Bagi anda yang tinggal di kota besar dan sulit sekali mendapatkan lahan yang cukup luas untuk menanam. Seringkali muncul pertanyaan di benak kita, apakah memungkinkan ?? Petakan tanah atau beberapa lahan sempit dapat dijadikan media penanaman untuk berbagai macam tanaman.
Rasa-rasanya pengen juga gitu yah !! Punya tanaman yang hijau-hijau, segar, dan kalau kita butuh bisa tinggal dipetik. Nah, melalui tangan seorang wanita yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat, ruang yang sempit mampu menjadi lahan produktif setelah pada tahun 2008 ia mencoba berkebun dengan cara hidroponik.
Cara yang sangat tepat dan terbukti sukses untuk menghasilkan keuntungan yang melimpah hanya dalam kurun waktu 4 tahun kerja. Jumlah modal awalnya hanya sebesar Rp. 7,5 juta, yang kemudian digunakan untuk membeli benih, pupuk, serta menggaji karyawan berjumlah 2 orang. “Dulu, di daerah itu masih banyak lahan tidur, makanya timbul ide untuk bercocok tanam,” ujar Ibu Diah Meidiantie kepada Harian Kontan (28/02/2013).
Faktor pengalaman pendidikannya di IPB, bagaimanapun juga telah banyak membantu proses keberhasilan yang ia peroleh hingga saat ini. Setelah lulus dari Institut Pertanian Bogor, beliau bekerja menjadi tenaga guru pengajar pada sebuah sekolah di Ciganjur, Jagakarsa, namanya Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP). Tidak jarang pula, anak didiknya berbaur bersama nya pada setiap pekan, guna mempraktekan teori yang telah diraih di sekolah. Lahan tersebut kebetulan terdapat di perumahan seluas 4.500 meter persegi.
Hasil panen hidroponiknya biasa dikirim oleh Ibu Diah Meidiantie ke supermarket terdekat. Kebunnya saat ini memiliki sekitar 5 jenis tanaman. Diantaranya tanaman pokcay, caysim, kangkung, bayam merah, dan bayam hijau. Harga jualnya berkisar Rp. 8 ribu hingga Rp. 10 ribu per kg. Hebatnya, usaha Ibu Diah biasa mengirim panenannya sebanyak 3 kali dalam 10 hari dengan kapasitas berat sebesar 25 - 60 kg. Keuntungan yang diraih pun sangatlah lumayan, kira-kira Rp. 7 s/d 15 juta per bulan dengan jumlah omzet sebesar Rp. 14 s/d 30 juta per bulan.
Masalah yang dijawab oleh Kebaikan dan Pengabdian.
Namun bukan berarti semua perjalanan usaha hidroponik nya tidak memiliki masalah. Pada bulan April 2010, pengelola perumahan berniat menjadikan ½ lahan yang biasa ia gunakan untuk dibangun rumah. Jadilah lahan yang biasa ia gunakan harus semakin sempit, menjadi 1.000 m2.
Bingung kiranya beliau saat itu. Tidak terlena akan keadaan. Keputusan untuk mencari wilayah baru ia jalankan pada 1 bulan berikutnya. Pada bulan itu juga, yakni bulan Mei 2010, ibu Diah langsung mendapatkan sebuah lahan kosong seluas 3 ribu m2 di Ciganjur. Sumber informasi berasal dari teman-teman guru sekerja di SPP. Guna mengungkapkan rasa terima kasih, beliau tidak segan-segan untuk sering pula mengisi aktivitasnya bersama anak-anak murid.
Ternyata, perangai sulitnya masalah yang lantas dijawab dengan kebaikan dan pengabdian. Hal tersebut mampu mendatangkan rezeki, berupa tambahan pelanggan. Kebetulan banyak siswanya yang sering membantunya berasal dari perumahan sekitar, jadi banyak orangtua mereka selekasnya mengisi daftar pemesanan mingguan dan bulanan. Belum lagi, pola marketing dari mulut ke mulut berhasil menggugah para pemilik minimarket-minimarket terdekat untuk sedianya memesan hasil kinerja panen Ibu Diah pada setiap pekan.
Google Plus: https://plus.google.com/110114254110403660773
Linkedin: https://id.linkedin.com/in/dyah-meidiantie-435b3a9a
Sumber penulisan:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/11/22/073100926/bertani.di.kota.bisa.raup.omzet.puluhan.juta.rupiah.
http://m.kontan.co.id/news/kantong-makin-tebal-alam-sekitar-menghijau
http://beritapulauseribu.com/bpsc/berita-hama-hilang-petani-buah-di-pulau-seribu-tersenyum-.html
http://www.beritajakarta.com/read/14102/Antisipasi_Hama150_Alat_Perangkap_Lalat_Dibagikan
Rasa-rasanya pengen juga gitu yah !! Punya tanaman yang hijau-hijau, segar, dan kalau kita butuh bisa tinggal dipetik. Nah, melalui tangan seorang wanita yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat, ruang yang sempit mampu menjadi lahan produktif setelah pada tahun 2008 ia mencoba berkebun dengan cara hidroponik.
