Jenis makanan yang dulunya terkenal dengan nama Pop Corn. Sedari dulu juga bonggol atau batang buah jagung akan selalu dibuang. Hanya dipergunakan biji-biji kecil pada buah tersebut dan kemudian dimasak untuk menjadi makanan favorit bagi para wisatawan lokal, maupun luar negeri.
Lantas tentunya anda tidak akan pernah bisa menyangka bila karya-karya cantik olahan Pak Stefanus Indri Sujatmiko bersumber dari komoditi yang semula dipandang sebelah mata. Bonggol Jagung baginya merupakan sumber daya yang sangat berharga bagi kemajuan masyarakat. Ide dan kreatifitas, serta inovasi seadanya sebagai upaya untuk mengembangkan dunia kerajinan.
Konsep pemikiran awalnya sih sederhana saja, yakni limbah yang sangat berlimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Lantas keinginan membentuk masa depan yang lebih baik membawa Pria asal Kecamatan Minggir, Sleman, Yogyakarta berhasil mengolah bonggol jagung menjadi berbagai kerajinan unik dan menarik. Tak hanya laku di pasar lokal, karyanya tembus pasar internasional.
Beliau sempat dibilang orang gila pada awalnya. Gara-gara dia rajin memilah-milah sampah bonggol jagung di Kandang Sapi. "Itu kan limbah bagi orang-orang itu. Setelah mereka saya tunjukan produk saya melalui HP saya, mereka langsung kaget. Ya Allah. Selama ini mereka tidak ada bayangan bahwa limbah yang selama ini mereka buang, yang selama ini mereka anggap limbah sebagai sampah bisa saya manfaatkan menjadi suatu produk yang sangat bernilai jual tinggi," jelasnya pada suatu sesi wawancara dengan Net Yogya.
Otodidak dan Cerdas.
2 Tahun sudah, Pak Stefanus bergelut dengan bonggol-bonggol jagung. Usaha ini mengawali langkahnya pada bulan Juni tahun 2015. Ia belajar tentang pengolahan dari Pak Edie Juandie selama 2 minggu dan bulan Oktober pada tahun yang sama, dia sudah berani mengikuti Pameran setelah mendapatkan izin dari Desperindag, Yogyakarta.
Sedari awal pola pemasarannya konvensional, plus tenaga kerjanya banyak teman-teman sekampung dan beberapa rekan seniman kota YOgya. Cukup banyak pengalaman kerja yang sebelumnya pernah ia tempuh. Dari jualan sayur mayur diatas mobil bak terbuka sampai dengan bekerja pada jasa usaha percetakan bersama teman-temannya dari ISI (Institut Seni Indonesia), Yogyakarta. Semua ia jalani secara otodidak karena disiplin ilmunya ketika sekolah pada Jurusan Manajemen di UPN Veteran Yogyakarta cukup berbeda dengan tuntutan kerja yang dihadapi.
Material tidak lain dari bonggol-bonggol jagung yang proses pembuatan menggunakan tangan manusia. Tahap pertama, mengumpulkan dan memilih bahan baku. Tahap kedua, proses pengeringan dengan menjemur bonggol dibawah sinar matahari atau diasap. Tahap ketiga, pengamplasan. Lantas karena dianggap mikro organisme yang terdapat di dalam bonggol jagung masih keadaan hidup. Maka diperlukanlah tahapan ke empat, yakni mengawetkan bonggol selama 3 jam pada larutan air khusus dengan cara direndam. Tahap ke lima, pemotongan dan perangkaian bentuk yang sesuai keinginan.
Adapun sumber daya pengolahan didapat dari perkebunan di sekitar Seyegan, Sleman, Klaten dan Kulon Progo. Biasanya CV Giowari Putra Craft memerlukan 30 hingga 60 karung bonggol jagung dalam 1 bulan. Banyak yang berukuran besar, ada pula yang kecil, keras maupun lunak. Jelasnya mengenai harga beli komoditi bonggol jagung kepada Harian Yogya (21/01/2017), "Sekarang saya beli Rp. 5.000, mereka sudah senang. Lah daripada dibuang mending dibayari Rp. 5.000."
Peralatan yang digunakan pun masih sangat sederhana. Tidak ada yang istimewa. Bermodalkan aneka barang yang senantiasa biasa kita temukan di dapur. Contohnya disini dalam hal pembuatan peralatan lampu hias. Peralatan wajan dipergunakan untuk membantu pembentukan penutup lampu. Sedangkan untuk membuat lampunya, ia hanya memanfaatkan fasilitas bentuk dari mangkuk dan bola sepak. Memang bukan pekerjaan mudah, butuh kesabaran, ketelitian, dan keuletan dalam menghasilkan karya yang mengagumkan.
