Wednesday, September 28, 2016

Batu Cobek buatan Ibu Riyati, 52, Untungnya Rp. 4 juta per Bulan

Walau dianggap sepele, cobek selalu menjadi institusi penting bagi dapur keluarga. Keberadaannya dibutuhkan guna menghaluskan bumbu kala ibunda menyajikan masakan, termasuk aneka sambal dengan berbagai pilihan seduhan resep. Ibu Riyati, 52, namanya. Dia tidak sendiri membuat cobek di daerahnya. Ada 60-an kepala keluarga yang terdapat di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan biasa memasarkan hasil kerjanya hingga luar pulau Jawa. Puluhan pengrajin di desa tersebut, hidup dari membuat cobek yang bahannya diambil dari batu di lereng Gunung Arjuno.
Batu Cobek buatan Ibu Riyati, 52, Untungnya Rp. 4 juta per Bulan
Batu hitam dan berat ini sudah menjadi teman memasak paling favorit bagi para keluarga di Indonesia sejak dahulu kala. Bukan ku menceritakannya tanpa alasan. Alat tradisional yang memiliki manfaat untuk menghaluskan bumbu dan bahan-bahan lainnya.

Cobek namanya. Perangkat masak yang terbuat dari batu dan tahan terhadap pengaruh suhu, air, bahkan benturan sekalipun. Jika lumpang atau cobek yang anda inginkan adalah berasal dari Batu Gunung Arjuno, maka tidak salah untuk ditelaah lebih lanjut. Produksi cobek yang dilakukan telah dijalankan secara turun temurun oleh para pengrajin yang berada di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Tekhnik pembuatan cobek batu yang dibuat penduduk sekitar belum meninggalkan cara manual. Sehingga, tak heran bila sebagian warga di daerah ini sudah mahir membuat cobek pada saat usia yang masih belia. Ibu Riyati, 52, salah satu pengrajin cobek mengatakan bahwa keahlian yang ia miliki dalam membuat lumpang atau lemper memang profesi warisan yang didapat secara turun temurun dari orang tuanya. Acapkali memulai pekerjaan pada pagi hari, hingga sekarang sudah dikenal di berbagai daerah.

Asalnya dari Gunung.

Sekilas tampak perilaku desa melintas diantara hiruk pikuk aktivitas. Kumpulan batu menghadirkan nada kuno saat Ibu Riyati mendeskripsikan proses awal pembuatan cobek batu. Tuturnya kepada Harian Merdeka (03/08/2016), “Dari teman di bawa ke sini dalam bentuk tidak rata atau belum halus.”

Pada masa kegiatan sebelum tahun 1990-an, tahapan proses pembuatan cobek atau cowet dilakukan hanya dengan menggunakan alat-alat tradisional. Dalam hal ini tenaga tangan manusia bersama palunya. “Belinya langsung dari gunung di bawa ke sini,” jelasnya sambil membelah batu menjadi ukuran yang sesuai untuk diproses lebih lanjut.

Kira-kira sekitar 10 – 15 cm untuk ukuran kecil dan 20 – 30 cm untuk ukuran besar. Kalau hasil pembelahan tidak sesuai dan masih menyisakan batu dalam bentuk yang enggak rata, biasanya batu digabungkan dengan benda berlapis besi yang sudah ditempa sampai batu memiliki bentuk. Setelah dirasakan cukup datar, batu dibentuk menjadi bulat menggunakan tatah layaknya pengukir dan tentu, bentuk yang dihasilkan masih-lah kasar.

Biasanya ia menutup seluruh tubuhnya saat bekerja, kecuali mata. Karena debu hasil gesekan antara bahan batu dan mesin gerindra senantiasa beterbangan. Tangan dan kaki pun tak lekang memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan guna menghadapi tekanan saat batu dihaluskan. Ibu Riyati dan warga desa pernah diberikan secara gratis oleh pemerintah setempat pada tahun 2014 berupa alat-alat untuk menghaluskan cobek dan pemecah batu.

Jenis Batunya berbeda dengan Batu Kebanyakan.

