Ibu Tuti Nurhayati Pantang Menyerah guna Meraih Kesuksesan
dengan Cara yang Manusiawi |
Kesan itu sedemikian kental terbentuk di setiap benak orang yang melihat. Sosok yang tegas, disiplin, dan sangat jujur. Terlebih lagi saat langkah kepemimpinannya mampu menjelaskan maknsa sebenarnya dari nilai-nilai Wanita Indonesia sesungguhnya.
Sukses yang diraih wanita kelahiran Sukabumi dalam membesarkan usaha penjualan Boneka penuh dengan lika-liku. Banyak sekali hambatan dan tantangan yang ditemuinya saat awal-awal merintis usaha.
Terkait dengan modal kerja, misalnya. Keuntungan yang disimpan harus secepatnya habis, karena masalah bahan yang harus di impor dari luar negeri. Padaha ia sangat memerlukan bantuan modal buat mengembangkan strategi pemasaran usahanya.
Selalu Harmonis dengan Teman Sesama Pekerja.
Lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Ibu Tuti Nurhayati yang kala itu belum menikah terhitung aktif mengajukan surat lamaran ke berbagai perusahaan. Sampai suatu saat di tahun 1995, lampiran proposal kerjanya diterima oleh sebuah pabrik di Bogor yang bergerak dalam bidang produksi Boneka.
"Sejak tahun 1995 saya kerja di perusahaan boneka Aurora, khusus untuk ekspor," jelasnya kepada Harian Detik (26/11/2009). Ia pun menduduki jabatan yang cukup penting di perusahaan Aurora, yaitu posisi kerja di bagian Administrasi yang dikhususkan untuk urusan produksi. Bahkan ia harus rajin untuk terjun langsung ke bagian kinerja lapangan guna pengecekan kualitas barang yang telah dihasilkan.
Bertambah hari, semakin banyak temannya di pabrik tersebut. Tidak sedikit para pekerja yang ada kerap menyapanya dengan ramah saat dia lewat. Mungkin dari situlah ia terdorong untuk memilih perhatian besar kepada nilai-nilai komunikasi yang menjaga keharmonisan kerja. Lantas sepulangnya ke rumah senantiasa ia memberikan waktu luangnya untuk melatih kemampuan guna belajar membuat boneka.
Harus berhenti Bekerja setelah Menikah.
Karir (formal) bukan sekedar urusan perut, tapi menjadi bagian bangunan identitas diri. Namun mau dibilang apa bila Ibu Tuti harus mengambil keputusan untuk resign dari pekerjaannya setelah 5 tahun bekerja. Menikah dan lebih memilih untuk mengasuh anak pertamanya yang bernama Zhora Natha Ridhovy.
Lembaran baru terbentuk saat ia harus beradapsi dengan perubahan. "Cuma lama-kelamaan saya jenuh juga dan berpikir untuk mencoba usaha sendiri," gumamnya ke Harian Kontan (18/04/2011). Kira-kira Rp. 500 ribu, dia habiskan untuk membeli berbagai bahan baku yang dibutuhkan, sambil ia berencana untuk membuat usaha sendiri dalam bidang pembuatan Boneka di akhir tahun 2000.
Tampaknya boneka hasil buatan Ibu Tuti cukup mengesankan. Melihat hal tersebut, suami dan mertuanya, Hj. Aminah memotivasi dia untuk mencoba peruntungan dengan menawarkan berbagai boneka, serta Teddy Bear kreasinya ke berbagai toko.
Kenyataan dorongan tersebut memang akan dihadapi dan bukan omong kosong. Solusi untuk mendirikan usaha pembuatan boneka dengan skala industri rumahan adalah pilihan yang paling tepat. Ia lantas memutuskan untuk menghubungi teman-temannya yang telah keluar kerja dari pabrik dan membicarakan semuanya secara terbuka.
Tak Jauh dari Pohonnya.
Dengan menggunakan 2 mesin jahit, ia bersama 4 rekannya memulai jadwal kehidupan yang baru di tahun 2002. Iuran kerjasama dipergunakan untuk membeli bahan baku secukupnya dan menyewa sebuah ruko di daerah Cibinong. Kebetulan saat itu, Ibu Tuti hanya menggelontorkan uang sebesar Rp. 3 juta.
Alat produksi telah dilengkapi dan tempat bengkel sudah siap dioperasikan. Profil usaha dari toko boneka pun telah disepakati. Zhovy Toys, nama yang diambil dari panggilan anak laki-lakinya. Langkah selanjutnya? Semuanya dimulai dari nol dengan menawarkan produknya ke berbagai toko yang menjual boneka. Sebut saja: Mal Ambassador sampai dengan ITC Kuningan. Tidak terlupa! Bermodalkan 3 contoh boneka, ia kerap mengetuk satu per satu pintu kios yang terletak di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Walhasil, "Lebih sering ditolak," ujarnya dengan nada jujur. Berbagai jawaban yang sama pun kerap ia terima: barang digudang masih banyak, kami tidak menerima lagi rekanan baru, produk kamu masih baru, dsb. Namun Ibu Tuti tidak pernah menyerah. Hasilnya setelah 1 bulan! 2 (dua) toko bersedia menulis Zhovy Toys kedalam daftar beli mereka untuk per bulan, serta beberapa toko yang rela memesan satu dan dua lusin produknya.
Terkejut rupanya! Selintas kemudian ia menjelaskan tentang mengapa produknya bisa diterima. Kualitas yang lebih baik dibandingkan boneka lainnya. Malalui jahitan yang rapi dan kuat, material yang kerap diguankan oleh Zhovy Toys adalah bahan flannel dan rasfur yang buluhnya lebih panjang serta lebih lembut. Untuk bagian dalam, para pekerja Ibu Tuti mengisinya bukan dengan spon/busa bekas, tapi lebih menggunakan bahan dakron. Alhasil, boneka yang dihasilkan pun memiliki kelenturan yang lebih baik, hasil produk lebih lembut, dan daya tahan yang lebih lama.
