Kue Tiwul dari Ibu Lilik Sri Rahuyu: Enak, praktis, sederhana, dan sangat laku |
Potensi makanan berbahan dasar Tiwul ternyata memiliki catatan yang sangat menjanjikan saat ini. Seorang produsen dari Wonosobo menyatakan dirinya merasa kewalahan, karena tingginya tingkat permintaan akan makanan yang terbuat dari singkong tersebut.
Jajanan yang sering dijadikan makanan pengganti nasi, memang sudah berjaya sejak awal Kemerdekaan. Jadi bukan tidak mungkin bila si empunya, Ibu Lilik Sri Rahayu merasakan khasiat selera dari konsumen dengan menggambarkan. "Saat ini kami baru bisa membuat sekita 100 kilogram tiwul instan per minggu dan produksi itu jauh di bawah permintaan pasar yang mencapai tiga hingga empat kali lipat."
Banyak memang usah sejenis di Dusun Kawista, Desa Adiwarno masih menggunakan pola tradisional untuk proses kerjanya. "Kami sangat mengandalkan sinar matahari untuk pengeringan tepungnya, sehingga sangat tergantung kondisi cuaca," terang Sri Rahayu. Hal itu sangat ia rasakan, terlebih ketika musim hujan tiba, dia menambahkan, "Agar produksi bisa konstan dalam jumlah sesuai target, kami sangat membuatuhkan alat pengering."
Beruntung makanan yang sempat bersaing pada tahun 1990-an dengan makanan modern, masih terus disukai. "Harga jual yang kini sangat terjangkau, yaitu tak lebih dari Rp. 18.000,- per kemasan 400 gram," kata Ilham Arda, salah satu distributor lainnya yang turut memasarkan Tiwul Instan, "Konsumen menilai tiwul instan yang terbuat dari tepung mokaf dan ubi ungu, dinilai jauh lebih sehat ketimbang nasi atau roti gandum."
Tidak hanya memiliki keunggulan, Tiwul juga mampu membentuk mekanisme usaha yang saling membutuhkan guna terciptanya peluang kerja. "Mulai dari bahan baku berupa singkong, kemudian pengolahan menjadi tepung mocaf dikerjakan oleh pihak lain. Ini demi terciptanya peluang kerja sama yang saling menguntungkan," Jelas Bu Sri Rahayu.
Sebut saja Taiwan, Suriname, Australia, dan Hong Kong, usaha yang dimulai sejak 8 tahun yang kini telah menembus pasar dunia. Kenyataan tersebut tidak lepas pada kinerja aktif dari koleganya yang dulunya seorang buruh dari Tracap Kaliworo, Ibu Maizidah Salas.
Apalagi kawan, mari kita lestarikan makanan khas daerah kita. Sangat enak, praktis, sederhana, dan bisa dikembangkan untuk lebih variatif seiring dengan tuntutan selera dari konsumen.
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.