Hingga 5 Benua.
Warga Dusun Minggir II RT 01/RW 03, Desa Sedang Agung berhasil membuahkan kerajinan yang sangat mengagumkan. Menara Eiffel dan Candi Borobudur. Ia sengaja memilih bonggol jagung sebagai bahan pembuatan ragam kerajinan, karena limbah organik tersebut memiliki keunggulan.
Eksotisme tersendiri terlihat sangat jelas bila kita melihat Candi Borobudur mini yang telah ia rakit, salah satunya. Figur kemegahan dari sebuah karya terpancar begitu mempesona dan terjalin sangat rapi dalam ruang garis 4 sisi yang masing-masing panjangnya 1,5 meter. Dari kejauhan, tampak sekali miniatur tersebut berbahan dasar kayu. Tak semata menggunakan limbah bonggol jagung saja. Sumber bahan juga dipadukan dengan akar kayu limbah yang hanyut di sungai.
Harganya cukup bervariasi. Antara Rp. 100 ribu sampai dengan 2 juta Rupiah, tergantung model dan ukuran. Dari bisnis Bonggol Jagung ini dalam sebulan Pak Stefanus mampu mengantongi omzet rata-rata Rp. 30 juta rupiah. Berbicara tentang pangsa pasar, saat ini CV Giowari Putra Craft telah mampu menjangkau pasar lebih luas daripada yang dibayangkan sebelumnya. Untuk dalam negeri: Bogor, Jakarta, Bali, Jombang, sedangkan untuk luar negeri sudah sampai ke 5 benua: Jepang, Korea Selatan, Singapura, Hongkong (Asia); Jamaika (Afrika); Australia (Australia); Kanada, Amerika Serikat (Benua Amerika), dan Negara-negara di Eropa.
Tentu decak kagum tak pernah berhenti hadir saat banyak teman dan kolega datang untuk melihat karya Pak Stefanus, seperti Tugu Monas, Tugu Yogyakarta, serta lukisan Presiden Jokowi hingga Presiden Barack Obama. Namun tetap ia tidak membiarkan karyanya terlena dengan keadaan. Aneka fasilitas unik seraya mengisi aroma desain tiap miniaturnya. Banyak para turis yang pernah hadir di kediamannya atau pameran, sudah biasa untuk selalu tersenyum, tertawa, bahkan mereka rela mengantri hanya untuk menyalakan lampu hias yang ON/OFF nya dengan cara ditiup. "Bukan sulap dan bukan sihir," urainya kepada saya, Clenoro Suharto saat datang ke rumahnya menggunakan sepeda onthel pada hari Selasa, 4 April 2017. Kira-kira jaraknya 19 km kediaman beliau dari tempat tinggal saya.
Sumber Penulisan:
https://www.otonomi.co.id/komoditas/kreasi-limbah-jagung-buatan-pria-sleman-ini-diekspor-hingga-eropa-170109f.html
https://satusatuen.com/gelar-budaya-desa-sendangagung-menuju-desa-budaya/
http://www.harianjogja.com/baca/2017/01/21/ekonomi-kreatif-jutaan-rupiah-dari-limbah-bonggol-jagung-786417
http://foto.metrotvnews.com/view/2017/01/13/642288/kerajinan-dari-tongkol-jagung-ini-dijual-hingga-rp50-ju
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/sebulan-raup-omzet-rp-30-juta/
http://jogja.antaranews.com/berita/344066/kerajinan-bonggol-jagung-sleman-tembus-pasar-internasional
http://konsultankepabeanan.com/article/184526/kerajinan-bonggol-jagung-tembus-pasar-ekspor.html
http://www.lakako.com/post/BLBn6r9DL23 https://tirto.id/kerajinan-berbahan-limbah-batang-jagung-cgVH
http://foto.okezone.com/view/2017/01/13/4/32082/limbah-batang-jagung-disulap-jadi-kerajinan-bernilai-puluhan-juta-rupiah
http://www.solopos.com/2017/01/21/ekonomi-kreatif-jutaan-rupiah-dari-limbah-bonggol-jagung-786417
http://www.antarafoto.com/bisnis/v1484290504/kerajinan-berbahan-limbah-batang-jagung
https://kanaljogja.com/pria-sulap-bonggol-jagung-menjadi-karya-seni-bernilai-tinggi/
http://warga-desa-worlds.blogspot.com/2016/10/bonggol-jagung-bermanfaat-untuk-sumber.html
Lantas tentunya anda tidak akan pernah bisa menyangka bila karya-karya cantik olahan Pak Stefanus Indri Sujatmiko bersumber dari komoditi yang semula dipandang sebelah mata. Bonggol Jagung baginya merupakan sumber daya yang sangat berharga bagi kemajuan masyarakat. Ide dan kreatifitas, serta inovasi seadanya sebagai upaya untuk mengembangkan dunia kerajinan.
