Thursday, June 30, 2011

Omzetnya Rp. 20 juta per Hari dan Modal Awal Pak Marsono hanya Rp. 35 ribu

Peruntungan hidup yang lantas secepat berubah setelah Pak Marsono menikah dengan Ibu Ilmukodah.Prinsip memanfaatkan uang dengan benar adalah cikal bakal dari semuanya.Setelah lulus SD. Marsono menyusul ibunya ke yogya. Tapi, bayangkan bisa melanjutkan sekolah dengan mulus, kandas. Kelas II SMP dia drop out. Usaha orangtuanya, jual material bangunan, kembang kempis. Dia harus keluar sekolah. Lalu terpanggil ikut kerja membantu ibunya.

Bermodal ketekunan dan kejujuran Marsono ikut membantu usaha orangtuanya. Dia cermati, mengapa usaha orangtuanya tidak berkembang. Sampai akhirnya dia tahu dimana letak kesalahannya.
Sebab utamnya pada pengelolaan keuangan. Seharusnya uang hasil usaha digunakan untuk mengembangkan dagangan agar lebih besar. Tidak lantas digunakan untuk usaha yang lain.

Usia 18 tahun, Marsono berani menikahi Imukodah. Dari perkawinannya, kini dikaruniai tiga orang anak. Anak pertamanya, sarjana farmasi yang kini punya usaha apotek di Dlingo Bantul. Sulungnya itu telah memberinya cucu.
Anak kedua kuliah di Fakultas Hukum UII. Si bungsu masih di sekolah lanjutan. Kepada tiga anaknya dikenalkan bagaimana jerih payahnya mencari uang. Ada semacam kewajiban sepulang sekolah harus ikut membantu menjaga toko.

Saya memulai usaha dengan modal Rp.35 ribu hanya cukup untuk sewa tempat,” ungkap Marsono yang merasa beruntung didampingi oleh istrinya, Imukodah dalam melakoni lara-lapa.

Saat itu, tahun 1983, situasi sangat sulit. Langkah awal yang dilakukan, membuka usaha jual material. Awal mula usaha, hanya ada pasir satu cold dan batu bata titipan sebanyak seribu buah untuk menambah modal. Marsono menyewa becak yang kemudian digunakan untuk mengangkut sampah.

Dia jadi tukang buang sampah dari beberapa juragan kaya di seputar Karangkajen dan Prawirotaman. Ketika ada sampah bongkaran rumah, batu bata yang masih bisa dimanfaatkan, dia kumpulkan. Lantas ditumbuknya menjadi semen merah. Lalu dijual.

Imukodah berperan sebagai pengayak, menyaring remukan batu bata lembut (disebut semen merah). Itu pekerjaan berat dan butuh ketelatenan. Jarang ada perempuan muda yang mau menjalani pekerjaan itu.

Permintaan bahan bangunan sangat banyak dan lancar. Di antar sendiri semua pesanan dengan becak sewaan. Melayani konsumen dengan ramah, tepat waktu dan jujur. Itulah yang menjadi prinsipnya berdagang. Pesanan material semakin besar. Di tak sanggup lagi menanganinya sendiri.

Kemudian sewa gerobak sapi sekaligus dengan kusirnya. Perlahan dan pasti, usahanya berkembang. Aliran rezeki pun semakin lancar. Dan, untuk mendukung perkembangan usaha, tahun 1984, Marsono membeli colt bekas keluaran 1974 seharga Rp. 275 ribu.

Prinsip memanfaatkan uang dengan benar. Maksudnya uang dari hasil usaha digunakan untuk menambah modal usaha. Untuk makan sehari-hari saya melakukan kerja sampingan buang sampah itu”, kenangnya.

Berkah dari ketekunan akhirnya mengucur bagaikan curahan hujan yang membasahi bumi. Banyak proyek yang mengambil bahan material dari pangkalannya.

Modal pun samakin kuat. Lantas, dia mulai membeli tanah yang dipakainya untuk tempat usaha secara bertahap. Sampai akhirnya tanah seluas 6 ribu meter persegi tuntas terbeli. Di tempat itulah kini menjadi lokasi bisnis Marsono bernama UD Ika Sari.

Ada dua bangunan yang besar dan megah di lokasi itu. Sebelah barat bangunan lantai dua dijadikan tempat tinggalnya. Sebelah timur bangunan yang luas, bagian depan dijadikan tOko, bengkel las dan pertukangan kayu.

Pun di sisa lahan yang begitu luas, tumpukan material pasir cukup tinggi menggunung. Bongkahan batu kali pun demikian.

