
- A defined methodology and systemic learning process, yaitu process pembelajaran yang metodik, komulatif, partisipatif, dan sistematik.
- Multiple perspectives, yaitu dalam pemberdayaan diutamakan pada pencapaian keragaman dan aksi-aksi yang beragam.
- Group learning processes, yaitu pemecahan kompleksitas masalah dunia nyata dengan proses rekognisi melalui inkuiri kelompok dan interaksi.
- Context specific, yaitu pendekatan penanganan masalah secara kontekstual.
- Facilitating experts and stakeholders, yaitu pemanfaatan pakar dan partisipasi masyarakat dalam aksi perbaikan kondisi masyarakat.
- Leading to sustained action, yaitu penguatan kapasitas personal dan lembaga masyarakat dalam mengawal program aksi secara berkelanjutan.
Sumber Penulisan:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/putu-bangun-agrowisata-untuk-kesejahteraan-petani
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/11/13/101917026/Ini.5.Orang.Social.Enterpreneur.Indonesia.versi.Danamon
http://travel.kompas.com/read/2013/12/14/0832371/Desa.Sibetan.Desa.Salak.di.Karangasem
http://www.tribunnews.com/regional/2015/03/14/ini-dia-salak-si-buah-ular-dari-sibetan
http://www.balimediainfo.com/2015/01/agro-wisata-salak-bali-desa-sibetan.html
http://www.balimediainfo.com/2013/10/info-wisata-agro-wisata-desa-sibetan.html
http://danamonawards.org/vote/fourth_candidate.php
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.