Si Anak DESA bergerak Sukses bersama Hutang. Hingga 2 tahun
berikutnya: “Semua LUNAS” |
Tidak hanya kebutuhan permainan untuk sekedar iseng. Pentingnya pendidikan telah juga ditelaah lebih lanjut. Awalnya sang pendiri bernama, Pak Andi Taru Nugroho, 29, suka memperhatikan kebiasaan para orang tua disekitarnya. Banyak dari mereka kerap memberikan perangkat teknologi seperti smartphone atau tablet kepada anak-anaknya sejak dini.
Dari keadaan inilah kemudian muncul ide pembuatan Educa Studio. Sebuah perusahaan yang memfokuskan aplikasi karyanya pada PC Games. Adapun penetrasi pasarnya lebih cenderung menyajikan permainan edukasi bagi anak-anak berusia 2 – 6 tahun dan jenjang umur 7 tahun hingga 12 tahun. Wow! . . . . . .Jadi, bagaimana dong? Si anak-anak bayi mampu menyerap perkembangan teknologi, padahal mereka belum bisa membaca dan menulis.
Modal Kemampuan Warga Desa (World’s).
Jangan pernah membiarkan diri anda terpaku oleh keadaan. Pergunakanlah kemampuan yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu yang berarti. Prinsip yang sekiranya Pak Andi Taru Nugroho pegang bersama isterinya ketika tidak memiliki pekerjaan alias menganggur.
Langkah berani kemudian muncul saat kedua sejoli merelakan keputusannya untuk menggadaikan rumah orang tuanya ke Bank. Semua ini bertujuan untuk memperoleh modal awal berupa pinjaman guna pengembangan bisnis di tanggal 1 April 2011. Kira-kira uang senilai Rp. 600 juta lantas dipergunakan untuk membeli alat-alat produksi.
Membangun rumah bertingkat dan lantai atasnya difungsikan menjadi kantor. Kemudian setelah desain bangunan terlihat mantap, ia merekrut 4 teman yang memiliki kesamaan hobi akan pembuatan software game. Tidak gampang memang pada awalnya ketika berusaha mengembangkan, serta memasarkan usaha penjualan perangkat permainan tanpa panduan dari investor berpengalaman.
Sekelumit pernyataan tentang ketidakcocokan kemudian muncul. Pastinya keterangan tersebut bukan berasal dari interaksi di dalam perusahaan. Beberapa investor pernah mencoba menawarkan kerjasama. Namun lantas ditolaknya, karena tidak memiliki visi dan misi yang seragam. Usut punya usut, ternyata investor tersebut menuntut jadwal dan target kerja yang cukup berat pada setiap tahunnya.
Atas dasar kenyataan tersebut, si Anak Desa dari Salatiga, Jawa Tengah selekasnya meluruskan arah rencana kerja Educa Studio di masa depan. Apa visi dan misi tersebut? Misi: Menyediakan produk yang bisa memberi manfaat kepada masyarakat dan juga menyediakan lingkungan kerja yang berkualitas bagi semua orang yang terlibat. Visi: Menggunakan teknologi untuk menciptakan akses pendidikan yang mudah untuk didapat dan terjangkau bagi setiap lapisan masyarakat. Sehingga kinerja Educa Studio menjadi perusahaan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Kerja Keras untuk Masa Depan Masyarakat.
Saat itu kira-kira tahun 2008, Pak Andi dan teman kuliah nya di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga untuk Fakultas TI, membuat game bertajuk Shoot Empire dan Marbel (Mari Belajar). Jelasnya kepada Harian Kontan (04/10/2016), “Saat itu enggak berpikir game yang bagus seperti apa, yang penting bikin lalu unggah.”
Namun, game-game tersebut tidak ditujukan untuk kebutuhan komersil. Bersama sang istri, Ibu Idawati yang kebetulan juga lulusan TI, Pak Andi pertama kali mengeluarkan aplikasi game, yaitu Marbel Series versi Website HTML5 dan PC/Desktop. Perlahan, tapi pasti. Game yang dibuat mengalami peningkatan kualitas dengan jumlah yang semakin banyak.
Meski demikian, hasil yang ada belum mampu mendatangkan pendapatan yang berarti, lantaran semua aplikasi bisa di-upload oleh konsumen secara gratis. Baru kemudian di tahun 2012, Educa Studio (ES) mengepakkan jati dirinya guna merambah aplikasi dan permainan untuk ponsel. Seiring dengan itu, timbullah kebangkitan telepon seluler (ponsel) pintar dan pergeseran tersebut membuat angan-angan Pak Andi terwujud.
Pada tahun 2013, ES tampak makin sunguh-sungguh menjalankan bisnisnya. Enggak tanggung-tanggung, mereka memiliki target untuk membuat 100 game edukasi seri Marbel sepanjang tahun tersebut, dan ternyata, perincian sasaran dapat tercapai dalam tempo waktu 1 tahun. Korbannya! Setiap hari, ke dua sejoli bersama rekan-rekannya mencanangkan disiplin kerja selama 14 jam hingga 16 jam. . . . .Wow.
Rancangan proyek yang digawangi bersama teman-temannya kemudian melatih produknya dengan mengikuti berbagai kompetisi game. Penyebab keikutsertaannya pada festival karena ES berasal dari daerah terpencil. Pria kelahiran 1 April 1987 bilang, hanya sedikit yang pernah mengenal nama Educa Studio saat itu. Lantas setelah menjalankan riset yang serius dan sering menjuarai pagelaran yang diikuti. Banyak media masa mulai mengenal produk dari Educa Studio.
