Sunday, December 11, 2016

Gitar Rick Hanes sering Diinjak-injak & Dibanting agar memiliki Kualitas Internasional

Sekilas gitar yang dipajang oleh Pak Doddy Hernanto, 55, dan adik angkatnya, Pak Tommy Kaihatu, 45, tampak seperti gitar listrik kebanyakan. Namun, ketika diperhatikan prosesnya lebih detail, gitar bermerek Rick Hanes tersebut memiliki nilai seni yang berbeda dan bahkan, mampu mendapatkan banyak penghargaan di internasional.

Benda apapun yang jatuh ke tangan seniman, biasanya akan selalu menjelma menjadi sebuah karya seni yang bernilai. Tercipta untuk sekedar perwujudan dari pelimpahan melodi ide atau bisa juga sebagai wadah untuk penerapan solusi yang cenderung relatif. Setidaknya, kegiatan yang ada mampu menyalurkan ide segar.

Kreativitas itu seperti virus, bisa menular. Jadi, jangan pernah sungkan bila berteman dengan mereka yang dikenal kreatif. Tentu kreatifitas positif lah yang terpilih, sehingga berbagai obrolan dalam keseharian benar-benar tak sungkan untuk membuat kita lebih maju. Opini umum itu seakan telah dibenarkan oleh kenyataan hasil yang diterapkan oleh Pak Doddy Hernanto, 55, dan adik angkatnya, Pak Tommy Kaihatu, 45.

Melihat, meniru, memodifikasi, dan melengkapi. . . .Sekelumit perkiraan singkat seakan muncul guna mengapresiasikan karya-karya dari Gitar bermerek Rick Hanes. Siapa sih yang tidak tahu gitar  dan terbukti sudah begitu banyak produsen yang pernah menoreh namanya pada jalur pabrik gitar. Terhitung hampir 4 dekade, alat musik petik bernama gitar sudah bukan barang aneh lagi. Jadi, Dimana dong ???? Keunggulan dari produk Rick Hanes yang bisa mengajak kita untuk bersedia mengacungkan jempol.

Konsepnya berasal dari si Anak Manja.

Ide dan gagasan berasal dari sekelumit penampakan kalimat putra Pak Tommy yang bernama, Patrick Yohanes. Anak manja yang telah memiliki koleksi gitar sebanyak 25 buah sempat mengeluh kepada ayahnya tentang sulitnya mencari gitar elektrik berkelas dunia di Indonesia.

Pria lulusan S2 Ekonomi Universitas Airlangga tak lantas geram mendengar pengaduan si anak satu-satunya. Bahkan, ia menyanggupi angan-angan buah hatinya dengan sangat positif. Segera setelah melakukan riset terhadap aneka jenis gitar elektrik bersama Pak Doddy, mereka lantas menjadwalkan kegiatan untuk sekolah dengan seniman gitar elektrik di benua Eropa dan Amerika.

Kira-kira perjalanan singkat tersebut dimulai pada tahun 2009. Disana pria kelahiran Ambon, 1 Februari 1968, belajar langsung kepada 9 pembuat gitar. Salah satunya, Mr. Omar Jana di New York: sahabat kental Carlos Santana + Mr. Joe Glaser di Negara bagian Nashville + Mr. Buddy Blaze di Hawaii: pembuat gitar elektrik untuk Joe Satriani & Steve Vai, + serta seniman yang tinggal di Berlin, Jerman: Mr Michel Duback dan Gerhard Anke.

Bukan tanpa kendala selama 1 tahun one way trip ke Miami, New York, Nashville, Los Angeles, Hawaii, British Columbia di Kanada dan Jerman. Jelasnya kepada Harian Kompas (05/04/2016), “Awalnya saya susah mendapat kepercayaan untuk belajar karena sebagian musisi asing menilai orang Indonesia suka menjiplak.” Lantaran demikian, mereka menunjukkan kesungguhan untuk belajar melalui penjelasan akan ide dalam menghasilkan gitar yang lebih inovatif dan canggih.

