Thursday, August 18, 2016

900 Mantan PSK dari Gang Dolly Berhasil Meraih KEMERDEKAAN Berkat Pelatihan Kerajinan

900 Mantan PSK dari Gang Dolly Berhasil Meraih KEMERDEKAAN Berkat
Pelatihan Kerajinan
Pelacur acapkali diidentifikasikan sebagai kehidupan amoral, sesat, bahkan jauh dari keyakinan beragama. Jadi, apa yang sebenarnya dirasakan pelacur ketika melakukan aktivitasnya? Ya, pelacur bukanlah profesi yang diingankan dengan sepenuh hati.

Tindakan yang mereka jalani merupakan keterpaksaan sebagai akibat dari ketiadaan pilihan. Seringkali dianggap sebagai makhluk hina dina, dan diam-diam ditiadakan dalam peta interaksi kemanusiaan. Fakta tak terbantahkan pun muncul ke permukaan saat jaringan mafia prostitusi yang tak henti-hentinya menghisap sumber daya tubuh mereka.

Secara umum, kondisinya sangatlah mengenaskan. Ibu Lilik Sulistyowati, 57, salah seorang warga terdekat, mengaku tidak bisa menutup mata dengan keberadaan bisnis prostitusi di Gang Dolly, Kelurahan Putat Jaya, Pasar Kembang, Surabaya. Keberadaan para Perempuan Pekerja Seks Komersial (PSK) menurutnya tak lain merupakan korban dari keterbatasan informasi yang selama ini menggelayuti komunikasi di masyarakat.

Bekerja tanpa pamrih dari tahun 1987 sampai dengan 2014, wanita kelahiran Ujung Pandang kerap menghadapi berbagai rintangan, terutama dari petugas keamanan komplek bordil dan bahkan keluarganya sendiri. Namun, SIAPA yang bisa menghalangi? Ia tetap stabil untuk terus menanamkan motivasi positif kepada para PSK melalui berbagai pendidikan yang dibutuhkan. Hingga saatnya, Yayasan Abdi Asih mampu menghasilkan ribuan siswa Mandiri yang terdiri dari kalangan PSK, ibu-ibu yang menghadapi masalah rumah tangga, serta remaja putus sekolah.

Ibu Lilik Sulistyowati, 57, terlihat begitu bahagia dan acapkali memberikan senyum yang sangat baik saat diundang menjadi tamu pada suatu acara televisi, Kick Andy.
900 Mantan PSK dari Gang Dolly Berhasil Meraih KEMERDEKAAN Berkat
Pelatihan Kerajinan
Ibu Lilik Sulistyowati, 57, terlihat begitu bahagia dan acapkali memberikan senyum yang sangat baik saat diundang menjadi tamu pada suatu acara televisi, Kick Andy.

Anak seorang Perwira Militer.

Ibu yang memiliki nama panggilan, Vera kebetulan tengah hamil 8 bulan saat ditinggal suaminya karena kecelakaan lalu lintas. Dia pun bukan mantan pekerja seks komersial dan Vera hanyalah penduduk setempat yang tinggal dekat dengan kawasan pelacuran tersebut.

Tepatnya di Jl Dukuh Kupang Timur XIII. Sejak kecil Vera memang sudah biasa untuk membantu orang yang sedang menghadapi kesulitan. Ia sering mencuri jatah beras ayahnya yang kebetulan anggota ABRI, untuk dibagikan secara cuma-cuma kepada orang-orang yang kelaparan.

Bukan hal yang mustahil bila jiwanya langsung terusik saat sekumpulan perempuan berjejer di sofa merah untuk secara terang-terangan menawarkan pelayanan seks kepada pria hidung belang. Jelasnya kepada Harian Kontan (18/03/2011), "Hati saya terketuk untuk mengulurkan tangan dan mengentaskan mereka agar diberikan hak yang sama seperti wanita pada umumnya."

Kira-kira di tahun 1987, ia memulai perjuangannya guna meningkatkan taraf hidup perempuan di Gang Dolly. Tentu berbagai rintangan pun dihadapi. Vera harus berkawan dengan para muncikari, rela bermain judi, menjadi bartender, hingga menyamar sebagai penjual jamu. Pukulan keras pun sempat menghampiri wajahnya.