Cara yang sangat tepat dan terbukti sukses untuk menghasilkan keuntungan yang melimpah hanya dalam kurun waktu 4 tahun kerja. Jumlah modal awalnya hanya sebesar Rp. 7,5 juta, yang kemudian digunakan untuk membeli benih, pupuk, serta menggaji karyawan berjumlah 2 orang. “Dulu, di daerah itu masih banyak lahan tidur, makanya timbul ide untuk bercocok tanam,” ujar Ibu Diah Meidiantie kepada Harian Kontan (28/02/2013).
Faktor pengalaman pendidikannya di IPB, bagaimanapun juga telah banyak membantu proses keberhasilan yang ia peroleh hingga saat ini. Setelah lulus dari Institut Pertanian Bogor, beliau bekerja menjadi tenaga guru pengajar pada sebuah sekolah di Ciganjur, Jagakarsa, namanya Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP). Tidak jarang pula, anak didiknya berbaur bersama nya pada setiap pekan, guna mempraktekan teori yang telah diraih di sekolah. Lahan tersebut kebetulan terdapat di perumahan seluas 4.500 meter persegi.
Hasil panen hidroponiknya biasa dikirim oleh Ibu Diah Meidiantie ke supermarket terdekat. Kebunnya saat ini memiliki sekitar 5 jenis tanaman. Diantaranya tanaman pokcay, caysim, kangkung, bayam merah, dan bayam hijau. Harga jualnya berkisar Rp. 8 ribu hingga Rp. 10 ribu per kg. Hebatnya, usaha Ibu Diah biasa mengirim panenannya sebanyak 3 kali dalam 10 hari dengan kapasitas berat sebesar 25 - 60 kg. Keuntungan yang diraih pun sangatlah lumayan, kira-kira Rp. 7 s/d 15 juta per bulan dengan jumlah omzet sebesar Rp. 14 s/d 30 juta per bulan.
Pengabdian telah Menolong Ibu Diah Meidiantie saat mengembangkan
Usaha Hidroponik nya |
Budidaya Sayuran dengan Teknik Hidroponik. Mengapa Tidak ? Walau anda memiliki lahan yang sempit. Jenis penanaman tersebut dapat dipastikan Berhasil bagi mata pencaharian untuk masyarakat perkotaan.
Masalah yang dijawab oleh Kebaikan dan Pengabdian.
Namun bukan berarti semua perjalanan usaha hidroponik nya tidak memiliki masalah. Pada bulan April 2010, pengelola perumahan berniat menjadikan ½ lahan yang biasa ia gunakan untuk dibangun rumah. Jadilah lahan yang biasa ia gunakan harus semakin sempit, menjadi 1.000 m2.
Bingung kiranya beliau saat itu. Tidak terlena akan keadaan. Keputusan untuk mencari wilayah baru ia jalankan pada 1 bulan berikutnya. Pada bulan itu juga, yakni bulan Mei 2010, ibu Diah langsung mendapatkan sebuah lahan kosong seluas 3 ribu m2 di Ciganjur. Sumber informasi berasal dari teman-teman guru sekerja di SPP. Guna mengungkapkan rasa terima kasih, beliau tidak segan-segan untuk sering pula mengisi aktivitasnya bersama anak-anak murid.
Ternyata, perangai sulitnya masalah yang lantas dijawab dengan kebaikan dan pengabdian. Hal tersebut mampu mendatangkan rezeki, berupa tambahan pelanggan. Kebetulan banyak siswanya yang sering membantunya berasal dari perumahan sekitar, jadi banyak orangtua mereka selekasnya mengisi daftar pemesanan mingguan dan bulanan. Belum lagi, pola marketing dari mulut ke mulut berhasil menggugah para pemilik minimarket-minimarket terdekat untuk sedianya memesan hasil kinerja panen Ibu Diah pada setiap pekan.
Google Plus: https://plus.google.com/110114254110403660773
Linkedin: https://id.linkedin.com/in/dyah-meidiantie-435b3a9a
Sumber penulisan:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/11/22/073100926/bertani.di.kota.bisa.raup.omzet.puluhan.juta.rupiah.
http://m.kontan.co.id/news/kantong-makin-tebal-alam-sekitar-menghijau
http://beritapulauseribu.com/bpsc/berita-hama-hilang-petani-buah-di-pulau-seribu-tersenyum-.html
http://www.beritajakarta.com/read/14102/Antisipasi_Hama150_Alat_Perangkap_Lalat_Dibagikan
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.