Respon dari sang Guru pun sangat menjanjikan. Buktinya, Mr. Buddy berani mengungkapkan penilaiannya yang mengejutkan atas gitar kreasi Pak Doddy di majalah Guitar World, edisi Juni 2011. Disitu tertulis bahwa seniman berkewarganegaraan AS berani menyamaratakan hasil karya gitarnya dengan produk terkenal, Blaze. Bahkan ia memberikan pendapat bila produknya dapat dipastikan mampu mengalahkan kualitas karya gitar yang dimiliki oleh Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok.

Sering Membanting dan Menginjak-injak produknya sendiri.

Sekilas gitar yang dipajang di daerah Tambak Sawah, Sidoarjo, Jawa Timur tampak seperti gitar listrik kebanyakan. Namun, ketika diperhatikan lebih detail, gitar kreasi PT Buana Cadas Perkasa mengandung nilai seni yang jauh berbeda.

Diperbantukan oleh 50 orang karyawan, badan usaha yang berdiri sejak tahun 2010 menggandeng sebuah perusahaan hand-crafted electric guitar asal Amerika Serikat, Seymour Duncan. Seraya Pak Doddy menjelaskan visi dan misi warungnya kepada Harian Swa (19/10/2016), “Kiat kami adalah inovasi produk dan menjaga kualitas produk.”

Terdapat 14 seri gitar, seperti Tore SE Series, Artist Signature Series, Shred Guy Series, Essel Series, DR X Series, dsb. Ragam karya Rick Hanes selalu berupaya menjadi produsen dengan karya gitar berteknologi canggih. Kualitasnya bukan sembarangan, bisa menghasilkan distorsi nada tanpa menggunakan alat efek, menghasilkan karakter suara yang berbeda-beda, memiliki 2 neck atau gagang leher, serta mampu disambungkan ke tiap gadget android kelas atas.

Mutu akan karakter suara, kenyamanan bermain, dan estetika bentuk pun harus secara seksama diperhatikan. Acapkali juga pada tiap proses pengerjaan akhir, mereka melibatkan berbagai musisi lokal, maupun internasional berjumlah 15 orang dengan sangat teliti begantian melakukan tahap Quality Control (QC) terhadap gitar-gitar yang sudah setengah jadi. Satu unsur lagi, yakni kekuatan pada gitar. Pak Doddy dan Pak Tommy sempat memperagakan kekuatan gitar Rick Hanes dengan menginjak, serta membantingnya, dan hasilnya, tidak ada satu pun bagian gitar yang rusak.

Kayu berjenis rosewood (kayu tropis berwarna merah tua) dan maple (kayu ahorma) yang di impor dari Kanada dinyatakan sebagai bahan terbaik, dipahat hingga membentuk rangka gitar. Rangka itu diperhalus, diperindah dengan cat, dipasangi senar, dan diperiksa kualitas bunyinya. ”Tak hanya kayu maple, gitar juga dibuat dari kayu sonokeling dan mahogani. Ini bahan terbaik dalam menghasilkan suara,” ujar Pak Tommy kepada Harian Kompas (05/04/2013). Selain itu, kapasitas terbaik Rick Hanes juga terdapat pada bagian leher dan badan gitar yang terbentuk dari kayu dengan campuran carbon graphite (bahan pembuat pesawal ulang alik NASA). Varian gitar terbarunya pun dilengkapi tuner yang terpasang di bagian leher gitar. Tuner tersebut diproduksi oleh Tronical, perusahaan teknologi asal Jerman. Mereka menjalin kemitraan sejak tahun 2014.

Sejumlah Penghargaan di tingkat domestik, maupun Internasional.

Berkaitan dengan prestasi dan apresiasi, dalam kurun waktu 2 tahun kerja, Rick Hanes telah mendapatkan berbagai penghargaan. Prestasi yang tentu sangat membanggakan para pecinta gitar Indonesia, dimana produksi dari desa Waru, Sidoarjo mampu menyisihkan gitar-gitar ternama dunia. Antara lain, perihal informasi yang pernah ditulis oleh oleh majalan Guitar Planet (http://www.guitar-planet.co.uk/) pada tahun 2012.

