Friday, June 17, 2016

"2 Tahun Saja Untuk Belajar": Ibu Bertha Suranto Mampu Meraih Laba Dari Hidroponik

Ha! Cukup 2 (dua) TAHUN KURANG, si Ibu yang takut sama cacing sudah bisa dikatakan Sangat Ahli dalam bidang tanaman Hidroponik. Ya, sayuran Hidroponik memiliki kelebihan dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional. Rasanya lebih sehat dan lebih segar.
"2 Tahun Saja Untuk Belajar": Laba Dari Hidroponik Bersama Ibu
Bertha Suranto

Senang sekali rasanya bila saya kembali menulis artikel tentang Hidroponik. Karena artikel pertama saya tentang hidroponik telah dibaca oleh 15.000 orang lebih dalam kurun waktu hanya 2 hari. Melalui kinerja Facebook beserta kolomnya, target tersebut dapat dengan mudah tercapai.

Memang judulnya cukup menarik sih: Bermodalkan Tanaman Kangkung, Pak Charlie Tjendapati Raih Omset Rp. 97,2 Juta. Suatu kenyataan manis yang sangat didambakan oleh masyarakat Indonesia saat ini. Karena modalnya berasal dari apa saja yang mereka lihat pada alam sekitar.

Ya, sayuran Hidroponik memiliki kelebihan dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional. Rasanya lebih sehat dan lebih segar. Adapun perawatannya tidak menggunakan pestisida dan sistem kinerja dari hidroponik terbukti lebih produktif ketimbang menanam di media tanah.

Ibu Bertha Suranto, pemilik Rumah Hydroponic menjelaskan secara gamblang saat wawancaranya dengan situs Politik Indonesia, “Hidroponik merupakan budidaya tanaman dengan media non tanah dan lebih mengandalkan hidro atau air. Hidroponik adalah sebuah pertanian modern sebagai solusi yang menjawab semakin minimnya lahan pertanian. Hemat tempat dan tidak perlu menggunakan tanah.”

Namun ada perihal yang sangat lucu dari Ibu Bertha yang perlu kita ketahui. Ia mengaku pada Harian Suara, 11 Agustus 2015 bahwa dia dari dulu paling takut dengan yang namanya cacing. Kenyataan inilah yang membuat seorang wanita bernama lengkap Bertha Tiur Ciptaningsih tak mau terlibat langsung saat menanam pohon guna menghindari penampakan hewan melata yang dinilainya sangat menjijikan.

"Suatu hari saya melihat gambar sayur mayur yang bisa tumbuh subur dengan teknik hidroponik di internet. Wah, saya tertarik sekali, karena tidak menggunakan tanah, melainkan memanfaatkan air. Jadi, saya berpikir pasti tidak ada cacing," jelas Ibu Bertha yang juga memiliki peternakan ayam bernama Banyumili Chicker Farm.

Bersama perjalanan waktu di tahun 2012, Ibu yang telah memiliki tiga anak seringkali mengorek-ngorek internet guna mempelajari Hidroponik lebih tuntas. Dia mengungkapkannya secara lugas perihal langkah awalnya kepada Harian Tabloid Nova, 2 Maret 2015, "Saya belajar sendiri sampai enggak bisa tidur. Setiap pagi setelah anak-anak berangkat sekolah, saya mulai uji coba dengan barang bekas. Sampai suami mengeluh karena rumah jadi berantakan dan kotor."

Ibarat seorang anak yang ingin naik kelas, Ibu Bertha selekasnya mencoba teori yang telah ia dapatkan dengan memulai penanaman berbagai kharakter jenis sayur, seperti: tomat, cabai, pokcoy, dan masih banyak lagi. Selang beberapa minggu dan bulan, ia kembali datang ke loteng rumah dan Wow! Dengan semangat dia menjelaskan kepada Harian Merdeka, 11 Agustus 2015, “Loteng rumah saya penuh dengan macam-macam sayuran. Semakin semangat ketika tanamannya bisa tumbuh subur yang membuat saya ingin nambah tanaman lagi."

Meski demikian, tak semua sayuran yang ditanamnya selalu berjalan lancer. Namun, kenyataan tersebut justru membuatnya jadi bertambah ingin belajar tentang dimana kekurangannya dan bagaimana pula cara mengatasinya agar sayuran hidroponik tumbuh dengan baik.

Berikut penjelasan Ibu Bertha Suranto yang saya dapatkan dari Tanya jawabnya dengan Harian Politik Indonesia pada 11 September, 2013: (HA! Cukup 2 Tahun kurang, si Ibu yang takut sama cacing sudah bisa dikatakan Sangat Ahli dalam bidang Hidroponik)

Apa itu hidroponik?
Hidroponik merupakan budidaya tanaman dengan media non tanah dan lebih mengandalkan hidro atau air. Hidroponik adalah sebuah pertanian modern sebagai solusi yang menjawab semakin minimnya lahan pertanian. Hemat tempat dan tidak perlu menggunakan tanah. Sedangkan untuk menahan tubuh batang, umumnya digunakan media substrat, seperti arang sekam, pasir, batu kerikil, gambut, serbuk gergaji, ataupun zeolit. Dengan media ini, tanaman dapat ditegakkan dalam pot dan diletakkan di lahan yang tersedia. Tanaman hidroponik ini juga bisa ditempatkan di teras depan rumah, di samping atau di belakang bahkan di dinding rumah.

