Kesulitan hidup membuat orang tua Anton harus bekerja siang dan malam. Anton kecil pun menghabiskan waktunya bersama sang nenek. Nasib itulah yang membulatkan tekadnya untuk rajin sekolah, guna meretas kemiskinan yang selama ini membelenggu garis hidup orang-orang tercinta.
Terlahir sebagai anaik dari buruh tani, tak menggoyahkan sedikit pun cita-cita meraih pendidikan tinggi. Berbagai macam upaya dan jalan pun ia tempuh, meski sempat memutuskan bekerja setelah sekolah dan menunda cita-citanya berkuliah. Toh kini akhirnya Anton mampu menuntaskan mimpi dan berhasil menyandang gelar sarjana.
Bahkan, Anton berhasil mencatatkan kenangan manis di kampus tempatnya menuntut ilmu. Bersama sang dosen, ia membuat alat yang mampu menggantikan kekuatan baja. Siapa sangka bambu yang dirasa tidak memiliki kekuatan disulap menjadi salah satu bahan bangunan dengan kekuatan setara baja.
Karya Anton pun mendapat dana berupa hibah dari Kemenristek-Dikti sebesar kisaran Rp. 50 juta. Bersama kedua dosen Teknik Sipil nya, Ir. Ester Priskasari, MT dan Ir. A. Agus Santosa, MT, pria asal kecamatan Dampit, kabupaten Malang ini mengaku latar belakang penelitian bermula dari kesadaran akan kekuatan baja, sebagai salah satu struktur kuat bangunan yang semakin hari memiliki nilai jual semakin mahal. "Selain mahal, baja juga tidak dapat diperbaharui," katanya.
Berkaca dari penelitian terdahulu, kemudian muncullah sebuah ide untuk mencari bahan alam yang dapat menggantikan fungsi baja, yaitu bambu. "Bambu petung menjadi pilihan saya karena serat bambu ini sangat kuat, selain itu batang bambu petung tebal dan lurus. Yang paling penting, bambu petung banyak dijumpai di masyarakat," ujar Pria yang baru kemarin saja wisuda dari ITN itu.
Bambu petung dinilai Anton sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Hal ini karena tulangan struktur ari bambu bersifat sederhana, sehingga mampu menopang bangunan semi permanen. Adapun batang bambu yang diserut harus berdiameter 10 mm dengan treatment pengecatan menggunakan lem epoksi pada permukaan bambu. Tujuan pengeleman ini guna menjaga kadar air dan serat bambu.
Selanjutnya, Anton memberikan perlakuan lilitan spiral dengan kawat yang memiliki diameter bervariasi, yakni antara 1,2 mm dan 1,6 mm, dengan jarak yang berbeda. Dari perlakuan itu, bambu menghasilkan kekuatan 4 kali lipat lebih baik daripada kekuatan lekat tulangan menggunakan bambu polos. "Selain itu, hasil rasio perbandingan antara tegangan lekat dan tegangan leleh yang lebih baik dibandingkan rasio hasil tegangan lekat baja polos dan baja ulir," ujar pria kelahiran 1992 itu.
Penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan itu menyimpulkan, bambu dengan perlakuan yang digunakan Anton menghasilkan kekuatan cukup tinggi. Terbukti, kekuatan tersebut serupa dengan kekuatan baja sehingga dapat menggantikan tulangan baja pada komponen struktur sederhana dan rumah tinggal semi permanen.
Meski hasil dari penelitian itu telah terbukti, Anton menyadari masih banyak yang perlu dilakukan guna menyempurnakan karyanya. "Mulai dri segi umur bambu, diameter kawat, serta jarak spasi lilitan perlu diperhatikan," kata pri yang memenuhi kebutuhan hidup selama kuliah dengan berjualan aksesoris motor secara online ini.
Hasil dari penelitian tersebut membuktikan jika karya Anton memiliki kekuatan serupa dengan baja. Bambu petung dengan diameter 10 mm dengan lilitan kawat diameter 1,2 mm dan spasi lilitan spiral berjarak 3mm, mendapat hasil leketan 3.381 N/mm kuadrat.
Sedangkan bambu dengan diameter 100 mm dengan lilitan kawat berdiameter 1,6 mm ditambah lilitan kawat berdiameter 1,6 mm, dengan spasi lilitan spiral sejarak 4 mm, mendapatkan hasil lekatan sebesar 3.209 N/mm kuadrat. Padahal, menurutnya, kekuatan lekatan pada beton dengan menggunakan tulangan polos diameter 10 mm hanya mendapatkan hasil lekatan sebesar 5,96 N/mm kuadrat. Dan untuk kekuatan lekatan pada beton menggunakan tulangan baja ulir berdiameter 10 mm mendapatkan hasil lekatan sebesar 14,9 N/mm kuadrat.
Meski belum dikatakan sepadan dengan kekuatan baja, setidaknya kekuatan lekatan bambu hampir mendekati kekuatan baja. "Tetapi kalau ditinjau dari rasio perbandingan antara tegangan leleh sudah lebih baik dari hasil rasio kekuatan baja," kata pria yang pernah bekerja sebagai karyawan minimarket ini.
Mimpi Anton saat ini adalah mendapatkan beasiswa S2. Ambisinya satu, masih tetap ingin meneruskan dan menyempurnakan karyanya hingga benar-benar bermanfaat dan dapat dinikmati oleh khalayak luas.
Sumber Penulisan:
https://image.isu.pub/160412020424-8459e26208777d1bfb964ce593999f0d/jpg/page_1.jpg
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.