Lewat mata pencaharian menghasilkan cobek, ibu Riyanti dan suami, Pak Jernadu, 61, berhasil membesarkan ketiga anaknya. Bahkan hampir semua kepala keluarga di Desa Toyomarto menafkahkan anak-anaknya dari sektor usaha ini. Jumlahnya sekitar 60 pengrajin.

Mobil pick-up berisi batu biasanya datang pada setiap awal bulan. Biaya yang dibayar Rp. 325 ribu hingga Rp. 400 ribu per truk. Cobek buatan warga desa ini dijamin keawetannya dan murah harganya, yaitu mulai harga Rp. 15.000 yang terendah untuk cobek kecil, Rp.  20 ribu untuk yang besar, hingga yang paling besar, ia menjualnya dengan harga di kisaran Rp. 100 ribu.

Ya, lumayan juga sih pendapatannya. Satu bulan omzetnya bisa mencapai Rp. 4 juta. Apalagi saat sang tengkulak langganan datang untuk setiap minggu-nya guna membeli 200 biji. Cobek-cobek diikat setiap 10 buah dan diberi nama pemesannya. “Diberi kardus biar aman saat perjalanan. Mau diantar ke kapal di Tanjung Perak,” Jelas sang Juragan bernama Pak Darsono (50), “Jenis batunya berbeda dengan batu kebanyakan. Tidak keras tetapi juga tidak mudah pecah saat dibentuk atau diukir.”

Tidak hanya sampai Tanjung Perak, Surabaya, jasa pengiriman pun diterima oleh para pelanggan di sekitar Malang Raya, hingga Kalimantan dan Bali. Begitu pula dengan teman sejawat dari desanya. Imbuhnya kepada Harian Tribun News (3 Agustus 2016), “Yang kecil ini 8 ribu rupiah. Kalau yang besar ada yang 15 ribu ada juga yang 25 ribu.”

Orang sering memanggilnya Pak Sutrisno, 55. Ia sudah menyelami pekerjaan sebagai pengrajin ulekan saat masih menempuh pendidikan kelas 2 Sekolah Dasar. Bahkan, ia rela keluar dari sekolah hanya untuk menjalani kesehariannya untuk pekerjaan ini.

Ayah tiga anak ini mengaku bila keseharian kerja dibantu oleh istrinya yang juga sibuk merawat anak-anaknya. Seminggu ia biasanya memproduksi berbagai ukuran untuk 100 cobek. Namun seringkali menghadapi masalah kerugian yang disebabkan oleh kondisi bahan yang kurang baik. “Pokoknya untung, sudah saya lepas. Saya kirim sendiri, kalau ada yang telepon minta kiriman,” jelasnya.



Walau dianggap sepele, cobek selalu menjadi institusi penting bagi dapur keluarga. Keberadaannya dibutuhkan guna menghaluskan bumbu kala ibunda menyajikan masakan, termasuk aneka sambal dengan berbagai pilihan seduhan resep. Ibu Riyati, 52, namanya. Dia tidak sendiri membuat cobek di daerahnya. Ada 60-an kepala keluarga yang terdapat di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan biasa memasarkan hasil kerjanya hingga luar pulau Jawa. Puluhan pengrajin di desa tersebut, hidup dari membuat cobek yang bahannya diambil dari batu di lereng Gunung Arjuno.Walau dianggap sepele, cobek selalu menjadi institusi penting bagi dapur keluarga. Keberadaannya dibutuhkan guna menghaluskan bumbu kala ibunda menyajikan masakan, termasuk aneka sambal dengan berbagai pilihan seduhan resep. Ibu Riyati, 52, namanya. Dia tidak sendiri membuat cobek di daerahnya. Ada 60-an kepala keluarga yang terdapat di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan biasa memasarkan hasil kerjanya hingga luar pulau Jawa. Puluhan pengrajin di desa tersebut, hidup dari membuat cobek yang bahannya diambil dari batu di lereng Gunung Arjuno.Walau dianggap sepele, cobek selalu menjadi institusi penting bagi dapur keluarga. Keberadaannya dibutuhkan guna menghaluskan bumbu kala ibunda menyajikan masakan, termasuk aneka sambal dengan berbagai pilihan seduhan resep. Ibu Riyati, 52, namanya. Dia tidak sendiri membuat cobek di daerahnya. Ada 60-an kepala keluarga yang terdapat di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan biasa memasarkan hasil kerjanya hingga luar pulau Jawa. Puluhan pengrajin di desa tersebut, hidup dari membuat cobek yang bahannya diambil dari batu di lereng Gunung Arjuno.