Pada website tersebut mencantumkan gitar Rick Hanes berhasil mengungguli 362 Gitar peserta, termasuk pesaingnya seperti merek Gibson, Ibanez, Fender, dan Yamaha yang sudah terlebih dahulu mendunia. Saat itu Rick Henes mendapatkan penghargaan untuk kategori: Guitar of the Year 2012-Most Innovative, Guitar of the Year 2012-Best ArtWork, dan Guitar of the Year 2012-Artist Signature. Jelas Pak Doddy saat menanggapi kenyataan bahagia tersebut, “Terus terang, saat diberi informasi itu by e-mail minggu lalu oleh pihak Guitar Planet, saya kaget bukan kepalang. Saking senangnya, mau pingsan rasanya.”

Cukup berbeda dari jenis gitar elektrik lainnya, gitar Rick Hanes tidak menggunakan efek untuk menghasilkan distorsi nada. Tapi, gitar ini menggunakan gadget untuk menghasilkan suara istimewa. Kebanyakan adalah gadget keluaran Apple. “I have this guitar, and all my friends want to buy it from me because they think its awesome. Sadly for them, I will never sell my Avenix to anyone because it IS AWESOME. Yet another brilliant work especially noted for it’s playability and unique look. A must buy,” ungkap Patrick (07/12/2015), salah satu penggemar Rick Hanes di AS pada kolom komentar.

Dalam hal pendistribusian produk, Rick Hanes lebih memilih pasar luar negeri sebagai prioritas tujuan produksi, dibandingkan pasar domestik. Kira-kira perbandingan skalanya sebesar 70 : 30. Setelah melalui pengerjaan selama 40 hari, jumlah sebanyak 100 gitar dari 15 tipe siap untuk dikirim pada tiap bulannya dengan konsekuensi harga berkisar Rp. 10 juta – Rp. 20 juta.

Tidak hanya itu! Hard Rock Café Bali pun segera menggelontorkan dana sebesar Rp. 2 Miliar pada Juni 2015 untuk mengikat kontrak selama 10 tahun dengan Rick Hanes. Bahannya dibuat dari Logam dengan ketinggian 6 meter, serta 2,5 meter untuk ukuran lebar, dan monster gitar tersebut dibuat untuk menggantikan gitar bermerek Gibson yang terlebih dahulu hadir disana.

Sekelumit cerita Perjalanan Hidup Pak Doddy Hernanto.

Lebih dikenal sebagai Mr. D, yang menganggap gitar sebagai hidupnya dan memilih untuk mengajar orang-orang cacat tentang bagaimana memainkan alat musik. Semua ini bukanlah penandatanganan kontrak dengan label musik besar, yang akan menawarkan kemewahan dan popularitas.

Mengajar adalah perjalanan hidupnya, sementara gitar adalah kehidupan itu sendiri. Sebagai seorang guru gitar, ia merasa lebih bebas mengekspresikan hidupnya dibandingkan harus terlibat dalam industri musik. “I want to change the basic guitar strumming guide so as to make it easier for all learners, including the handicapped. Though played with one finger, it can still produce beautiful instrumentals,” begitu kata Pada Doddy kepada Harian Jakarta Post (15/10/2012).

Tambahnya, “A lot of disabled children have no schooling, as they belong to poor families. Some are even hidden by their parents, who feel embarrassed by their children’s physical or mental disabilities” Mr. D terinspirasi oleh salah satu penulis lagu dan produser rekamanan terkenal, bernama Stevie Wonder, yang pernah mengucapkan sekelumit kalimat nan inspiratif, “Just because a man lacks the use of his eyes doesn’t mean he lacks vision.”

Owner yang juga sebagai roh bagi Rick Hanes dilahirkan dalam sebuah keluarga seni yang penuh kasih. Ayahnya, Soenarko, adalah seorang pemain biola. Dia memperkenalkan alat musik petik dan ukulele pada Doddy, saat ia berusia 10 tahun. Meskipun ia pernah gagal saat menempuh pendidikan di ITS (Institut 10 November Surabaya), anak pertama dari 5 bersaudara berhasil lulus dari IKIP Surabaya (Institut Pelatihan Guru) untuk Fakultas Matematika.

Beberapa tahun kemudian, ia muncul di TVRI Surabaya untuk bermain keroncong. Semua itu ia lakukan untuk meraih pendapatan guna sekedar membeli buku dan membiayai kursus gitar. Ibunya sempat marah kala itu saat ia menjual sepeda motor miliknya untuk membeli gitar. Karena juga diklaim oleh ibunya bila ia gemar merokok dan minum minuman keras pada setiap pagelaran musik yang diikuti.

