Lokasi Desa Ngadu, Kecamatan Sambong, tidak jauh dari jalan nasional Blora-Cepu. Dari Pasar Sambong ke arah selatan. Ketika memasuki desa tersebut lebih dalam lagi, tampak green house dengan ukuran yang cukup besar. Green house itu dipenuhi sayuran segar tumbuh subur, tertata rapi di sebuah paralon yang diletakkan bertingkat dengan model segitiga.
Seorang pria berkaus hitam terlihat serius mengecek satu persatu sayuran itu. Dia adalah Indra Karyanto, salah satu petani hidroponik. Lalu, dia mengajak memasuki green house tersebut. Di dalamnya terdapat sejumlah sayuran segar, salah stunya sawi yang siap dipanen. "ini sudah siap dipanen dan siap disetorkan ke bakul," uajrnya sembari menunjukkan sayuran dekat pintu masuk green house-nya.
Sambil berkeliling melihat sayur-sayuran, Indra menjelaskan, sayuran yagn siap dipanen tadi itu sudah berumur hampir 3 minggu lebih. Seperti sawi hijau, sawi sendok, selada, dan kangkung. Sayuran tersebut itu dipanen setiap hari sebanyak 20 kilogram (kg).
Sayuran itu tidak ditanam menggunakan model hidropnik yang biasa. Dia menggunakan penanaman dengan sistem deep flow technique (DFT). Yakni, menggunakan genangan air di dalam paralon sebagai tempat penanamannya. Artinya, sayuran ditempatkan di paralon yang ditata bersusun dengan bentuk segi tiga dan dalamnya digenangi air. "Agar selalu mengalir, saya tampung airnya di tandon 1.800 liter, dan pastinya itu juga sudah diberi nutrisi," ujarnya.
Selain itu, harus selalu dicek suhu air dan diberi nutrisi seimbang. Bahkan, di saluran airnya selalu diberi termometer untuk melihat suhu. Sehingga, dengan perawatan tersebut, harga sayuran dari hidroponik lebih mahal 2 kali lipat dari harga sayuran biasa. "Untuk bibitnya, kami melakukan penyemaian sendiri," tuturnya.
Indra menggeluti dunia hidroponik hampir setahun, tepatnya sejak Agustus 2016. Awalnya hanya berbentuk kecil dengan kapasitas tanam 100 titik tanam. Kemudian, sejak Maret lalu, dia mulai membangun green house yang memiliki 7.000 titik tanam.
Sebelum menggeluti dunia hidroponik, Indra merupakan salah satu pegawai di KSO Pertamina EP Foster Trembes Petrolium sebagai civil enginer/topsip. Namun terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) pada Mei 2016. Indra salah satunya yang terkena PHK.
Meski banyak tawaran untuk memasuki dunia migas lagi, tetapi, dia lebih memilih mengembangkan bisnisnya tersebut. Uang pesangon yang didapatkan digunakan membeli tanah, lalu mendirikan green house.
Indra mengaku sangat senang menjalankan usaha tersebut. Meski masih belum mendapatkan pasar pasti, tetapi ke depan hidroponik di tempatnya itu akan digunakan wisata edukasi.
Sumber Penulisan:
Radar Blora Cepu. Senin, 28 Agustus 2017.
https://www.facebook.com/clenoro/posts/10155728962308363
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.