Mengintip Empuknya Bisnis Sandal Bersama Pak Sigit Dari Malang
|
Selain memang nyaman dipakai
sebagai teman terbaik untuk melangkah, model alas kaki yang satu ini memang
sangat diminati oleh berbagai lapisan masyarakat. Mungkin saja identifikasi
bentuknya yang mirip dengan sepatu.
Alas kaki yang menggunakan tali berbentuk
huruf V sebagai penjepitnya. Sederhana, toh? Banyak orang desa bisa membuatnya.
Namun tetap, siapa sangka ‘hanya’ dengan berjualan sandal, kehidupan Pak Sigit,
40, terlihat lebih mencukupi. Saya kira idiom berikut mampu mewakilinya, “Being
low on the heel doesn’t mean you have to be low on the fashion radar.”
Memulai karir usahanya sebagai penyalur
kebutuhan sayur mayur di beberapa Hotel. Pria kelahiran Banyuwangi dalam
sekejap harus mengalami kepailitan karena peristiwa Bom Bali 2 pada 2005. “Dulu
saya sempat menganggur dan sempat membuat usaha kuliner namun kurang berhasil,
namun karena terbentur harus memenuhi kebutuhan keluarga akhirnya saya mecoba
membuat usaha sandal ukir ini,” Terangnya mengenai langkah selanjutnya kepada
Cendana News, Juli 2015.
6 Tahun telah berlalu, kini lulusan
dari Universitas Widyagama untuk Fakultas Ekonomi bangkit kembali dengan usaha
barunya, yaitu penjual Sandal Jepit Ukir. Ia mengaku ide kreatifnya berawal
pada tahun 2011 ketika dia melihat bahwa sandal adalah salah satu kebutuhan
pokok bagi masyarakat Indonesia dan perlengkapan yang sangat diperlukan untuk
aktivitas mereka sehari-hari. Ia kemudian menambakan keterangannya kepada
Harian Merdeka, 1 Oktober 2015, “Tapi sandal yang bagaimana? Sandalnyapun harus
menarik dan berbeda dengan sandal yang lain karena kalau membuat sandal seperti
pada umumnya saya akan kalah bersaing. Dari situ akhirnya saya mencoba
berinovasi untuk membuat sendiri usaha sandal ukir dengan modal yang tidak
terlalu besar."
Berbeda dengan sandal-sandal di
pasaran. Kreasi sandal milik warga di Perumahan Sawojajar, Malang tergolong eksklusif,
menarik, anggun, dan lebih memiliki nilai jual. Gambar dan tulisan pada sandal
didesain langsung oleh Pak Sigit menggunakan tangan. Tidak ketinggalan untuk
bagian tapak kaki, lapisan bawah menampilkan gambar yang juga sangat menarik.
Semua itu terbentuk melalui guratan lukisan dari bantuan peralatan soldernya.
Ia mempekerjakan 1 orang untuk
menghasilkan 30 pasang sandal perharinya. Awal promosinya hanya dari mulut ke
mulut. Namun demikian, ia tidak pernah patah arang dan terus berinovasi hingga sampai
suatu waktu, usahanya berjalan sukses hingga sekarang. Melalui harga perpasang
rata-rata Rp. 35 ribu s/d Rp. 45 ribu, kini Pak Sigit mampu mencukupi
permintaan produsen sebanyak 200 buah per bulan untuk daerah Museum Angkut,
Jatim Park, Singkawang, Jember, Blitar hingga Lombok.
"Dulu pertama kali motif yang
saya buat adalah motif bunga, karena dulu sandalnya memang diperuntukan untuk
perempuan, namun sekarang juga sudah tersedia sandal ukir untuk laki-laki
dengan berbagai motif seperti tengkorak, singa,suku Indian, bola dan motif
lain," ungkapnya, sambil ia menerangkan bahwa semura proses kinerja terasa
lebih cepat saat ini karena semuanya telah dibantu oleh Mesin yang baru dibeli.
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.