My Bento Mampu Sukses Bersama Milyaran Rupiah, Karena
Ditolong Oleh Teori Ekonomi |
Bento merupakan bahasa Jepang yang memperuntukkan makna artikulasinya bagi makanan berjenis nasi, ikan, dan daging pada sebuah kotak bekal. Kata Bento sendiri sudah ada di Indonesia sejak tahun 1985. Anda masih ingat? Pasti dong. Itu tuh restoran yang bernama Hoka-Hoka Bento.
Tentu, daya tarik tersebut mampu menjembatani perjalanan kisah bisnis Pak Dede Sulaiman, 26. Dimulai dari tugas studi untuk mata kuliah kuliah kewirausahaan adalah hal yang menjadikan masa depannya berubah.
Strategi yang ditolong oleh Teori Ekonomi di Universitas.
Ia bersama temannya, Rickhi Maulana dan 2 orang lainnya harus mencari modal sendiri untuk membentuk usaha. Karena sudah mengeluarkan modal yang tidak sedikit, maka sayang bila usaha ini tidak diseriuskan. Akhirnya, bisnis kuliner berjenis masakan Jepang terpilih, itupun diputuskan karena salah satu orang dari kelompoknya bisa memasak.
Kiranya tantangan di depan tidak membuat mereka mundur. Pesaing yang lebih profesional dan berpengalaman berada di depan mata. Mental mereka hanya diisi oleh cita-cita untuk menggapai rezeki yang lebih baik bagi keluarga di masa depan. Walau perencanaan strategi telah berbicara lain, karena ilmu pengetahuan dan teori ekonomi memiliki visi satu langkah di depan.
Peluang pasar telah ditemukan dengan kesimpulan restoran makanan Jepang hanya bisa dikunjungi di kota-kota besar dan dikonsumsi oleh orang-orang tertentu saja. Namun identifikasi makanan berbudaya asia telah dirasakan cocok untuk selera masyarakat Indonesia bagi kalangan menengah dan bawah. Sangat potensial bila usaha yang diusung mendekati pasar tersebut dan memiliki harga yang terjangkau, serta tempat yang memadai.
Perubahan dan itu BUKAN hanya sekedar Mimpi.
Melalui modal sebesar Rp. 15 juta, empat sekawan tersebut memulai langkahnya dengan menyewa ruko milik kerabat di Lampung pada Desember 2006. Hari terus berjalan bersama waktu, aktivitas positif, serta semangat. Pada tahun pertama, perilaku usaha memperlihatkan gelagat kebangkrutan, sehingga 2 orang temannya merasa tak cocok dengan keadaan. Mereka keluar dari My Bento, alasannya: Ingin bekerja sebagai karyawan saja.
Ketakutan secara otomatis timbul saat Pak Dede berpikir harus mengembalikans emua dana peminjaman dari orang tua. Apalagi orang tua memang sejak awal tidak mendukung langkahnya untuk terjun ke dunia bisnis. Satu-satunya keuntungan pada saat itu, dia masih berstatus pelajar dan belum memiliki tanggungan apapun. Seraya ia bergumam, "Jika sampai saya lulus belum berhasil, saya siap banting stir menjadi pegawai."
Lambat laun pikirannya kembali terbuka untuk mencoba langkah berikutnya. Strategi ekonomi yang digunakan adalah sistem waralaba. Pertimbangan yang tepat pun diambil dan Benar! Untuk kurun waktu 3 tahun mendatang. Yakni bulan Mei 2009, My Bento telah mencatat hasil mengejutkan dengan memiliki 35 gerai yang tersebar.
Bahkan di bulan September tahun 2010, My Bento juga berhasil membentuk formulasi kerjasama yang menjanjikan. Sehingga jumlah total gerai menjadi 50 unit, adapun pertambahan gerai lebih diprioritaskan di Kalimantan dan Sulawesi. Plus, beberapa permintaan di luar pulau Jawa dan Sumatera yang cukup tinggi. Seraya Pak Dede menjelaskan kepada Harian Kontan (06/09/2010). "Sampai akhir tahun ini kami masih ada permintaan dari Bangka, Ujung Pandang, dan di Indonesia timur lainnya."