Situasi yang ada juga sempat memberikan masalah bagi internal keluarga. Kata-kata serapah dan fitnah muncul seketika yang nantinya membuat orang tuanya sendiri memisahkan Vera dari anak-anaknya. Tidak sedikit orang-orang dekatnya pun menganggap dia gila karena telah berusaha memanfaatkan para perempuan di gang dolly.


Sebagian besar wanita PSK berasal dari daerah pedesaan yang miskin di Jawa Timur.
900 Mantan PSK dari Gang Dolly Berhasil Meraih KEMERDEKAAN Berkat
Pelatihan Kerajinan
Sebagian besar wanita PSK berasal dari daerah pedesaan yang miskin di Jawa Timur.

Berjuang bersama Sikap yang selalu POSITIF.

Tekanan demi tekanan psikologis tidak henti menerpa langkah hidup Ibu Lilik. Seiring dengan itu, aktivitas penyamarannya telah berhasil membentuk kegiatan arisan bagi kalangan muncikari maupun para PSK.

Uniknya! Ia membentuk program tersebut agar PSK mendapat modal untuk lepas dari pekerjaannya sekarang. Sepertinya kurang deh dan memang benar, Ibu Lilik kemudian mendirikan lembaga yang sekiranya bisa mewadahi berbagai aktivitas di Gang Dolly. Yayasan Abdi Asih memulai kinerja aksi sosialnya di tahun 1991.

Yayasan tersebut juga memiliki konsentrasi kerja untuk penanganan HIV/AIDS bagi kalangan PSK. Kebetulan perihal rencana berasal dari sebuah cerita yang sangat, sangat, sangat, dan sangat mengenaskan. Ada seorang anak remaja berusia 15 tahun terinfeksi penyakit IMS. Entah mengapa? Bapak dan ibunya meninggalkannya dan dia harus menghidupi adik-adiknya. Hingga akhirnya ia harus rela menjual diri walau organ kewanitaannya mengalami kerusakan yang sangat parah.

Tidak terlena dengan situasi, ia pun segera menjelaskan rencana masa depan Yayasan kepada Harian Detik (14/10/2010), "Saya tidak menyuruh para PSK untuk keluar dari kompleks pelacuran tetapi ayo belajar. Meski kini mereka bergelimang uang tetapi masa depan adalah yang utama dan mereka termotivasi untuk belajar tata boga, menjahit serta rias kecantikan. Hal ini sebagai bekal agar mereka bisa mandiri setelah tua nanti."

Yayasan Abdi Asih memberikan berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk 900 PSK di tahun 1991 - 2013.
900 Mantan PSK dari Gang Dolly Berhasil Meraih KEMERDEKAAN Berkat
Pelatihan Kerajinan
Yayasan Abdi Asih memberikan berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk 900 PSK di tahun 1991 - 2013.

Rencana yang Sederhana dan Pasti Bisa Terlaksana secara Nyata.

Lewat Yayasan Abdi yang berdekatan dengan Gang Dolly, wanita kelahiran 20 Mei 1959 kerap membuat dialog partisipatif melalui berbagai pelatihan, seperti: kursus untuk usaha skala kecil, pengadaan jamu sehat, kelompok arisan, rias kecantikan dan berbagai kelas pada bidang garmen atau jahit-menjahit.

Untuk bidang jahit menjahit, para PSK berjumlah 40 orang lebih diberi target untuk menghasilkan baju anak-anak, sarung bantal, taplak meja, dan ben cover dari kain perca. Kegiatan pelatihan hanya memerlukan waktu selama 1 (SATU) BULAN dan mereka nantinya PASTI bisa membuatnya sendiri. Jikalau belum bisa, para siswa dapat meminta bantuan untuk pendidikan tambahan. Pelatihan pun tidak hanya dikhususkan bagi PSK saja. Masyarakat umum bisa ikut mengikuti kegiatan tanpa dipungut biaya.