Uniknya lagi! Pak Doddy menikahi seorang wanita yang memiliki Beda Agama setelah menyelesaikan kuliah. Jelasnya mengenai pesta pernikahannya saat itu, “I join mosque prayers and she goes to church. The difference even makes us love each other. We also let our children choose their own faiths without compulsion.” Sungguh seniman sebenarnya, karena makna dari Bhineka Tunggal Ika telah benar-benar, dia pahami.

Setelah lulus, Mr D lantas menjadi seorang guru matematika selama 20 tahun. Namun, kegemarannya bermain gitar masih terus mengikuti. Kemampuannya bermain dengan satu jari, membuat ia bisa menjadi pegawai di Majalah Hot Cord. Smpai akhirnya, ide membuat gitar sendiri muncul saat ngobrol santai dengan adik angkatnya, Chris Kaihatu dan Tommy Kaihatu. Sama-sama bekerja sebagai pendidik. Doddy bekerja sebagai tenaga pengajar untuk bidang mata pelajaran matematika di SMA Stella Maris, Surabaya, sedangkan kedua adiknya bekerja pada profesi yang sama, namun di tingkat Universitas, yakni Universitas Kristen Petra dan Universitas Ciputra.

Pada 2009, ke tiga bersaudara mulai mencari ide untuk membuat gitar. Mulai dari pemilihan desain, ide kreatif, hingga eksekusi pembuatan, Doddy yang merencanakannya. Sedangkan adik-adiknya mengurusi modal usaha dan keuangan. Hingga di tahun 2010 baru mereka memproduksi gitar. Saat itu posisi Mr D sudah jadi Pemimpin Redaksi di Hot Cord, sehingga tidak harus kekantor setiap hari.

Di saat merintis usaha pembuatan gitar, dia bercita-cita membuat gitar yang berbeda dari jenis gitar pada umumnya. Mr D mengaku tidak pernah sekolah atau pun belajar secara khusus dalam membuat gitar. Semuanya ia pelajari dari majalah musik dari dalam negeri dan luar negeri, video tutorial, serta buku-buku. Pada bidang promosi, ia pun turun tangan secara langsung. Kegemarannya menaiki motor membuat nya kerap datang ke kampus-kampus serta sekolah musik di Bali, Yogya, Surabaya, dan lembaga pendidikan di Jawa Timur. Urainya, “Awalnya banyak yang menyangka kalau gitarnya ini produk impor, mereka tidak percaya jika Rick Hanes adalah produk Indonesia.”

Website: http://www.rickhanesguitars.com/
Facebook: https://www.facebook.com/rickhanes.guitars.1


Sekilas gitar yang dipajang oleh Pak Doddy Hernanto, 55, dan adik angkatnya, Pak Tommy Kaihatu, 45, tampak seperti gitar listrik kebanyakan. Namun, ketika diperhatikan prosesnya lebih detail, gitar bermerek Rick Hanes tersebut memiliki nilai seni yang berbeda dan bahkan, mampu mendapatkan banyak penghargaan di internasional.Sekilas gitar yang dipajang oleh Pak Doddy Hernanto, 55, dan adik angkatnya, Pak Tommy Kaihatu, 45, tampak seperti gitar listrik kebanyakan. Namun, ketika diperhatikan prosesnya lebih detail, gitar bermerek Rick Hanes tersebut memiliki nilai seni yang berbeda dan bahkan, mampu mendapatkan banyak penghargaan di internasional.Sekilas gitar yang dipajang oleh Pak Doddy Hernanto, 55, dan adik angkatnya, Pak Tommy Kaihatu, 45, tampak seperti gitar listrik kebanyakan. Namun, ketika diperhatikan prosesnya lebih detail, gitar bermerek Rick Hanes tersebut memiliki nilai seni yang berbeda dan bahkan, mampu mendapatkan banyak penghargaan di internasional.










