Saya terlahir Bukan dari keluarga pebisnis, keluarga yang sederhana dan berkecukupan. Ayah saya bekerja sebagai karyawan, Ibu saya juga begitu, sedangkan kakak saya juga bekerja kantoran seperti kebanyakan orang. Saya anak ke 3 dari 3 bersaudara. Semuanya istilahnya generasi karyawan lah.
Pas saya menempuh pendidikan di tingkat SMP. Kebetulan saat itu Ayah saya jatuh sakit. Beliau tiba-tiba mengalami sakit berat karena terkena serangan jantung dan seiring permasalahan tersebut, keuangan ayah saya bisa dibilang pas-pasan. Langsung terbersit dalam benak saya, ayahku memiliki tanggung jawab hidup untuk selalu harus membiaya pendidikan saya sampai kuliah dan segala macem.
Mulailah kepikir untuk mencoba mencari nafkah sendiri. Saya katakan kepada ibu saya tentang perihal yang ada. Mulai saat itu saya enggak ngambil uang jajan lagi. Jadi mulai deh, istilahnya saya faith sendiri. Coba-coba cari uang untuk bisa mandiri. Pertama kali saya mengawali karir saya sebagai anak mandiri di usia 15 tahun.
Pas saya menempuh pendidikan di tingkat SMP. Kebetulan saat itu Ayah saya jatuh sakit. Beliau tiba-tiba mengalami sakit berat karena terkena serangan jantung dan seiring permasalahan tersebut, keuangan ayah saya bisa dibilang pas-pasan. Langsung terbersit dalam benak saya, ayahku memiliki tanggung jawab hidup untuk selalu harus membiaya pendidikan saya sampai kuliah dan segala macem.
Mulailah kepikir untuk mencoba mencari nafkah sendiri. Saya katakan kepada ibu saya tentang perihal yang ada. Mulai saat itu saya enggak ngambil uang jajan lagi. Jadi mulai deh, istilahnya saya faith sendiri. Coba-coba cari uang untuk bisa mandiri. Pertama kali saya mengawali karir saya sebagai anak mandiri di usia 15 tahun.
Lapangan pekerjaan pertama yang
diemban yakni sebagai penentu suksesnya sebuah acara atau banyak orang
kenal dengan sebutan MC (Master of Ceremonies). Waktu itu saya menjadi pembawa
acara semacam D-Party, terus acara live
music, dan banyak lagi di masa pendidikan bangku kelas 3 SMP. Nah dari situ
rajin tuh, jadi MC, jadi MC. . . .setelah banyak mendapatkan pengalaman.
Kemudian stop jadi MC, mulai deh saya terjun ke dunia usaha.
Yasa Paramita Singgih mampu SUKSES karena Bisnisnya TIDAK
PAKAI MODAL |
Terlahir di Bekasi, 20 April 1995, seorang bernama Yasa Paramita Singgih kini mantap bergelut pada bidang perlengkapan pria. Pemuda ini membangun bisnis dari nol hingga mampu mencapai nilai Laba penjualan sampai ratusan juta rupiah per bulan.
Bisa Sukses, tapi Unik ??
Memang saya sadar bila saya tidak
memiliki basic bisnis. Waktu itu juga
pertama kali mulai bisnis, semuanya berasal dari keahlian berkat belajar tanpa
bimbingan satu orang gurupun atau autodidak. Urainya, “Jadi gue itu enggak ikut mentoring sama siapa dulu, gue nanya-nanya ke
siapa dulu. . . enggak, istilahnya gue hajar B dulu lah. Karena memang dulu gue
pikirnya, cari pengalaman dulu.”
Nah terus, saya mencoba bisnis
lampu hias sebagai langkah awal. Menarik juga produknya. Sebuah lampu hias
kelap kelip dan bisa menimbulkan warna-warni pada setiap pancarannya. Ketika
berbisnis lampu ini, saya waktu itu enggak pakai modal sama sekali. Kesempatan tersebut
diberikan oleh teman saya yang bekerja sebagai supplier di Glodok. Bawa ke sekolah, tawarin barangnya langsung,
setelah harganya di mark-up. Udah
laku, saya bayar. Gitu aja terus, muter. . . .muter. . . .muter.
Di tengah jalan, bisnisnya harus
kandas karena pemasok lampu hias makin sulit untuk ditemui. Kemudian berhenti total
jualan Lampu Hias. Namun semangat saya untuk berbisnis tetap tinggi. Tak patah
arang, saya pun beralih ke bisnis fashion. Bermodal uang 2 juta rupiah, saya
mencoba memproduksi kaos dengan desain sendiri. Sayang! Produk saya kala itu
kurang diminati oleh pasar.