Sengaja tidak pernah menerima bantuan secara gratis. Prinsip tersebut ternyata bisa membentuk kinerja Ibu Lilik terasa lebih baik dari hari ke hari. Bermodalkan pembelian bahan baku kain bernama kain perca dari perusahaan garment di Surabaya, kini semua anak didiknya telah mampu membuat bed cover ukuran besar yang dijual dengan harga Rp. 80.000, ukuran kecil Rp. 60.000. Tidak terlupa, yayasan pun mampu memproduksi 300 baju anak-anak untuk tiap bulannya. Baju tersebut dijual dengan harga Rp. 10.000 - Rp. 30.000 per helai. Setiap barang jadi dijual ke pasar-pasar, berbagai lembaga yang membutuhkan, dan rumah-rumah sakit yang sudah menjadi pelanggan tetap.

Ia juga senantiasa mengirimkan PSK untuk mengikuti pelatihan memasak dan menjahit yang dikoordinir oleh Pemerintah Surabaya. Antusiasme PSK ternyata cukup mengesankan, dari kuota 15 orang yang bisa ikut pelatihan, terhitung 32 PSK yang mendaftar. Kelas boga pun begitu, dari kuota 15 kursi yang disediakan, sebanyak 29 orang bersedia ikut dalam proses pelatihan.

Lantas Ibu Lilik Sulistyowati juga mengajari para PSK tentang bagaimaan cara membuat tas dari sampah plastik. Ukuran besar biasanya dibanderol Rp. 125 ribu dan ukuran kecil Rp. 25.000. Selain itu mereka juga membuat nasi bungkus. kira-kira sebanyak 300 nasi bungkus per hari dengan harga beli Rp. 4.000 lengkap dengan daging ayam, ikan bandeng, lauk tempe, dan sayur mayur. Kesemuanya dijual kepada para pengujung yang datang ke yayasan.

Terhitung sejak tahun 2014, semua wisma bordil sudah tidak lagi beroperasi dan Walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini menyiapkan sederatan program pendidikan kerajinan dan peluang pasar untuk komoditi ekspor.
900 Mantan PSK dari Gang Dolly Berhasil Meraih KEMERDEKAAN Berkat
Pelatihan Kerajinan
Terhitung sejak tahun 2014, semua wisma bordil sudah tidak lagi beroperasi dan Walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini menyiapkan sederatan program pendidikan kerajinan dan peluang pasar untuk komoditi ekspor.

Semenjak tahun 2014, Gang Dolly akhirnya ditutup.

Geliat aktivitas transaksi seks di kawasan Dolly-jarak sudah bisa dikatakan berakhir total sejak tanggal 18 Juni, 2014. Walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini memastikan perihal penutupan komplek pelacuran Kedung Banteng.

"Sebagai seorang pemimpin, saya harus menunjukkan (pekerja seks) tidak ada yang hina tentang apa yang mereka lakukan," ungkapnya saat penutupan rumah bordil yang telah didirikan sejak tahun 1970 kepada Harian Reuters (24/03/2014), "Ini soal mengamankan masa depan anak-anak mereka dan anak-anak adalah korban terbesar."

Tidak main-main, selekasnya sang Ibu Daerah berencana menjadikan Gang Dolly sebagai pusat jual beli batu akik. "Rencananya Agustus nanti. Kami sudah mengirim beberapa warga di sana untuk belajar soal batu akik ke Pacitan dan Kalimantan," ucapnya dalah suatu sesi wawancara bersama Harian Kompas (31/05/2015).

Sang Ibu pun mengatakan bahwa Pemerintah Kota sudah menutup 6 kawasan prostitusi dan ingin menghidupkan kegiatan ekonomi warga kawasan-kawasan itu. Pemerintah kota sudah berupa menggerakkan ekonomi warga di Dupak lewat usaha kerajinan dan kini warganya sudah bisa mengekspor produk kerajinan.

Bahkan, Ibu Risma menantang pemuda karang taruna di eks lokalisasi Dolly untuk memproduksi casing telepon seluler bergambar ikon Kota Surabaya. Selain akan membantu permodalan, Risma juga berjanji ikut mempromosikan produk-produk tersebut kepada tamu mancanegara.

