Friday, December 22, 2017

Yusron Sudiono, Pelukis Beraliran Pointilisme


Titik-titik itu kian digemari, mencoba terus berekspresi dengan cara yang unik. Semacam gaya seni lukis pointilisme katanya. Yang mana tiap sentuhan titik dijadikan komponen utama dalam pembentuk setiap makna seni. Bukan lagi hanya sekedar alat bantu.

Ingin mengetahui lebih banyak tentang pointilisme, itu berarti sama saja membicarakan seni lukis beraliran do painting atau dot art. Bapak dari dot painting Indonesia adalah I Gusti Ngurah Gede Pemecutan, yang memperkenalkan gaya seni lukis ini sejak tahun 1959. Banyk seniman kala itu menggunakan kuas sebagai alat melukis, ia sendiri secara konsisten merubah pola kebiasaan itu melalui sidik jarinya.

Banyak karya seni dari Mbah Ngurah Gede menjadi inspirasi bagi para seniman muda nusantara. Mereka pikir bahwa presisi ilmiah dan percakapan unik pada dot painting akan meningkatkan kualitas seni tanpa menghilangkan sisi spontanitas. Pak Yusron Sudiono, 41, contohnya, "Sya melihat dotbpainting sangat beda dengan lukisan yang lain..disamping perpaduan warna dan membuat lukisan menjadi timbul," begitu terangnya di Facebook (12/12/2017).

Melukis dengan gaya Dot Art di atas permuakan kanvas cukup rumit. Tahap pertama, proses penuangan calcium atau cat dasar di atas media, usahakan semua pori-pori kain tersentuh. Tujuannya supaya hasil lebih rata dan cat lukis bisa menempel secara sempurna. Lalu jemur hingga kering, baru kemudian diamplas sampai halus. Selanjutnya, baru proses painting dapat dilakukan.

Nah disitu, pria asal Bondowo membuat titik-titik menggunakan alat khusus sesuai konsep warna dan lukisan yang diinginkan. Setelah proses pembentukan motif selesai, barulah pengerjaan dot art-nya. Dari sketsa yagn sudah terbentuk, proses dot berjalan secara seksama dan perlahan mengikuti alur motif. Sampai kinerja dot art itu selesai dan lolos kuisi, baru kemudian masuk ke proses finishing.

Yusron memilih cat berbahan dasar senyawa air, agar mudah dibersihkan jika tumpah. Penggunaan warna bebas-bebas saja. Yang penting berani memadu padankan tiap elemen guna menghasilkan nuansa baru. Gambar juga tampil menjadi lebih hidup. Enggak terlupa pada bagian yang jelas-jelas berfungsi menghasilkan kualitas. Itu berbicara tentang ketelitian saat proses furnish dilakukan. Jadi benar-benar hasilnya dapat melindungi dan mempercantik, serta memperkilap.

Penelusuran Lebih Lanjut.

Waduh, ternyata tak semudah yang kita lihat. Butuh ketelitian dan kesabaran ketika menumpahkan cat agar tidak terlalu banyak. Karena cat yang terlalu banyak dapat merusak motif yang sudah ada.

Disitulah proses pembelajaran memiliki arti yang sesungguhnya. Begitupun juga perjalanan karir seni yang dialami oleh Pak Yusron sendiri. Dimulai pada tahun 2013, paparnya, "Sya belajar lukis dari seorang teman yng pada waktu itu lagi ngetrend di bali lukisan dot painting." Jenjang waktu yang dibutuhkan untuk bisa menghasilkan lukisan Dot Art hanya memerlukan proses pendidikan selama 1 bulan. "Iya mas..sya klo sudah senang pasti menekuninya."

Mulai tahun 2016, ia baru berani menggeluti usaha dot painting, dalam artian usaha sendiri. Total mandiri sektiar bulan Januari 2017, karena sepanjang jeda ia harus mencari solusi untuk memperoleh channel, guna menjajakan hasil karya seninya. Hasil pencapaiannya pun sangat mengejutkan, yakni telah memiliki langganan di 3 negara berbeda: Australia, Brazil, dan Belanda.

Nama galeri: Dyuna Art Bali.
Alamat: Jln. Tendean, Kediri, Tabanan Bali.
Telepon dan WA: 0823-3972-4432.


Sebelumnya. Karya seni apa yang telah anda tekuni ??. . . . . . . .Sya pernah menekuni didunia musik..sebelum melangkah ke seni lukis dot painting.Sebelumnya. Karya seni apa yang telah anda tekuni ??. . . . . . . .Sya pernah menekuni didunia musik..sebelum melangkah ke seni lukis dot painting.
Yusron Sudiono, Pelukis Beraliran Pointilisme
Sebelumnya. Karya seni apa yang telah anda tekuni ??. . . . . . . ."Sya pernah menekuni didunia musik..sebelum melangkah ke seni lukis dot painting."