Konsep pemikiran awalnya sih sederhana saja, yakni limbah yang sangat berlimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Lantas keinginan membentuk masa depan yang lebih baik membawa Pria asal Kecamatan Minggir, Sleman, Yogyakarta berhasil mengolah bonggol jagung menjadi berbagai kerajinan unik dan menarik. Tak hanya laku di pasar lokal, karyanya tembus pasar internasional.
Beliau sempat dibilang orang gila pada awalnya. Gara-gara dia rajin memilah-milah sampah bonggol jagung di Kandang Sapi. "Itu kan limbah bagi orang-orang itu. Setelah mereka saya tunjukan produk saya melalui HP saya, mereka langsung kaget. Ya Allah. Selama ini mereka tidak ada bayangan bahwa limbah yang selama ini mereka buang, yang selama ini mereka anggap limbah sebagai sampah bisa saya manfaatkan menjadi suatu produk yang sangat bernilai jual tinggi," jelasnya pada suatu sesi wawancara dengan Net Yogya.
Stefanus Sujatmiko Berhasil Merakit Bonggol Jagung untuk Tingkat Pasar di 5 Benua |
Padahal Pak Stefanus Indri Sujatmiko hanyalah sosok orang desa yang ingin berusaha menghasilkan sesuatu untuk sesuap nasi. Aktif dan terus menelurkan inovasi. . . .Hingga saatnya ia berhasil mengolah sampah yang tidak berharga, menjadi sesuatu yang bernilai.
Otodidak dan Cerdas.
2 Tahun sudah, Pak Stefanus bergelut dengan bonggol-bonggol jagung. Usaha ini mengawali langkahnya pada bulan Juni tahun 2015. Ia belajar tentang pengolahan dari Pak Edie Juandie selama 2 minggu dan bulan Oktober pada tahun yang sama, dia sudah berani mengikuti Pameran setelah mendapatkan izin dari Desperindag, Yogyakarta.
Sedari awal pola pemasarannya konvensional, plus tenaga kerjanya banyak teman-teman sekampung dan beberapa rekan seniman kota YOgya. Cukup banyak pengalaman kerja yang sebelumnya pernah ia tempuh. Dari jualan sayur mayur diatas mobil bak terbuka sampai dengan bekerja pada jasa usaha percetakan bersama teman-temannya dari ISI (Institut Seni Indonesia), Yogyakarta. Semua ia jalani secara otodidak karena disiplin ilmunya ketika sekolah pada Jurusan Manajemen di UPN Veteran Yogyakarta cukup berbeda dengan tuntutan kerja yang dihadapi.
Material tidak lain dari bonggol-bonggol jagung yang proses pembuatan menggunakan tangan manusia. Tahap pertama, mengumpulkan dan memilih bahan baku. Tahap kedua, proses pengeringan dengan menjemur bonggol dibawah sinar matahari atau diasap. Tahap ketiga, pengamplasan. Lantas karena dianggap mikro organisme yang terdapat di dalam bonggol jagung masih keadaan hidup. Maka diperlukanlah tahapan ke empat, yakni mengawetkan bonggol selama 3 jam pada larutan air khusus dengan cara direndam. Tahap ke lima, pemotongan dan perangkaian bentuk yang sesuai keinginan.
Peralatan yang digunakan pun masih sangat sederhana. Tidak ada yang istimewa. Bermodalkan aneka barang yang senantiasa biasa kita temukan di dapur. Contohnya disini dalam hal pembuatan peralatan lampu hias. Peralatan wajan dipergunakan untuk membantu pembentukan penutup lampu. Sedangkan untuk membuat lampunya, ia hanya memanfaatkan fasilitas bentuk dari mangkuk dan bola sepak. Memang bukan pekerjaan mudah, butuh kesabaran, ketelitian, dan keuletan dalam menghasilkan karya yang mengagumkan.
Stefanus Sujatmiko Berhasil Merakit Bonggol Jagung untuk Tingkat Pasar di 5 Benua |
Maklum, intuisinya telah menawarkan solusi yang jitu. Bahannya adalah Bonggol Jagung. Tak pernah terlihat sebelumnya memang, jika limbah bonggol jagung bisa menghasilkan industri kreatif yang menjadi sumber penghasilan. Kalau enggak salah itu semua dimulai pada tahun 2015.
Hingga 5 Benua.