Apa alasan anda tertarik mengembangkan budidaya hidroponik di Indonesia?
Awalnya saya tertarik pada hidroponik karena saya hobi bercocok tanam. Tapi, saya ini takut sama cacing. Lalu, saya melihat ada tanaman yang digantung-gantung pakai air. Saya pikir ini menarik. Sepertinya terlihat mudah untuk dipelihara dan tidak menyita waktu. Jadi, kalau kita keluar kota tidak perlu khawatir merawat dan menyiramnya. Karena tanaman itu sudah bisa berdiri sendiri. Tidak hanya cocok untuk masyarakat diperkotaan, tetapi jika diaplikasikan untuk lahan pertanian, maka selain hasilnya adalah sayuran yang sehat bebas pestisida, produktivitasnya juga lebih tinggi, bisa 4 sampai 8 kali lipat dibanding pertanian biasa.

Apa yang dibutuhkan untuk memulai budidaya dengan hidroponik?
Untuk memulai metode hidroponik, pertama medianya atau tempatnya diperhatikan apakah tanaman bisa tumbuh dengan baik. Misalnya, botol-botol bekas berukuran 1,5 liter yang sudah dipotong menjadi 2. Sementara itu, medianya bisa menggunakan arang sekam. Mungkin di kota besar susah menemukan arang sekam, maka bisa menggunakan serbuk sabut kelapa atau pasir krikkil yang steril. Selain itu, bisa juga mengunakan tumbukan batu bata yang sudah dibakar jadi steril. Jadi bahan-bahan digunakan bisa berasal dari di sekitar kita. Ada 4 hal yang harus diperhatikan jika ingin mengembangkan tanaman dengan cara hidroponik. Tanaman ini membutuhkan cahaya, membutuhkan air, oksigen dan membutuhkan sumber makanan nutrisi atau disebut pupuk. Setelah 4 hal ini dipenuhi, tanaman tidak perlu lagi tanah. Jadi nutrisi itu harus dipenuhi untuk hidroponik ini.

Bagaimana pengalaman Anda menggunakan media tanam seperti apa?
Awalnya saya menggunakan tanah yang diperkaya kompos. Saya gunakan media ini, karena saat itu saya belum memiliki hidroton atau pun rockwool. Ternyatam tanah adalah ada kelemahannya. Kian lama tanah itu kian memadat jika tidak rajin digemburkan. Akibatnya akar tanaman tidak bisa bernafas dengan bebas. Memang tanaman tetap tumbuh, namun kalau melihat foto-foto kawan yang sudah menerapkan hidroponik dengan benar, tanaman saya ketika itu terlihat jelek sekali. Padahal semua sudah saya manfaatkan.

Tanaman apa saja yang bisa dikembangkan dengan cara hidroponik?
Beberapa tanaman yang bisa ditanam dengan metode ini misalnya jenis sayuran, apotek hidup atau bunga. Saya sendiri pernah mencoba menanam pakchoy, kangkung, bayam dan saat ini yang sedang berkecambah tanaman sawi.

Apa yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode hidroponik?
Setiap tanaman pasti membutuhkan sumber makanan yang berbeda. Tanaman sayuran daun misalkan, pasti akan berbeda dengan jenis sayuran yang memiliki buah. Begitu juga dengan intesitas cahayanya yang berbeda. Tanaman sayur tidak membutuhkan sebanyak tanaman sayuran buah seperti cabe, tomat atau semangka, melon dan sebagainya.

Apa kelebihan budidaya hidroponik?
Bagi masyarakat perkotaan yang punya  hobi bercocok tanam, metode hidroponik sangat sesuai. Tanaman hidroponik ini tak butuh lahan luas. Bisa ditempatkan di teras depan rumah, di samping atau di belakang bahkan di dinding rumah. Pengetahuan tentang hidroponik saat ini juga sudah tersebar luas. Tinggal searching di internet. Sedang pengetahuan soal nutrisi tanaman, bisa di dapat di toko-toko pertanian.