Selain itu, di pekarangan belakangan digunakan untuk pabrik batako, paving dan loster. Untuk mengantar pesanan material ke konsumen sudah ada 10 armada colt dan 2 armada truk miliknya yang siap melayani pembeli.

Marsono benar-benar fokus pada usahanya. Segala macam bahan yang berkaitan dengan bangunan semua lengkap tersedia di tokonya. Kegiatan lainnya (las, pertukangan kayu dan pembuatan batako, paving, loster) semata untuk mendukung usaha barunya di dunia properti.

Sudah puluhan unit rumbah dibangunnya dengan harga lebih dari Rp. 300 juta per unit. Dia pun mendulang penghasilan fantastis dari usahanya itu. Omzet perharinya kisaran Rp. 20 juta.

Meski demikian, semua itu tidak lantas membuat Marsono takabur. Dia tetap sebagaimana adanya. Sifatnya yang sederhana, dan tidak neko-neko. Dengan kelebihan harta yang dimilikinya dia pun tidak melupakan perjuangannya.

Sehingga secara tertib dia selalu menyisihkan keuntungan untuk sedekah, zakat dan membantu sesama yang membutuhkan pertolongan. Ini kedermawanan yang ketika kecil dulu, tak pernah terbayangkan.

Semua ini wajib disyukuri. Bisa membantu banyak orang, setidaknya saya memiliki manfaat buat orang lain. Terlebih bagi keluarga,” tukasnya mengakhiri kisahnya pada Kedaulatan Rakyat.



No comments:

Post a Comment

Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.

Label

Agama Air Minum Alat Musik Alumunium Angklung Artis Asmara Automotif Bahan Bakar Bali Bambu Bandung Bank Bank Sampah Barang Bekas Batam Batik Becak Beras Besakih Biola Blogspot Boneka Buah-buahan Budaya dan Tradisi Buka Lapak Buku Bunga Burger Burung Cafe Charlie Tjendapati CNBC Cobek Dandung Santoso Daur Ulang Desa Desain Dodol E-mail Eceng Gondok Edie Juandie Ekonomi dan Perdagangan Es Krim Facebook Flipboard Flora dan Fauna Fruit Carving Furnitur Gadget Gamelan Garam Gerai Gerobak Gitar Google Plus Gula Hari Raya Harian Merdeka Haryadi Chou Hewan Hiburan dan Wisata Hidayah Anka Hidroponik Hijab Hotel http://www.duahari.com Hukum dan Politik Indra Karyanto Instagram Internet Internet Marketing ITB Jagung Jajanan Jamu Jamur Tiram Jangkrik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jepang Kain dan Pakaian Kaleng Kalimantan Kamera Kapal Laut Karaoke Kartun Kecantikan Kecap Keju Kelautan Kelinci Kemasyarakatan Kendaraan Kerajinan Kereta Kertas Kiat dan Tip Kisah Hidup Koki Komputer dan Teknologi Kopi Koran Kuda Pustaka Kuliner Kumpulan Kurir LA Time Laptop Si Unyil Lidah Buaya Linkedin Liputan 6 Logam Lukisan Kayu Madu Mahasiswa Mainan Anak-Anak Makanan dan Minuman Malang Martabak Masyarakat dan Persoalannya Matras Melukis & Menggambar Metro TV Mineral Miniatur Minyak Atsiri Mitra Mobil Motor Musik Nana Mulyana Narapidana Net TV Ngatmin Biola Bambu Obat dan Kesehatan Olah Raga Ondel-Ondel Online Organik Organisasi Sosial Pameran Panama Papers Pantang Menyerah Papan Selancar Paper Quilling Pariwisata Peluang Usaha Pemulung Pencucian Pendidikan Penelitian Penemuan Penyanyi Penyiar Peralatan Perhiasan Perikanan Permainan Perpustakaan Pertanian dan Perkebunan Perumahan Peternakan Pinterest Plastik Proses Produksi Psikologi dan Mental Putu Gede Asnawa Dikta Puyuh Radio Rancangan Rendang Resep dan Masakan Restoran Robot Roti Salak Sambal Sampah Sandal Sapi Sayur Mayur Sejarah dan Peradaban Sekolah Semarang Seni Seni Pahat Sepatu Sepeda Sindo News Slamet Triamanto Spa Strikingly Suprapto Surabaya Surat Kabar Tahun Baru Tas Tattoo Techno Park Teh Tekhnologi Televisi Telur Terrarium Tukang Cukur Tumang Twitter Venta Agustri Vespa Wanita dan Keindahan Wawancara Wayang Website Wetz Shinoda What's Up Wine Wordpress Yoga Yogyakarta You Tube