Enggak jauh dari dunia fashion dan
enggak perlu capek-capek, saya kepikiran mencari peruntungan dengan menjual
baju yang dibeli dari pasar Tanah Abang. Pertama kali ke Tanah Abang, saya
kebingungan. Disana banyak sekali toko-toko, sehingga saya tidah tahu harus
berbelanja di toko yang mana. Saat itu modalnya tinggal uang tabungan sebesar
Rp. 700 ribu, tetapi tidak terpakai.
Tanya sana-sini, saya mendapatkan beberapa penjual di Tanah Abang yang bersedia
meminjamkan kausnya. Wow. . . .ternyata laku keras.
Berkat trademark sebagai ‘Anak Tanah Abang, saya pun tidak berhenti untuk
mencari tahu tentang pedagang mana yang bisa meminjamkan barang dan pedagang
mana yang bisa menjual barang dalam jumlah sedikit. Saat dirumah sempat juga mengobrol
dengan keluarga, saya kemudian diberitahu kalau ada saudara yang ternyata hingga
saat ini masih berjualan baju di Tanah Abang. Dari situlah usaha saya semakin
berkembang. Seiring dengan permintaan yang terus meningkat, saya pun berpikir
untuk mengembangkan merek sendiri.
Yasa Paramita Singgih mampu SUKSES karena Bisnisnya TIDAK
PAKAI MODAL |
Kata Pak Yasa Paramita Singgih,
Pemilik Men’s Republic, “Kebanyakan orang jualnya palu gada. Apa yang elo mau,
Gua ada. Elo mau cari baju, gue ada, gue cariin dulu deh.”
Konsumen Lokal dan Itu adalah Keuntungan.
Orang kita itu kebanyakan lebih
suka mengenakan barang-barang bermerek. Meskipun itu palsu. Mereka tampaknya lebih
mencari gengsi. Kesimpulan lain, banyak produk lebih mengutamakan pangsa
pasarnya untuk kalangan wanita. Sekalipun ada, harganya mahal. Udah gitu tidak cocok
buat kantong mahasiswa. Konsepnya pun tidak manly.
Nah dari situ mulai kepikiran
tentang dasarnya jualan baju cowok. Akhirnya nama Men’s Republic di daulat
sebagai logo utama. Lantas, bagaimana caranya supaya bisa eksis? Ya sebuah brand harus punya identitas. Identitas
Men’s Republic, barangnya khusus cowok. Manly, semuanya berwarna gelap.
Ibaratnya kalau orang tuh misalnya lihat brand
terkenal dengan kaus polos bersama 1 (satu) logo brand aja, pandangan mereka bisa jauh beda.
Men’s Republic mengkonsentrasikan porsi
pasarnya bagi konsumen usia 17 tahun hingga 25 tahun, atau mahasiswa dan orang
yang baru kerja. Ini dipasarkan mulai Rp. 100 ribu. Sebagian besar produknya
dijajakan melalui media online, seperti Facebook, Instagram, Line dan Twitter.
Ternyata produk saya dinyatakan memiliki konsep yang bagus. Sampai akhirnya
kami masuk jalur bisnis e-commerce.
Untuk bidang reproduksi, Men’s
Republic bekerjasama dengan 6 (enam) pabrik yang ada di Bandung dan Tangerang. Jadi
full-nya saya dan tim di kantor hanya
ngurusin kinerja manajeman dan pemasarannya saja. Kita besarkan brand-nya, tapi untuk produksinya saya
lempar ke pabrik-pabrik. Kita kerjasama. Seringkali juga produk saya bisa masuk
ke arena Bazar secara gratis. Karena mereka menganggap bila brand saya mampu menarik anak-anak muda
untuk datang ke Bazar.
Tahun 2014 pada saat usia saya masih
19 tahun, Men’s Republic mulai berkembang dengan pesat, ragam kreasi produknya
pun semakin kaya. Sudah berani meluncurkan kreasi baju, jaket, dan sepatu yang
menarik. Karena menyasar pada kelas menengah, harga sepatu yang ditawarkan
paling mahal sekitar Rp. 400 ribu-500 ribu rupiah. Saat ini sudah ada 120
reseller Men’s Republic yang tersebar di seluruh Indonesia. Perputaran uangnya
mencapai Rp. 200 – 300 juta per bulan.
