Tidak banyak pekerja yang memilih menggeluti bidang lain setelah keluar dari pekerjaan. Apalagi bidang yang digeluti itu berbeda jauh dari latar belakang pendidikan. Namun, tidak demikian bagi Indra Karyanto. Setelah tak lagi bekerja di industri minyak dan gas (migas), dia memilih bercocok tanam dengan sistem hidroponik.
2 tahun lalu, Indra Karyanto masih bekerja di salah satu KSO Pertamina. Setelah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 2016, sarjana Teknik Geodesi UGM Yogyakarta itu menggunakan uang pesangon untuk modal merintis usaha baru, budi daya tanaman hidroponik.
Usaha tersebut dimulai di Desa Gadu, Kecamatan Sambong. Sebuah greenhouse hidroponik dibangun, "Sayur-sayur ini sudah siap panen, sudah siap dipasarkan," ujarnya.
Di green house berukuran seper 6 rumah besar itu, setidaknya terdapat 7.000 titik tanam. Beraneka ragam sayuran dibudidayakan di tempat itu, mulai dari sawi hijau, sawi sendok, selada, dan kangkung. Sayuran hijau yang segar itu dibudidayakan dengan sistem deef flow technique (DFT), yakni menggunakan genangan air di dalam paralon sebagai tempat penanaman. Paralon disusun sedemikian rupa, sehingga memudahkan perawatan tanaman. "Air harus selalu mengalir. Daya tampung air di tandoe 1.800 liter dan pasti, itu juga sudah diberi nutrisi dan suhu air juga diperhatikan," tandas pria kelahiran Sukoharjo, 12 Mei 1982.
Usaha Baru.
Indra Karyanto mengaku banyak tawaran untuk bekerja di dunia migas lagi, setelah dia berhenti bekerja di salah satu KSO Pertamina awal 2016. Namun, dia lebih memilih menggeluti budi daya tanaman hidroponik.
Awalnya dia membudidayakan tanaman hidroponik di 100 titik tanam. Kemudian sejak Maret 2016, pemuda ini mulai membangun green house berukuran besar. Uang pesangon yang diperoleh untuk membuat greenhouse di Desa Gadu.
Selain itu, dia juga merelakan menjual alat ukur total station yang merupakan alat ukur utama seorang geodesi untuk pekerjaan survey dan pemetaan. Uang hasil penjualan digunakan untuk pengembangan hidroponik.
"Saking niat yang kuat menjadi petani, saya jual alat ukur total station," tandasnya.
Indra Karyanto beralasan, untuk mencapai hasil maksimal diperlukan perjuangan. Yakni, perjuangan menciptakan sayuran yang baik dan layak dikonsumsi dari perjuangan menciptakan pasar.
"Secara keekonomian, penghasilan belum mengimbangi dari hasil kerja di dunia minyak. Namun ada kepuasan dan berkah sendiri dari menjadi petani. Saya yakin kebun saya akan berkembang dan mampu melebihi pendapatan dari bekerja di dunia minya," katanya.
Meskipun budi daya hidroponik tidaklah semudah yang dia bayangkan, dia mengaku sangat senang. Indra berkeinginan green house tersebut ke depan bisa menjadi destinasi wisata edukasi bagi siapa pun yang ingin belajar hidroponik.
"Yang pasti, saya ingin dengan adanya hidroponik ini bisa memberdayakan masyarakat sekitar," ujarnya.
Dia juga meluangkan waktu untuk memberikan pelatihan hidroponik kepada warga.
Menurutnya, pelatihan itu untuk mengenalkan budi daya sayuran secara hidroponik dengan harapan bisa berbagi pengetahuan tentang pentingnya konsumsi sayuran sehat. Selain itu, hasil dari tanaman sendiri bisa untuk dikonsumsi keluarga.
Sumber Penulisan:
Suara Merdeka, 27 September 2017.
https://www.facebook.com/clenoro/posts/10155728962308363
https://www.facebook.com/arjuna.sang/posts/10155294315148025
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.