"2 Tahun Saja Untuk Belajar": Laba Dari Hidroponik Bersama Ibu Bertha Suranto |
Senang sekali rasanya bila saya
kembali menulis artikel tentang Hidroponik. Karena artikel pertama saya tentang
hidroponik telah dibaca oleh 15.000 orang lebih dalam kurun waktu hanya 2 hari.
Melalui kinerja Facebook beserta kolomnya, target tersebut dapat dengan mudah
tercapai.
Memang judulnya cukup menarik sih:
Bermodalkan Tanaman Kangkung, Pak Charlie Tjendapati Raih Omset Rp. 97,2 Juta.
Suatu kenyataan manis yang sangat didambakan oleh masyarakat Indonesia saat
ini. Karena modalnya berasal dari apa saja yang mereka lihat pada alam sekitar.
Ya, sayuran Hidroponik memiliki
kelebihan dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional. Rasanya lebih
sehat dan lebih segar. Adapun perawatannya tidak menggunakan pestisida dan sistem
kinerja dari hidroponik terbukti lebih produktif ketimbang menanam di media
tanah.
Ibu Bertha Suranto, pemilik Rumah
Hydroponic menjelaskan secara gamblang saat wawancaranya dengan situs Politik
Indonesia, “Hidroponik merupakan budidaya tanaman dengan media non tanah dan
lebih mengandalkan hidro atau air. Hidroponik adalah sebuah pertanian modern
sebagai solusi yang menjawab semakin minimnya lahan pertanian. Hemat tempat dan
tidak perlu menggunakan tanah.”
Namun ada perihal yang sangat lucu
dari Ibu Bertha yang perlu kita ketahui. Ia mengaku pada Harian Suara, 11
Agustus 2015 bahwa dia dari dulu paling takut dengan yang namanya cacing.
Kenyataan inilah yang membuat seorang wanita bernama lengkap Bertha Tiur
Ciptaningsih tak mau terlibat langsung saat menanam pohon guna menghindari
penampakan hewan melata yang dinilainya sangat menjijikan.
"Suatu hari saya melihat
gambar sayur mayur yang bisa tumbuh subur dengan teknik hidroponik di internet.
Wah, saya tertarik sekali, karena tidak menggunakan tanah, melainkan
memanfaatkan air. Jadi, saya berpikir pasti tidak ada cacing," jelas Ibu
Bertha yang juga memiliki peternakan ayam bernama Banyumili Chicker Farm.
Bersama perjalanan waktu di tahun
2012, Ibu yang telah memiliki tiga anak seringkali mengorek-ngorek internet
guna mempelajari Hidroponik lebih tuntas. Dia mengungkapkannya secara lugas
perihal langkah awalnya kepada Harian Tabloid Nova, 2 Maret 2015, "Saya
belajar sendiri sampai enggak bisa tidur. Setiap pagi setelah anak-anak
berangkat sekolah, saya mulai uji coba dengan barang bekas. Sampai suami
mengeluh karena rumah jadi berantakan dan kotor."
Ibarat seorang anak yang ingin naik
kelas, Ibu Bertha selekasnya mencoba teori yang telah ia dapatkan dengan memulai
penanaman berbagai kharakter jenis sayur, seperti: tomat, cabai, pokcoy, dan
masih banyak lagi. Selang beberapa minggu dan bulan, ia kembali datang ke
loteng rumah dan Wow! Dengan semangat dia menjelaskan kepada Harian Merdeka, 11
Agustus 2015, “Loteng rumah saya penuh dengan macam-macam sayuran. Semakin
semangat ketika tanamannya bisa tumbuh subur yang membuat saya ingin nambah
tanaman lagi."
Meski demikian, tak semua sayuran
yang ditanamnya selalu berjalan lancer. Namun, kenyataan tersebut justru
membuatnya jadi bertambah ingin belajar tentang dimana kekurangannya dan
bagaimana pula cara mengatasinya agar sayuran hidroponik tumbuh dengan baik.
Berikut penjelasan Ibu Bertha
Suranto yang saya dapatkan dari Tanya jawabnya dengan Harian Politik Indonesia
pada 11 September, 2013: (HA! Cukup 2 Tahun kurang, si Ibu yang takut sama
cacing sudah bisa dikatakan Sangat Ahli dalam bidang Hidroponik)
Apa itu hidroponik?
Hidroponik merupakan budidaya
tanaman dengan media non tanah dan lebih mengandalkan hidro atau air.
Hidroponik adalah sebuah pertanian modern sebagai solusi yang menjawab semakin
minimnya lahan pertanian. Hemat tempat dan tidak perlu menggunakan tanah.
Sedangkan untuk menahan tubuh batang, umumnya digunakan media substrat, seperti
arang sekam, pasir, batu kerikil, gambut, serbuk gergaji, ataupun zeolit.