Salah satunya, juara kesatu untuk Game Contest Polban di Bandung. Penghargaan lainnya yaitu Dandelion The Game (Juara ke 3 pada Android Game Competition 2012 di Bandung), Game Marbel (Juara ke 1 pada INAICTA 2013 di Jakarta), Juara Pertama pada kompetisi Rock Star Developer Intel & Tekno Jurnal, Shoot Empire (Juara ke 1 pada Game Competition 2008 di Salatiga), Marbel (Juara ke 2 pada Industry Creative Festival 2012 di Kemenprin Bandung), Juara ke 2 pada Youth Start Up Icon 2013 di Solo.
Mengenai target selanjutnya, ia memutuskan untuk segera melakukan penetrasi pasar ke Internasional. Hingga saatnya, Amerika Serikat didaulat sebagai wilayah pertama untuk penawaran 8 produk game terbaru. Game ini khusus dirancang untuk memenuhi selera pangsa pasar global termasuk didalamnya bahasa dan keragaman fitur yang ditawarkan.
Pendapatan Meningkat dan Hutang Lunas.
Puncaknya ialah tahun 2015. Hasil yang sudah diduga tentunya dimana pendapatannya selama 2 tahun secepatnya memperlihatkan grafik yang sangat menggembirakan. “Alhamdulilah, utang lunas,” ungkapnya dan mereka juga berhasil menyelesaikan pembangunan kantor yang sempat tertunda.
Selanjutnya, tagline, “Mari belajar sambil bermain’ merencanakan jangkauan platform yang lebih luas, seperti Windows Phone, iOS, Nokia, Android dan juga BB. Secara garis besar, aplikasi garapan Educa Studio terbagi menjadi 4 kategori merek, yaitu Riri Story Books, Keong Casual Games, Marbel Edu Games, dan Kabi Islamic Books. Serta sekarang tambah lagi 2 platform, yakni Kolak Kids Song dan Marbel & Friends - Kids games. Dihadirkan pertama kali di tahun 2015, tanggapan selama seminggu berhasil diunduh sampai 4.500 kali dan hingga saat ini, sudah di-upload sebanyak 4 juta kali di Android.
A.Riri Story Books.
Game yang khusus mengusung serial buku cerita secara digital. Memiliki fitur yang begitu solid berkat animasi dan ilustrasi yang kiranya cukup nyaman untuk dibaca bagi anak-anak, Riri bisa dijadikan alternatif terbaik selain membuka buku cerita konvensional.
B.Keong Casual Games.
Berdasarkan namanya bisa kita perkirakan bila brand ini menghadirkan permainan yang santai, tapi cukup kaya karena hadirnya ragam masakan, minuman serta permen yang senantiasa dirindukan oleh umumnya anak-anak. Sisi lucunya juga banyak, seperti permainan lomba lompat karung, cute cat, cute dog, cute panda, dsb.
C.Marbel Edu Games.
Selanjut brand ketiga dari Educa Studio adalah Marbel Edu Games, secara khusus menyuguhkan berbagai permainan yang berkonsentrasi pada sektor pendidikan. Disini anak-anak berusia 2 – 6 tahun dapat belajar mengeja dan menulis huruf, serta mengenal ragam huruf kecil, huruf besar yang lengkap bersama aneka gambar serta penyajian animasi yang menarik.
D.Kabi Islamic Books.
Berbagai buku online yang menarik tentang ragam cerita-cerita Islami terbahas tuntas pada serial brand ini. Kisah Nabi Nuh AS pun telah di didownload sebanyak 20 ribu - 80 ribu kali. Mirip kiranya penyajian yang ada dengan Riri Story Books. Ragam Musik, animasi, narasi suara, audio menarik, hingga ilustrasi penunjang, semuanya dapat dikonsumsi secara GRATIS oleh para pembaca.
GRATIS, tapi kok ?? Jumlah LABAnya terus bertambah.
Untuk tahun berikutnya, eksistensi Educa Studio berhasil meraih pendapatan dengan angka yang lumayan dibandingkan sebelumnya. Umumnya kenaikan jumlah tersebut berasal dari fasilitas pelayanan yang disodorkan oleh Google Admob (Advertising Mobile), Google Playstore, dan Google Console.
Kira-kira cakupannya meliputi penghasilan iklan dari gambar sebesar Rp. 200 per klik, video dan gambar full screen, Rp. 1.000 s/d Rp. 2.000 per view. Namun berdasarkan klarifikasi dari Pak Andi, tampaknya deretan tarif tersebut belum bisa menggambarkan strategi pemasukan sebenarnya. Dia bilang, game berkharater umum lebih mudah meraih target pendapatan dibandingkan game berjenis edukasi untuk bidang iklan per klik.
Atas dasar hal tersebut, prioritas laba dari Educa Studio lebih mengkategorikan pemasukannya dari iklan per view. Selain itu, pendapatan juga bisa diraih saat munculnya iklan ketika konsumen melakukan download. Bilamana keberadaan iklan cukup mengganggu, konsumen bisa membeli aplikasi tambahan dengan harga yang cukup murah, yakni Rp. 3 ribu hingga Rp. 35 ribu per aplikasi.
Website: https://www.educastudio.com
Twitter: https://twitter.com/educastudio
Facebook: https://www.facebook.com/educastudio/
Pinterest: https://www.pinterest.com/educastudio/
Sumber penulisan:
http://bisnis.liputan6.com/read/2427432/educa-studio-aplikasi-asal-salatiga-siap-rambah-pasar-global
http://www.ahmadie.me/2014/09/konsistensi-game-edukasi.html
http://hitsss.com/andi-taru-dan-dedikasi-pada-dunia-pendidikan-lewat-game-edukasi/
http://hitsss.com/andi-taru-dan-dedikasi-pada-dunia-pendidikan-lewat-game-edukasi/
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.