Benar mas..sebenarnya lukisan ini berasal dari suku aborigin Australia. Cmn mngkin seniman indonesia lbih kreatif hingga mnjadi lukisan yang indah.
Yusron Sudiono, Pelukis Beraliran Pointilisme
"Benar mas..sebenarnya lukisan ini berasal dari suku aborigin Australia. Cmn mngkin seniman indonesia lbih kreatif hingga mnjadi lukisan yang indah."


Untuk pengerjaan "1" (Satu) lukisan dot painting. Berapa lama ?? . . . . . Tergantung terik matahari mas..klo cuaca terik bisa satu hari.
Yusron Sudiono, Pelukis Beraliran Pointilisme
Untuk pengerjaan "1" (Satu) lukisan dot painting. Berapa lama ?? . . . . . "Tergantung terik matahari mas..klo cuaca terik bisa satu hari."


Kemudian, harga jualnya. Kisaran berapa saja ??. . . . . . . . 200 rb sampai 1 jt.
Yusron Sudiono, Pelukis Beraliran Pointilisme
Kemudian, harga jualnya. Kisaran berapa saja ??. . . . . . . . "200 rb sampai 1 jt."





Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.

Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.

Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.

Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.

Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.Berawal dari trend yang sedang berlangsung waktu itu di pulau dewata, maka muncullah ide bagi Pak Yusron Sudiono, 41, untuk lebih mendalami seni lukis beraliran pointilis. Setelah 4 tahun mempelajarinya, pria kelahiran Bondowoso, 13 April 1976 terhitung dapat dikatakan berhasil dalam mengembangkan kemampuan seninya. Padahal sebelumnya, semua ini hanya iseng-iseng saja, namun tetap serius.



No comments:

Post a Comment

Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.

Label

Agama Air Minum Alat Musik Alumunium Angklung Artis Asmara Automotif Bahan Bakar Bali Bambu Bandung Bank Bank Sampah Barang Bekas Batam Batik Becak Beras Besakih Biola Blogspot Boneka Buah-buahan Budaya dan Tradisi Buka Lapak Buku Bunga Burger Burung Cafe Charlie Tjendapati CNBC Cobek Dandung Santoso Daur Ulang Desa Desain Dodol E-mail Eceng Gondok Edie Juandie Ekonomi dan Perdagangan Es Krim Facebook Flipboard Flora dan Fauna Fruit Carving Furnitur Gadget Gamelan Garam Gerai Gerobak Gitar Google Plus Gula Hari Raya Harian Merdeka Haryadi Chou Hewan Hiburan dan Wisata Hidayah Anka Hidroponik Hijab Hotel http://www.duahari.com Hukum dan Politik Indra Karyanto Instagram Internet Internet Marketing ITB Jagung Jajanan Jamu Jamur Tiram Jangkrik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jepang Kain dan Pakaian Kaleng Kalimantan Kamera Kapal Laut Karaoke Kartun Kecantikan Kecap Keju Kelautan Kelinci Kemasyarakatan Kendaraan Kerajinan Kereta Kertas Kiat dan Tip Kisah Hidup Koki Komputer dan Teknologi Kopi Koran Kuda Pustaka Kuliner Kumpulan Kurir LA Time Laptop Si Unyil Lidah Buaya Linkedin Liputan 6 Logam Lukisan Kayu Madu Mahasiswa Mainan Anak-Anak Makanan dan Minuman Malang Martabak Masyarakat dan Persoalannya Matras Melukis & Menggambar Metro TV Mineral Miniatur Minyak Atsiri Mitra Mobil Motor Musik Nana Mulyana Narapidana Net TV Ngatmin Biola Bambu Obat dan Kesehatan Olah Raga Ondel-Ondel Online Organik Organisasi Sosial Pameran Panama Papers Pantang Menyerah Papan Selancar Paper Quilling Pariwisata Peluang Usaha Pemulung Pencucian Pendidikan Penelitian Penemuan Penyanyi Penyiar Peralatan Perhiasan Perikanan Permainan Perpustakaan Pertanian dan Perkebunan Perumahan Peternakan Pinterest Plastik Proses Produksi Psikologi dan Mental Putu Gede Asnawa Dikta Puyuh Radio Rancangan Rendang Resep dan Masakan Restoran Robot Roti Salak Sambal Sampah Sandal Sapi Sayur Mayur Sejarah dan Peradaban Sekolah Semarang Seni Seni Pahat Sepatu Sepeda Sindo News Slamet Triamanto Spa Strikingly Suprapto Surabaya Surat Kabar Tahun Baru Tas Tattoo Techno Park Teh Tekhnologi Televisi Telur Terrarium Tukang Cukur Tumang Twitter Venta Agustri Vespa Wanita dan Keindahan Wawancara Wayang Website Wetz Shinoda What's Up Wine Wordpress Yoga Yogyakarta You Tube