Apa tuh resepnya? Kaget gak?
Bukanlah kenyataan kosong memang. Selekasnya My Bento memilih jalan untuk menstandarisasikan penawaran yang ada, agar bisa menjamin suatu kenyamanan usaha bagi para kolega. 7 (tujuh) paket investasi dikeluarkan, yakni: 4 konsep restoran dan 3 tipe tempat usaha (booth), serta paket lainnya untuk acara keluarga, kantor, ulang tahun, maupun pesta.
Saat ini, pengelola My Bento memprioritaskan tipe booth hanya untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Tidak terlupa! Restoran masakan Jepang yang diperuntukkan bagi konsumen kalangan menengah ke bawah, merupakan rencana awal waralaba My Bento. Adapun 4 konsep restoran adalah Ocha Bento, Ozeki Bento, Ikki Bento, dan Takeshi Bento.
Ocha Bento berhasil menggabungkan 2 kinerja usaha yang berbeda, yakni Buzz Burger dan Misterblek Coffe. Melalui khasanah minuman kopi dan makanan burger, PT Kreasi Indonesia sebagai pengurusnya menawarkan nilai investasi sebesar RP. 8 juta dan Rp. 150 juta. Buktinya di tahun 2011, langkah prospektif tersebut mampu menghasilkan 250 gerai yang tersebar. Harga jualnya pun cukup menarik, yaitu memulai penyajiannya dengan harga Rp. 5.000/porsi.
Ozeki Bento menghadirkan resep-resep menarik yang dikhususkan untuk makan dari budaya Jepang. Namun tidak menggunkan anggur atau sake untuk menghilangkan bau amis pada Daging. Sebagai gantinya, Ozeki Bento mengambil alternatif olahan makanan dengan menggunakan rempah tradisional. Adapun harganya bisa terbilang cukup terjangkau, yakni Rp. 18.000 sampai dengan Rp. 24.000 per porsi. Saat ini, gerainya telah tersebar di 5 tempat: ITC Depok, ITC Ambassador, Bogor Trade Mall, dan Ciseeng, Jawa Barat.
Ikki Bento lebih memiliki jalinan kerja yang cukup menjanjikan. "Saat ini kami memiliki 280 unit gerai di sejumlah kota," ungkap staf Marketing PT Ikki Group, Pak Firman Abadi. Khasanah resepnya pun menghadirkan tambahan daftar menu yang cukup menarik selain menu komplit khas Jepang, seperti: Mie Cendol, Martabah Sarang Semut, Ayam Krispi, dan Bebek Super Sambal.
Usaha masakan cepat saji ala negeri sakura Takeshi Bento dikelola oleh PT Travatindo Pratama. Adapun paket kemitraan yang di usung lebih dikhususkan bagi mitra yang telah memiliki peralatan memasak dan resep makanan sendiri. Ternyata, strategi konsep kerjasama bisnis dari Takeshi Bento telah menghasilkan 70 gerai yang tersebar di Kalimantan, Manokwari, DKI Jakarta, dan Kupang.
Perlahan, Tapi Kerja Keras yang Pasti Menghasilkan.
Untuk menjadi karyawan di My Bento tidaklah mudah. Persyaratannya cukup skill fully, yakni keterampilan dan pengalaman di bidang menghias. Kini, setiap gerai diisi oleh 6 hingga 10 tenaga kerja. Pak Dede pun lebih memfokuskan kinerja restorannya kepada wilayah luar kota besar. Alasannya sih, disana belum memiliki persaingan yang ketat.
Setelah semua lancar, Pak Dede Sulaiman kini memiliki omzet sebesar Rp. 1,5 Miliar per bulan. Laba sebesar itu dikumpulkan sedikit demi sedikit dari kewajiban mitra untuk membayar franchise fee sebesar Rp. 3 juta per tahun, royalty fee sebanyak 3% dari omzet, dan kesepakatan 3% - 5% pembagian keuntungan dengan mitra untuk setiap bulannya.
terimakasih telah berbagi ilmu yang sangat bermanfaat seputar wirausaha Kak, sangat membantu pembaca yang ingin membuka usaha, khususnya usaha kuliner...
ReplyDeleteAplikasi Kasir Android Gratis