Walau jatuh, Ibu Tuti tetap memiliki Perencanaan yang sangat Manusiawi.
Entah Mengapa? Waktu terasa bergulir cepat saat Ibu Tuti Nurhayati mengalami kepailitan pada 4 tahun berikutnya. Tepatnya di tahun 2006, Zhovy Toys hampir gulung tikar. "Saat itu, saya sedang diuji," ucapnya.
Berbagai toko boneka rekanannya pun menurunkan jumlah kuantitas permintaan. Seiring dengan itu, pemasok bahan-bahan yang dibutuhkan dari Cikarang dan Bekasi tiba-tiba acapkali meminta pembayaran tunai. Kata si pengurus pabrik saat itu, "Bila tidak, kain tak dikirim."
Meski demikian, Ibu Tuti tidak serta merta gegabah dalam mengambil keputusan. Ia tetap bertekad untuk mempertahankan hubungan baik dengan 10 tenaga kerjanya. Mereka harus tetap menerima gaji guna menghidupi keluarganya. Melalui bahan-bahan yang masih tersisa di bengkel, sang pegawai pun senantiasa tetap stabil untuk menjalankan kewajiban mereka.
"Kondisi ini berlangsung setahun," jelasnya. Guna menyelesaikan masalah tersebut, secepatnya ia membuat kondisi penjualan yang lebih baik. Ia selekasnya mengajukan beberapa penawaran yang menarik agar beberapa toko mau kembali menstabilkan pesanannya. Ia pun menawarkan sistem pembayaran baru dengan pabrik pemasok bahan, yakni pembayaran tunai bila toko rekanan sudah memberi pembayaran. Tidak terlupa, saat itu Ibu Tuti menggunakan tabungannya sendiri untuk membayar gaji pegawai. Belum lagi masalah kredit yang wajib ia lunasi dengan Bank swasta.
Zhovy Toys Bangkit Kembali berkat Ibu-Ibu PKK dan Pameran.
Sukses bukanlah suatu perjuangan yang ringan. Ia lantas menerima tawaran untuk peminjaman berupa fasilitas kredit mikro dari Bank Pemerintah, BNI'46. Kira-kira dana yang diajukan sebesar Rp. 49 juta di tahun 2007.
Adapun dana baru tersebut lebih dipergunakan untuk membayar hutangnya terdahulu. Kemudian, ia mengandalkan pemasukan usahanya melalui pesanan teman-teman sang suami yang bekerja di Bank swasta. "Mereka memesan boneka untuk anaknya," terangnya. Namun itu semua tidak konstan setiap bulan ia terima.
Tidak kehabisan rencana, Ibu Tuti secepatnya meraih kesempatan yang ditawarkan oleh ibu-ibu PKK di lingkungan kecamatan dan kelurahan tempat tinggalnya. Sedikit tersenyum tampaknya saat ia mendapatkan pelanggan baru.
Ternyata rezeki esok hari lebih dari itu dan kejadiannya pun beruntung. Undangan ikut pameran terus memenuhi daftar kesibukannya. Hingga akhirnya undangan dari Kementrian Perindustrian dan Perdagangan DKI Jakarta, ia sambut dengan tangan terbuka. Lalu ikut pameran Inakraft di JCC (Jakarta Convention Centre) dan PRJ (Pekan Raya Jakarta). Transaksi langsung meningkat drastis, antara Rp. 20 juta sampai dengan Rp. 40 juta sekali mengikuti pameran. Itu semua belum termasuk pesanan hingga 5.000 boneka dari sebuah perusahaan.
Kiranya situasi tersebut memberikan catatan yang sangat berarti. Perjalan sukses yanga da tidak membuat dirinya terlena. Ia teringat masa awal saat mengunjungi satu per satu toko boneka di Jakarta dan Bogor. Kinerja tersebut pun ia lakukan setiap adanya pameran. Stan demi stan ia amati dan seringkali, ia menawarkan produknya kepada setiap stan yang ia datangi.
Tidak Berhenti Untuk Terus Berinovasi Melalui Pembentukan Lingkungan.
Setelah sampai di bengkel, ia senantiasa mengajak rekan-rekan buruhnya untuk berkonsultasi. Berbagai informasi yang didapat dari pameran pun dibahas secara terbuka. Tentu, iklim yang sangat kondunsif telah terbentuk semestinya. Jadi jangan bingung, bila omzet yang tadinya berjumlah Rp. 500 ribu lantas berubah secara cepat. Terhitungan saat ini di tahun 2014, Zhovy Toys memiliki perputaran uang diatas Rp. 100 juta per bulan dengan jumlah produksi sebanyak 5.000 s/d 6.000 boneka per bulan.
Begitupun pula dengan jumlah pesanan. Kebutuhan akan jumlah produksi pun meningkat yang mengakibatkan penambahan karyawan menjadi 25 orang. Jadi bagi anda yang ingin memesan, mereka tidak bingung lagi. Zhovy Toys siap menerima pemesanan dalam berbagai bentuk sertau ukuran. Perihal harga, bengkel benar-benar memiliki penentuan price yang sangat miring dibandingkan toko boneka umumnya.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
"Sekali kita jatuh, jangan menyerah, jangan pernah terpuruk. Bangkit lagi, maju terus dan tetap semangat," Ibu Tuti Nurhayati seraya membagi kiat keberhasilannya kepada kita semua. . . . . . .Terima Kasih Ibu.
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.