Halo Kawan! Seandainya anda ingin mendapatkan penjelasan secara langsung dari Ibu Bertha Suranto. Berikut alamat dari komunitas Rumah Hydroponic yang beliau naungi di Facebook: https://www.facebook.com/Rumah-Hydroponic-272693056200842/



Ha! Cukup 2 (dua) TAHUN KURANG, si Ibu yang takut sama cacing sudah bisa dikatakan Sangat Ahli dalam bidang tanaman Hidroponik. Ya, sayuran Hidroponik memiliki kelebihan dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional. Rasanya lebih sehat dan lebih segar.Ha! Cukup 2 (dua) TAHUN KURANG, si Ibu yang takut sama cacing sudah bisa dikatakan Sangat Ahli dalam bidang tanaman Hidroponik. Ya, sayuran Hidroponik memiliki kelebihan dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional. Rasanya lebih sehat dan lebih segar.Ha! Cukup 2 (dua) TAHUN KURANG, si Ibu yang takut sama cacing sudah bisa dikatakan Sangat Ahli dalam bidang tanaman Hidroponik. Ya, sayuran Hidroponik memiliki kelebihan dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional. Rasanya lebih sehat dan lebih segar.

Ha! Cukup 2 (dua) TAHUN KURANG, si Ibu yang takut sama cacing sudah bisa dikatakan Sangat Ahli dalam bidang tanaman Hidroponik. Ya, sayuran Hidroponik memiliki kelebihan dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional. Rasanya lebih sehat dan lebih segar.Ha! Cukup 2 (dua) TAHUN KURANG, si Ibu yang takut sama cacing sudah bisa dikatakan Sangat Ahli dalam bidang tanaman Hidroponik. Ya, sayuran Hidroponik memiliki kelebihan dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional. Rasanya lebih sehat dan lebih segar.Ha! Cukup 2 (dua) TAHUN KURANG, si Ibu yang takut sama cacing sudah bisa dikatakan Sangat Ahli dalam bidang tanaman Hidroponik. Ya, sayuran Hidroponik memiliki kelebihan dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional. Rasanya lebih sehat dan lebih segar.













No comments:

Post a Comment

Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.

Label

Agama Air Minum Alat Musik Alumunium Angklung Artis Asmara Automotif Bahan Bakar Bali Bambu Bandung Bank Bank Sampah Barang Bekas Batam Batik Becak Beras Besakih Biola Blogspot Boneka Buah-buahan Budaya dan Tradisi Buka Lapak Buku Bunga Burger Burung Cafe Charlie Tjendapati CNBC Cobek Dandung Santoso Daur Ulang Desa Desain Dodol E-mail Eceng Gondok Edie Juandie Ekonomi dan Perdagangan Es Krim Facebook Flipboard Flora dan Fauna Fruit Carving Furnitur Gadget Gamelan Garam Gerai Gerobak Gitar Google Plus Gula Hari Raya Harian Merdeka Haryadi Chou Hewan Hiburan dan Wisata Hidayah Anka Hidroponik Hijab Hotel http://www.duahari.com Hukum dan Politik Indra Karyanto Instagram Internet Internet Marketing ITB Jagung Jajanan Jamu Jamur Tiram Jangkrik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jepang Kain dan Pakaian Kaleng Kalimantan Kamera Kapal Laut Karaoke Kartun Kecantikan Kecap Keju Kelautan Kelinci Kemasyarakatan Kendaraan Kerajinan Kereta Kertas Kiat dan Tip Kisah Hidup Koki Komputer dan Teknologi Kopi Koran Kuda Pustaka Kuliner Kumpulan Kurir LA Time Laptop Si Unyil Lidah Buaya Linkedin Liputan 6 Logam Lukisan Kayu Madu Mahasiswa Mainan Anak-Anak Makanan dan Minuman Malang Martabak Masyarakat dan Persoalannya Matras Melukis & Menggambar Metro TV Mineral Miniatur Minyak Atsiri Mitra Mobil Motor Musik Nana Mulyana Narapidana Net TV Ngatmin Biola Bambu Obat dan Kesehatan Olah Raga Ondel-Ondel Online Organik Organisasi Sosial Pameran Panama Papers Pantang Menyerah Papan Selancar Paper Quilling Pariwisata Peluang Usaha Pemulung Pencucian Pendidikan Penelitian Penemuan Penyanyi Penyiar Peralatan Perhiasan Perikanan Permainan Perpustakaan Pertanian dan Perkebunan Perumahan Peternakan Pinterest Plastik Proses Produksi Psikologi dan Mental Putu Gede Asnawa Dikta Puyuh Radio Rancangan Rendang Resep dan Masakan Restoran Robot Roti Salak Sambal Sampah Sandal Sapi Sayur Mayur Sejarah dan Peradaban Sekolah Semarang Seni Seni Pahat Sepatu Sepeda Sindo News Slamet Triamanto Spa Strikingly Suprapto Surabaya Surat Kabar Tahun Baru Tas Tattoo Techno Park Teh Tekhnologi Televisi Telur Terrarium Tukang Cukur Tumang Twitter Venta Agustri Vespa Wanita dan Keindahan Wawancara Wayang Website Wetz Shinoda What's Up Wine Wordpress Yoga Yogyakarta You Tube