Selama ini, menurut Ibu Risma, belum ada prduk aksesoris ponsel bergambar ikon Kota Pahlawan. Jelasnya, "Kalau kalian bisa buat itu, nanti saya gunakan sebagai suvenir jika ada tamu dari negara lain atau kota lain di Indonesia berkunjung ke Surabaya." Serta menambahkan, Pemkot Surabaya akan sepenuhnya memfasilitasi upaya tersebut dengan memberikan bantuan alat dan modal hingga pelatihan keterampilan.

Facebook:  https://www.facebook.com/yayasan.abdiasih/


Ibu Lilik Sulistyowati, 57, bukanlah mantan PSK atau Muncikari, tapi wanita kelahiran Ujung Pandang, 20 Mei 1959 memiliki kerinduan akan KEBEBASAN SEBENARNYA bagi para pelacur di Gang Dolly. Bekerja tanpa pamrih sejak tahun 1987 sampai dengan 2014, akhirnya Gang Dolly sudah tidak lagi beroperasi dan para PSK pastinya telah mendapatkan jaminan pendapatan yang halal dari pekerjaan sebagai pengrajin, jahit-menjahit, serta begitu banyak aktivitas positif yang mereka dapatkan dari Yayasan Abdi Asih.Ibu Lilik Sulistyowati, 57, bukanlah mantan PSK atau Muncikari, tapi wanita kelahiran Ujung Pandang, 20 Mei 1959 memiliki kerinduan akan KEBEBASAN SEBENARNYA bagi para pelacur di Gang Dolly. Bekerja tanpa pamrih sejak tahun 1987 sampai dengan 2014, akhirnya Gang Dolly sudah tidak lagi beroperasi dan para PSK pastinya telah mendapatkan jaminan pendapatan yang halal dari pekerjaan sebagai pengrajin, jahit-menjahit, serta begitu banyak aktivitas positif yang mereka dapatkan dari Yayasan Abdi Asih.Ibu Lilik Sulistyowati, 57, bukanlah mantan PSK atau Muncikari, tapi wanita kelahiran Ujung Pandang, 20 Mei 1959 memiliki kerinduan akan KEBEBASAN SEBENARNYA bagi para pelacur di Gang Dolly. Bekerja tanpa pamrih sejak tahun 1987 sampai dengan 2014, akhirnya Gang Dolly sudah tidak lagi beroperasi dan para PSK pastinya telah mendapatkan jaminan pendapatan yang halal dari pekerjaan sebagai pengrajin, jahit-menjahit, serta begitu banyak aktivitas positif yang mereka dapatkan dari Yayasan Abdi Asih.

Ibu Lilik Sulistyowati, 57, bukanlah mantan PSK atau Muncikari, tapi wanita kelahiran Ujung Pandang, 20 Mei 1959 memiliki kerinduan akan KEBEBASAN SEBENARNYA bagi para pelacur di Gang Dolly. Bekerja tanpa pamrih sejak tahun 1987 sampai dengan 2014, akhirnya Gang Dolly sudah tidak lagi beroperasi dan para PSK pastinya telah mendapatkan jaminan pendapatan yang halal dari pekerjaan sebagai pengrajin, jahit-menjahit, serta begitu banyak aktivitas positif yang mereka dapatkan dari Yayasan Abdi Asih.Ibu Lilik Sulistyowati, 57, bukanlah mantan PSK atau Muncikari, tapi wanita kelahiran Ujung Pandang, 20 Mei 1959 memiliki kerinduan akan KEBEBASAN SEBENARNYA bagi para pelacur di Gang Dolly. Bekerja tanpa pamrih sejak tahun 1987 sampai dengan 2014, akhirnya Gang Dolly sudah tidak lagi beroperasi dan para PSK pastinya telah mendapatkan jaminan pendapatan yang halal dari pekerjaan sebagai pengrajin, jahit-menjahit, serta begitu banyak aktivitas positif yang mereka dapatkan dari Yayasan Abdi Asih.