Dengan media ini, tanaman dapat ditegakkan dalam pot dan diletakkan di lahan
yang tersedia. Tanaman hidroponik ini juga bisa ditempatkan di teras depan
rumah, di samping atau di belakang bahkan di dinding rumah.
Apa alasan anda tertarik
mengembangkan budidaya hidroponik di Indonesia?
Awalnya saya tertarik pada
hidroponik karena saya hobi bercocok tanam. Tapi, saya ini takut sama cacing.
Lalu, saya melihat ada tanaman yang digantung-gantung pakai air. Saya pikir ini
menarik. Sepertinya terlihat mudah untuk dipelihara dan tidak menyita waktu.
Jadi, kalau kita keluar kota tidak perlu khawatir merawat dan menyiramnya.
Karena tanaman itu sudah bisa berdiri sendiri. Tidak hanya cocok untuk
masyarakat diperkotaan, tetapi jika diaplikasikan untuk lahan pertanian, maka
selain hasilnya adalah sayuran yang sehat bebas pestisida, produktivitasnya juga
lebih tinggi, bisa 4 sampai 8 kali lipat dibanding pertanian biasa.
Apa yang dibutuhkan untuk memulai
budidaya dengan hidroponik?
Untuk memulai metode hidroponik,
pertama medianya atau tempatnya diperhatikan apakah tanaman bisa tumbuh dengan
baik. Misalnya, botol-botol bekas berukuran 1,5 liter yang sudah dipotong
menjadi 2. Sementara itu, medianya bisa menggunakan arang sekam. Mungkin di
kota besar susah menemukan arang sekam, maka bisa menggunakan serbuk sabut
kelapa atau pasir krikkil yang steril. Selain itu, bisa juga mengunakan
tumbukan batu bata yang sudah dibakar jadi steril. Jadi bahan-bahan digunakan
bisa berasal dari di sekitar kita. Ada 4 hal yang harus diperhatikan jika ingin
mengembangkan tanaman dengan cara hidroponik. Tanaman ini membutuhkan cahaya,
membutuhkan air, oksigen dan membutuhkan sumber makanan nutrisi atau disebut
pupuk. Setelah 4 hal ini dipenuhi, tanaman tidak perlu lagi tanah. Jadi nutrisi
itu harus dipenuhi untuk hidroponik ini.
Bagaimana pengalaman Anda
menggunakan media tanam seperti apa?
Awalnya saya menggunakan tanah yang
diperkaya kompos. Saya gunakan media ini, karena saat itu saya belum memiliki
hidroton atau pun rockwool. Ternyatam tanah adalah ada kelemahannya. Kian lama tanah
itu kian memadat jika tidak rajin digemburkan. Akibatnya akar tanaman tidak
bisa bernafas dengan bebas. Memang tanaman tetap tumbuh, namun kalau melihat
foto-foto kawan yang sudah menerapkan hidroponik dengan benar, tanaman saya
ketika itu terlihat jelek sekali. Padahal semua sudah saya manfaatkan.
Tanaman apa saja yang bisa
dikembangkan dengan cara hidroponik?
Beberapa tanaman yang bisa ditanam
dengan metode ini misalnya jenis sayuran, apotek hidup atau bunga. Saya sendiri
pernah mencoba menanam pakchoy, kangkung, bayam dan saat ini yang sedang
berkecambah tanaman sawi.
Apa yang harus diperhatikan dalam
menggunakan metode hidroponik?
Setiap tanaman pasti membutuhkan
sumber makanan yang berbeda. Tanaman sayuran daun misalkan, pasti akan berbeda
dengan jenis sayuran yang memiliki buah. Begitu juga dengan intesitas cahayanya
yang berbeda. Tanaman sayur tidak membutuhkan sebanyak tanaman sayuran buah
seperti cabe, tomat atau semangka, melon dan sebagainya.
Apa kelebihan budidaya hidroponik?
Bagi masyarakat perkotaan yang
punya hobi bercocok tanam, metode hidroponik sangat sesuai. Tanaman
hidroponik ini tak butuh lahan luas. Bisa ditempatkan di teras depan rumah, di
samping atau di belakang bahkan di dinding rumah. Pengetahuan tentang
hidroponik saat ini juga sudah tersebar luas. Tinggal searching di internet.
Sedang pengetahuan soal nutrisi tanaman, bisa di dapat di toko-toko pertanian.
Halo Kawan! Seandainya anda ingin
mendapatkan penjelasan secara langsung dari Ibu Bertha Suranto. Berikut alamat
dari komunitas Rumah Hydroponic yang beliau naungi di Facebook: https://www.facebook.com/Rumah-Hydroponic-272693056200842/
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.