Sumber Penulisan:
http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-riyati-pengrajin-cobek-batu-dari-gunung-arjuno.html
http://malang.merdeka.com/kabar-malang/menilik-kisah-riyati-perajin-cobek-batu-dari-gunung-arjuno-1608046.html
http://malang.merdeka.com/gaya-hidup/cobek-batu-gunung-arjuno-yang-tersebar-hingga-kalimantan-1608042.html
http://suryamalang.tribunnews.com/2016/08/03/satu-desa-di-malang-penduduknya-jadi-perajin-cobek
http://www.merdeka.com/peristiwa/cobek-batu-gunung-arjuno-dijual-sampai-kalimantan-dan-bali.html


No comments:

Post a Comment

Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.

Label

Agama Air Minum Alat Musik Alumunium Angklung Artis Asmara Automotif Bahan Bakar Bali Bambu Bandung Bank Bank Sampah Barang Bekas Batam Batik Becak Beras Besakih Biola Blogspot Boneka Buah-buahan Budaya dan Tradisi Buka Lapak Buku Bunga Burger Burung Cafe Charlie Tjendapati CNBC Cobek Dandung Santoso Daur Ulang Desa Desain Dodol E-mail Eceng Gondok Edie Juandie Ekonomi dan Perdagangan Es Krim Facebook Flipboard Flora dan Fauna Fruit Carving Furnitur Gadget Gamelan Garam Gerai Gerobak Gitar Google Plus Gula Hari Raya Harian Merdeka Haryadi Chou Hewan Hiburan dan Wisata Hidayah Anka Hidroponik Hijab Hotel http://www.duahari.com Hukum dan Politik Indra Karyanto Instagram Internet Internet Marketing ITB Jagung Jajanan Jamu Jamur Tiram Jangkrik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jepang Kain dan Pakaian Kaleng Kalimantan Kamera Kapal Laut Karaoke Kartun Kecantikan Kecap Keju Kelautan Kelinci Kemasyarakatan Kendaraan Kerajinan Kereta Kertas Kiat dan Tip Kisah Hidup Koki Komputer dan Teknologi Kopi Koran Kuda Pustaka Kuliner Kumpulan Kurir LA Time Laptop Si Unyil Lidah Buaya Linkedin Liputan 6 Logam Lukisan Kayu Madu Mahasiswa Mainan Anak-Anak Makanan dan Minuman Malang Martabak Masyarakat dan Persoalannya Matras Melukis & Menggambar Metro TV Mineral Miniatur Minyak Atsiri Mitra Mobil Motor Musik Nana Mulyana Narapidana Net TV Ngatmin Biola Bambu Obat dan Kesehatan Olah Raga Ondel-Ondel Online Organik Organisasi Sosial Pameran Panama Papers Pantang Menyerah Papan Selancar Paper Quilling Pariwisata Peluang Usaha Pemulung Pencucian Pendidikan Penelitian Penemuan Penyanyi Penyiar Peralatan Perhiasan Perikanan Permainan Perpustakaan Pertanian dan Perkebunan Perumahan Peternakan Pinterest Plastik Proses Produksi Psikologi dan Mental Putu Gede Asnawa Dikta Puyuh Radio Rancangan Rendang Resep dan Masakan Restoran Robot Roti Salak Sambal Sampah Sandal Sapi Sayur Mayur Sejarah dan Peradaban Sekolah Semarang Seni Seni Pahat Sepatu Sepeda Sindo News Slamet Triamanto Spa Strikingly Suprapto Surabaya Surat Kabar Tahun Baru Tas Tattoo Techno Park Teh Tekhnologi Televisi Telur Terrarium Tukang Cukur Tumang Twitter Venta Agustri Vespa Wanita dan Keindahan Wawancara Wayang Website Wetz Shinoda What's Up Wine Wordpress Yoga Yogyakarta You Tube