Yasa Paramita Singgih mampu SUKSES karena Bisnisnya TIDAK
PAKAI MODAL |
Ia memulai usaha ketika masih berusia 15 tahun dan kini, dia aktif berbagi pengalaman menjadi motivator di sejumlah universitas. Buah pengalaman dan pemikirannya bahkan diabadikan dalam karya buku. Beliau berharap pengalaman yang ia miliki dapat menjadi insiprasi bagi para pemuda lainnya.
Majalah Forbes Asia.
Di tahun 2015 saya menulis sebuah
buku berjudul “Never Too Young To Become a Billionaire." Hal yang mendorong diri
saya untuk suka menulis karena saya sering curhat lewat Twitter di tahun 2011. Istilahnya
kultwit. Saya sering ngetwitt tentang pengalaman saya berjualan. Pengalaman
saya saat berinteraksi dengan pembeli.
Karena kebiasaan itu saya akhirnya
jadi suka berbagi tips-tips berbisnis. Tentu semakin banyak follower pada akun saya dan teman
berbicara secara online, belum lagi media cetak yang cukup banyak meliput. Dari
situlah saya ditawarkan untuk menerbitkan sebuah buku tentang perjalanan saya
sebagai pengusaha, dari awal sampai dengan sekarang.
Berikut beberapa Twitternya yang
mampu memotivasi banyak orang dan menyemangati para pengusaha agar selalu
memiliki kinerja yang baik (@YasaSinggih): 1. Adrenalin berbisnis lebih kencang
daripada jatuh cinta 2. Selalu merasa bodoh terhadap ilmu, ga pernah berhenti
belajar 3. Walaupun sekarang kita belum kaya, tapi kita harus mulai praktekkin
"habbit" nya orang2 kaya. 4. Coba deh, ambil satu keputusan untuk
ngelakuin habbit nya orang kaya. Mungkin keputusan kecil, tp bisa berdampak
besar 5. Rutin beli majalah/tabloid bisnis, walaupun ga suka baca.. Paksain
aja! Baca kisah2 jatuh bangun pebisnis. 6. Terjun di organisasi & bisnis,
memaksa saya untuk memiliki pola pikir diatas rata2 usia saya sendiri. 7. Di
usia 17thn byk remaja dpt undangan sweet17an. Tp saya udah dpt undangan
kawinan, gegara maen sama yg lebih gede terus. 8. Orang2 bilang saya kecepetan
tua, tapi saya bilang ini percepatan menuju keberhasilan. 9. Dulu pas umur 15
tahun demi nyari duit rela2in ngeMC di Mall, ngaku2 umur 18 tahun biar
keterima. 10. Menjelang malem, mau ngebakar temen2 dulu ah.. Kita cerita2
tentang awal mula bisa usaha ya.
Raihan kesuksesan pun tak
tanggung-tanggung. Nama saya dan wajah saya yang suka mengenakan kaca mata
terpampang begitu jelas pada sampul Majalah Forbes Asia, tahun 2016. Sebagai
deretan anak-anak muda paling berpengaruh dalam industri e-commerce di usia 30 Under 30. Disitu saya bersama-sama orang
Indonesia lainnya, Mbak Carline Darjanto. Wanita berusia 29 tahun ini juga
salah satu pendiri label fashion terkenal di Indonesia dengan merek Cotton Ink.
Selain itu, pria berusia 30 tahun asal Malaysia Faeez Fadhillah pendiri dan CEO
dari Traipfrez.
Pesan dari Pak Yasa Paramita Singgih untuk anak muda Indonesia supaya nggak menyerah dalam berwirausaha
Pengusaha itu tidak harus pinter.
Tapi yang penting, ia pinter mencari orang pinter. Yang penting kita tahu
caranya menjual ini bagaimana. Dan bisnis itu enggak harus dimulai pas umur 30
atau 40, 50 tahun. Bisa pas lagi muda,
kita baru mulai bisnis bisa. Jadi, tua itu pasti dan dewasa itu pilihan. Tapi
jadi pengusaha itu keputusan.
Jadi usia jelas bukan penghalang untuk mulai berbisnis. Jangan lupa untuk merencanakan usaha anda dengan cermat. Semoga sukses.
Website: http://mensrepublic.info/
Website: http://mensrepublic.info/
Website: http://yasasinggih.com/
Facebook: https://www.facebook.com/MensRepublicID
Sumber Penulisan:
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.