Warga Dusun Minggir II RT 01/RW 03, Desa Sedang Agung berhasil membuahkan kerajinan yang sangat mengagumkan. Menara Eiffel dan Candi Borobudur. Ia sengaja memilih bonggol jagung sebagai bahan pembuatan ragam kerajinan, karena limbah organik tersebut memiliki keunggulan.
Eksotisme tersendiri terlihat sangat jelas bila kita melihat Candi Borobudur mini yang telah ia rakit, salah satunya. Figur kemegahan dari sebuah karya terpancar begitu mempesona dan terjalin sangat rapi dalam ruang garis 4 sisi yang masing-masing panjangnya 1,5 meter. Dari kejauhan, tampak sekali miniatur tersebut berbahan dasar kayu. Tak semata menggunakan limbah bonggol jagung saja. Sumber bahan juga dipadukan dengan akar kayu limbah yang hanyut di sungai.
Harganya cukup bervariasi. Antara Rp. 100 ribu sampai dengan 2 juta Rupiah, tergantung model dan ukuran. Dari bisnis Bonggol Jagung ini dalam sebulan Pak Stefanus mampu mengantongi omzet rata-rata Rp. 30 juta rupiah. Berbicara tentang pangsa pasar, saat ini CV Giowari Putra Craft telah mampu menjangkau pasar lebih luas daripada yang dibayangkan sebelumnya. Untuk dalam negeri: Bogor, Jakarta, Bali, Jombang, sedangkan untuk luar negeri sudah sampai ke 5 benua: Jepang, Korea Selatan, Singapura, Hongkong (Asia); Jamaika (Afrika); Australia (Australia); Kanada, Amerika Serikat (Benua Amerika), dan Negara-negara di Eropa.
Stefanus Sujatmiko Berhasil Merakit Bonggol Jagung untuk Tingkat Pasar di 5 Benua |
Beliau
memang seorang pengrajin yang sangat baik dan ramah untuk dapat diajak
bicara. Penampilannya begitu low profile saat saya berbincang-bincang
tentang banyak hal dengan beliau di rumahnya. Foto berikut diambil oleh
seorang jurnalis dari LKBN Antara.
Tentu decak kagum tak pernah berhenti hadir saat banyak teman dan kolega datang untuk melihat karya Pak Stefanus, seperti Tugu Monas, Tugu Yogyakarta, serta lukisan Presiden Jokowi hingga Presiden Barack Obama. Namun tetap ia tidak membiarkan karyanya terlena dengan keadaan. Aneka fasilitas unik seraya mengisi aroma desain tiap miniaturnya. Banyak para turis yang pernah hadir di kediamannya atau pameran, sudah biasa untuk selalu tersenyum, tertawa, bahkan mereka rela mengantri hanya untuk menyalakan lampu hias yang ON/OFF nya dengan cara ditiup. "Bukan sulap dan bukan sihir," urainya kepada saya, Clenoro Suharto saat datang ke rumahnya menggunakan sepeda onthel pada hari Selasa, 4 April 2017. Kira-kira jaraknya 19 km kediaman beliau dari tempat tinggal saya.
Sumber Penulisan:
https://www.otonomi.co.id/komoditas/kreasi-limbah-jagung-buatan-pria-sleman-ini-diekspor-hingga-eropa-170109f.html
https://satusatuen.com/gelar-budaya-desa-sendangagung-menuju-desa-budaya/
http://www.harianjogja.com/baca/2017/01/21/ekonomi-kreatif-jutaan-rupiah-dari-limbah-bonggol-jagung-786417
http://foto.metrotvnews.com/view/2017/01/13/642288/kerajinan-dari-tongkol-jagung-ini-dijual-hingga-rp50-ju
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/sebulan-raup-omzet-rp-30-juta/
http://jogja.antaranews.com/berita/344066/kerajinan-bonggol-jagung-sleman-tembus-pasar-internasional
http://konsultankepabeanan.com/article/184526/kerajinan-bonggol-jagung-tembus-pasar-ekspor.html
http://www.lakako.com/post/BLBn6r9DL23 https://tirto.id/kerajinan-berbahan-limbah-batang-jagung-cgVH
http://foto.okezone.com/view/2017/01/13/4/32082/limbah-batang-jagung-disulap-jadi-kerajinan-bernilai-puluhan-juta-rupiah
http://www.solopos.com/2017/01/21/ekonomi-kreatif-jutaan-rupiah-dari-limbah-bonggol-jagung-786417
http://www.antarafoto.com/bisnis/v1484290504/kerajinan-berbahan-limbah-batang-jagung
https://kanaljogja.com/pria-sulap-bonggol-jagung-menjadi-karya-seni-bernilai-tinggi/
http://warga-desa-worlds.blogspot.com/2016/10/bonggol-jagung-bermanfaat-untuk-sumber.html
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.