Sumber Penulisan:
http://www.reuters.com/article/us-indonesia-surabaya-idUSBREA2O05520140325
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/berbekal-ketrampilan-vera-mencoba-bebaskan-psk-gang-doly-1
http://forum.detik.com/nenek-lilik-melawan-bodyguard-gang-dolly-sampai-giginya-rontok-t213189.html
http://surabaya.tribunnews.com/2010/08/18/kartono-perintis-taman-bacaan-di-lokalisasi-dolly
http://foto.kompas.com/photo/detail/2014/06/16/66789165314871402851642/kisah-perlawanan-di-kawasan-prostitusi-dolly
http://stcompjogja.blogspot.co.id/p/pendampingan-dan-pemberdayaan-pekerja.html
http://www.ayopreneur.com/sosial/inspirasi-pejuang-martabat-dari-gang-dolly
http://m.tempo.co/read/news/2014/09/17/058607498/bisnis-seks-dolly-berpindah-ke-kembang-kuning
http://indonesia-berwirausaha-sosial.blogspot.co.id/2014/12/lilik-sulistyowati-vera-pendampingan.html
http://www.merdeka.com/peristiwa/insiden-pemukulan-warga-dolly-di-studio-televisi-terekam-kamera.html




1 comment:

Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.

Label

Agama Air Minum Alat Musik Alumunium Angklung Artis Asmara Automotif Bahan Bakar Bali Bambu Bandung Bank Bank Sampah Barang Bekas Batam Batik Becak Beras Besakih Biola Blogspot Boneka Buah-buahan Budaya dan Tradisi Buka Lapak Buku Bunga Burger Burung Cafe Charlie Tjendapati CNBC Cobek Dandung Santoso Daur Ulang Desa Desain Dodol E-mail Eceng Gondok Edie Juandie Ekonomi dan Perdagangan Es Krim Facebook Flipboard Flora dan Fauna Fruit Carving Furnitur Gadget Gamelan Garam Gerai Gerobak Gitar Google Plus Gula Hari Raya Harian Merdeka Haryadi Chou Hewan Hiburan dan Wisata Hidayah Anka Hidroponik Hijab Hotel http://www.duahari.com Hukum dan Politik Indra Karyanto Instagram Internet Internet Marketing ITB Jagung Jajanan Jamu Jamur Tiram Jangkrik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jepang Kain dan Pakaian Kaleng Kalimantan Kamera Kapal Laut Karaoke Kartun Kecantikan Kecap Keju Kelautan Kelinci Kemasyarakatan Kendaraan Kerajinan Kereta Kertas Kiat dan Tip Kisah Hidup Koki Komputer dan Teknologi Kopi Koran Kuda Pustaka Kuliner Kumpulan Kurir LA Time Laptop Si Unyil Lidah Buaya Linkedin Liputan 6 Logam Lukisan Kayu Madu Mahasiswa Mainan Anak-Anak Makanan dan Minuman Malang Martabak Masyarakat dan Persoalannya Matras Melukis & Menggambar Metro TV Mineral Miniatur Minyak Atsiri Mitra Mobil Motor Musik Nana Mulyana Narapidana Net TV Ngatmin Biola Bambu Obat dan Kesehatan Olah Raga Ondel-Ondel Online Organik Organisasi Sosial Pameran Panama Papers Pantang Menyerah Papan Selancar Paper Quilling Pariwisata Peluang Usaha Pemulung Pencucian Pendidikan Penelitian Penemuan Penyanyi Penyiar Peralatan Perhiasan Perikanan Permainan Perpustakaan Pertanian dan Perkebunan Perumahan Peternakan Pinterest Plastik Proses Produksi Psikologi dan Mental Putu Gede Asnawa Dikta Puyuh Radio Rancangan Rendang Resep dan Masakan Restoran Robot Roti Salak Sambal Sampah Sandal Sapi Sayur Mayur Sejarah dan Peradaban Sekolah Semarang Seni Seni Pahat Sepatu Sepeda Sindo News Slamet Triamanto Spa Strikingly Suprapto Surabaya Surat Kabar Tahun Baru Tas Tattoo Techno Park Teh Tekhnologi Televisi Telur Terrarium Tukang Cukur Tumang Twitter Venta Agustri Vespa Wanita dan Keindahan Wawancara Wayang Website Wetz Shinoda What's Up Wine Wordpress Yoga Yogyakarta You Tube