Teletubbiesnya |
Mungkinkah sang pembuat film sengaja memasukkan berbagai unsur yang ada secara tersirat. Atau metode pembuatannya memang memberikan sedikit cuplikan tentang nilai-nilai unik dari perilaku kehidupan. Maksudnya apa tuh????
Percaya nggak percaya hal itu memang benar adanya. Buktinya, Dusun Nglepen di Desa Sumberharjo, Kecamatan Sleman, DIY berusaha mengharmoniskan suasana melalui deretan gambar lucu dari film televisi anak-anak, "Teletubbies."
Mungkin saja serial kartun tersebut merupakan teman terfavorit untuk anak-anak di masyarakat Sumberharjo sebelum terjadi Gempa pada tahun 2006. Menurut catatan yang saya dapat dari Harian Kompas dan Harian Tribun News, Desa Nglepen adalah salah satu daerah paling parah menerima gempa dibanding desa-desa lainnya.
Dan saat ini, kenyataan tulisan masa lampau telah mampu membangkitkan suatu nilai positif yang berharga bagi masyarakat. Keinginan mereka untuk lebih baik tergambar tuntas pada perilaku seni yang sangat baik untuk dapat dikatakan pantas. Pengunjung yang baru hadir ke perkampungan langsung disambut oleh deretan rumah tahan gempa berbentuk setengah globe.
Memiliki diameter yaitu 7 m dan 4,6 meter untuk tinggi rumah. Setiap dome terfasilitasi oleh ruang sebanyak 2 (dua) lantai yang dilengkapi oleh ruang tamu, dua buah kamar, dapur, dan bagian atas yang berlantai kayu dibiarkan tanpa sekat. Tidak ketinggalan 2 buah pintu di bagian depan dan belakang serta empat buah jendela di berbagai sisi.
Deretan gambar tokoh "Teletubbies," yaitu Lala, Tinky Winky, Po, dan Dispy seakan-akan berjoget untuk menyambut tamu yang datang ke NEW NGELEPEN setelah membeli karcis seharga Rp. 3.000. Pengunjung pun bisa menginap jika bersedia untuk menyewa atau istirahat di area perkemahan, dan mereka tentunya akan selalu tertawa ketika beberapa boneka Teletubbies memeriahkan suasana saat hari libur dan hari minggu.
Setiap kegiatan wisata di kelola oleh Karang Taruna. Mereka pun bertugas untuk menjaga perkampungan yang memiliki klinik kesehatan, aula, masjid, 6 fasilitas MCK dan 80 bangunan rumah hunian. "Saat pertama kali pindah, rumah ini kami tempati berempat dan cukup nyaman," ucap salah satu penduduk yang bernama Widi, 60, "Perkampungan ini dibangun oleh lembaga sosial dari luar negeri untuk menampung penduduk Nglepen yang sebagian besar setelah gempa tidak memiliki rumah. Selain itu wilayah tempat tinggal kami yang dulu juga sudah tidak boleh dibanguni rumah."
terima kasih banyak lukisan kayu
ReplyDelete