Sumber Penulisan:
http://www.antaranews.com/berita/441141/doddy-hernanto-perkenalkan-bermain-gitar-dengan-pensil
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/memetik-gitar-memetik-kebanggaan 
http://entertainment.kompas.com/read/2013/04/05/04172294/membawa.gitar.lokal.mendunia
http://swa.co.id/swa/profile/digandeng-perusahaan-jerman-rick-hanes-bikin-gitar-digital-tuner
http://www.thejakartapost.com/news/2012/10/15/doddy-hernanto-guitarist-cum-teacher-disabled.html
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/doddy-hernanto-sukses-bisnis-gitar-rick-hanes-1
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/doddy-tinggalkan-profesi-guru-demi-gitar-2
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/doddy-menjaga-kualitas-agar-makin-berkibar-3
http://www.jpnn.com/read/2013/01/25/155627/Doddy-Hernanto-dan-Gitar-Produksinya-yang-Juara-Dunia-
http://www.malangtimes.com/baca/2655/20150804/232039/mr-d-pamerkan-gitar-robotik-berbasis-gadget-di-jombang/
http://www.ayopreneur.com/manufaktur/kisah-sukses-doddy-hernanto-bisnis-gitar-rick-hanes
http://www.tribunnews.com/seleb/2012/01/31/petikan-gitar-satu-jari-doddy-hernanto-memukau

No comments:

Post a Comment

Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.

Label

Agama Air Minum Alat Musik Alumunium Angklung Artis Asmara Automotif Bahan Bakar Bali Bambu Bandung Bank Bank Sampah Barang Bekas Batam Batik Becak Beras Besakih Biola Blogspot Boneka Buah-buahan Budaya dan Tradisi Buka Lapak Buku Bunga Burger Burung Cafe Charlie Tjendapati CNBC Cobek Dandung Santoso Daur Ulang Desa Desain Dodol E-mail Eceng Gondok Edie Juandie Ekonomi dan Perdagangan Es Krim Facebook Flipboard Flora dan Fauna Fruit Carving Furnitur Gadget Gamelan Garam Gerai Gerobak Gitar Google Plus Gula Hari Raya Harian Merdeka Haryadi Chou Hewan Hiburan dan Wisata Hidayah Anka Hidroponik Hijab Hotel http://www.duahari.com Hukum dan Politik Indra Karyanto Instagram Internet Internet Marketing ITB Jagung Jajanan Jamu Jamur Tiram Jangkrik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jepang Kain dan Pakaian Kaleng Kalimantan Kamera Kapal Laut Karaoke Kartun Kecantikan Kecap Keju Kelautan Kelinci Kemasyarakatan Kendaraan Kerajinan Kereta Kertas Kiat dan Tip Kisah Hidup Koki Komputer dan Teknologi Kopi Koran Kuda Pustaka Kuliner Kumpulan Kurir LA Time Laptop Si Unyil Lidah Buaya Linkedin Liputan 6 Logam Lukisan Kayu Madu Mahasiswa Mainan Anak-Anak Makanan dan Minuman Malang Martabak Masyarakat dan Persoalannya Matras Melukis & Menggambar Metro TV Mineral Miniatur Minyak Atsiri Mitra Mobil Motor Musik Nana Mulyana Narapidana Net TV Ngatmin Biola Bambu Obat dan Kesehatan Olah Raga Ondel-Ondel Online Organik Organisasi Sosial Pameran Panama Papers Pantang Menyerah Papan Selancar Paper Quilling Pariwisata Peluang Usaha Pemulung Pencucian Pendidikan Penelitian Penemuan Penyanyi Penyiar Peralatan Perhiasan Perikanan Permainan Perpustakaan Pertanian dan Perkebunan Perumahan Peternakan Pinterest Plastik Proses Produksi Psikologi dan Mental Putu Gede Asnawa Dikta Puyuh Radio Rancangan Rendang Resep dan Masakan Restoran Robot Roti Salak Sambal Sampah Sandal Sapi Sayur Mayur Sejarah dan Peradaban Sekolah Semarang Seni Seni Pahat Sepatu Sepeda Sindo News Slamet Triamanto Spa Strikingly Suprapto Surabaya Surat Kabar Tahun Baru Tas Tattoo Techno Park Teh Tekhnologi Televisi Telur Terrarium Tukang Cukur Tumang Twitter Venta Agustri Vespa Wanita dan Keindahan Wawancara Wayang Website Wetz Shinoda What's Up Wine Wordpress Yoga Yogyakarta You Tube