Modalnya 0 (Nol) Rupiah dan Kini, Pak Faishal Arifin, 29, Telah
menjadi CONTOH NYATA |
Langkah yang biasanya diambil setelah mendapatkan ijasah. Di kalangan mereka, banyak calon lulusan sudah mulai bergerilya guna mengirimkan lamaran pekerjaan. Bagi yang beruntung, para calon lulusan sudah direkrut oleh instansi tertentu dan akan bekerja bila mereka sudah dideklarasikan dalam suatu acara wisuda.
Jadi, bagaimana? Cara menghadapi penolakan dalam bentuk yang memang sulit untuk ditangani. Terutama bagi anda yang sudah letih hilir mudik saaat mencari pekerjaan. Tentu jangan terpaku pada kegagalan dan keterangan jawaban yang telah dipaparkan oleh Pak Faishal Arifin, 29, bisa menjadi salah satu CONTOH NYATA bagi harapan para pencari kerja.
Saat perusahaan memiliki target masa depan yang lebih baik, maka mereka hanya mengkategorikan syarat pada tenaga kerja yang berkualitas dan latar belakang pendidikan yang sempurna. Karena alasan itulah, pria yang lahir pada tanggal 3 Juli 1987 mencoba membangun sebuah bisnis yang dapat dijadikan mata pencaharian bagi mereka yang lahir dengan banyak KETERBATASAN. Terbukti begitu banyak warga binaan yang telah kinerjanya hasilkan. Jelasnya, “Kalau saya kasih uang mungkin akan sia-sia. Tapi kalau saya berdayakan akan menimbulkan hubungan yang menguntungkan, semacam simbiosis mutualisme.”
Berkat Keperdulian Warga Desa (World’s).
Bagaimana mungkin semua itu terjadi. Di zaman neraka seperti saat ini, hal tersebut terdengar begitu rancu bila ada sejumlah nada honestly terngiang begitu jelasnya. Saya pun langsung terdiam sejenak untuk kemudian memberikan klarifikasi atas tajuk yang telah ditulis.
Si pemuda yang masih berdarah betawi melangkah begitu saja ke arah depan bersama panggilan hatinya. Lulusan Universitas Widya Gama, Malang untuk jurusan Ekonomi Manajemen merasa bingung ketika berhubungan langsung dengan rentetan puluhan penolakan atas lamaran pekerjaan yang telah diajukan. Solusinya ia mencoba keluar pulau Jawa di tahun 2008.
Ternyata, di Kalimantan Selatan pun, ia gagal diterima bekerja pada perusahaan tambang batu bara yang terletak di Kabupaten Martapura. Mungkin kehabisan dana, ia menyempatkan diri untuk numpang hidup dengan warga setempat. “Ternyata, makin lama makin enak dan nyaman di hati ketika belajar perhiasan. Saya pun ada pemikiran bagaimana kalau ilmu yang saya miliki tersebut saya seriuskan di Malang,” urainya mengenai keadaan saat itu kepada Harian Swa (12/09/2016).
Tanpa Uang sepeserpun. Alias, 0 (Nol) Rupiah.
Iseng-iseng awalnya, “Waktu itu, saya putuskan kembali ke Malang, dan saya coba berjalan kaki ke pasar Comboran,” katanya di sela-sela wawancara dengan Viva.co.id di gedung SMESCO, Jakarta (Kamis, 32/07/2016). Kebetulan pasar tersebut menyediakan banyak barang-barang bekas, termasuk majalah.
Pak Faishal Arifin yang saat itu masih berusia 22 tahun di tahun 2009 sedang berniat mencari referensi tentang model-model perhiasan yang unik sesuai pangsa pasar inginkan. Padahal saat itu ia tidak mempunyai uang sama sekali, namun tetap nekat ingin memiliki tumpukan majalah seputar busana & gaya, dan beruntung, majalah-majalah tersebut diberikan oleh si penjual secara cuma-cuma.
Bergegas ia menyambut situasi bahagia yang ada melalui sekumpulan kegiatan positif di rumahnya. Disusun lah dan digambar ulang tiap foto perhiasan hasil pengamatan, hingga terbentuk sebuah katalog perhiasan yang memikat. Keesokan harinya, mulailah ia mengenakan baju rapi untuk menjajakan perhiasan ke berbagai khalayak konsumen di kantor-kantor, rumah, dan toko-toko. Parahnya, hampir 8 km ia tempuh saat itu dengan berjalan kaki karena tidak punya uang sama sekali.
Seiring daripada itu, cita-cita untuk lebih baik melalui derap langkah kakinya seakan menipis semua keraguan. Pebisnis memang harus selalu positif. Dan benar, pelanggan pertama selekasnya hadir saat ia mencoba memberikan penawaran ke berbagai pegawai di Kantor Bupati Malang. Letak gedungnya berada tepat di depan pusat perbelanjaan Plaza Gajah Mada. Namun si Ibu pembeli sempat kebingungan menghadapi penjual perhiasan yang tidak membawa apa-apa, selain kumpulan kliping foto seadanya.
Dia tidak habis akal. KTP asli bersama foto kopi diserahkan sebagai jaminan untuk meyakinkan bahwa dirinya tidak punya niat membohongi. Jelasnya kepada Harian Suara (21/07/2016), “Akhirnya orang pesan, tapi saya minta DP, nah uang DP itu untuk modal pertama.” Kira-kira jumlah DP sebesar 60% dari harga yang telah disepakati. Syarat lain, barang harus sudah terbentuk rapi dan indah dalam tempo waktu 1 (satu) minggu.
Kendala berikutnya pun segera menghampiri. Penyebabnya! Ia belum memiliki sumber daya dan peralatan untuk membuat perhiasan. Lantas ia memutar otak guna mencari solusi. “Saya teringat seorang rekan yang tinggal di Kota Batu dan bekerja di toko perhiasan,” kenangnya saat itu. Bermodalkan uang DP (down payment atau uang muka) yang telah ia pegang, beberapa ribu disisihkan untuk membiayai ongkos perjalanan ke Kota Batu. Gayung pun bersambut. Sang sahabat lama rela mencukupi semua kebutuhan yang diperlukan, baik itu sumber daya, kebutuhan peralatan, pilihan desain, hingga finishing product.
2 (Dua) Tahun Kemudian.
Akhirnya pesanan perhiasan perak mampu selesai sesuai target waktu yang telah ditentukan, yakni 1 minggu. Sangat puas ternyata ketika sang Ibu mencoba barang barunya. Ia pun segera membantu memasarkan produk Pak Faishal melalui jalur mulut ke mulut. Pesanan juga serta merta datang berduyun-duyun di keesokan harinya.
Batas waktu yang juga semakin sempit harus pula ia sanggupi. Target 1 bulan dengan jumlah pesanan yang lebih banyak memerlukan rekan kerja yang solid. Sesaat pilihan kerja sama melirik ke arah rekannya dari Kota Batu dan jadilah sang sobat, karyawan pertamanya yang tetap setia sampai saat ini. Fasilitas yang jauh lebih baik pun ditawarkan begitu saja tanpa sedikitpun pertimbangan.
Sampai suatu saat, keabsahan hasil karya seni Pak Faishal dikagumi oleh Walikota Malang, Mochamad Anton. Ucapnya dengan nada bangga kepada Harian Radar Malang (27/04/2016), “Abah Anton kemudian menjadi langganan tetap saya, sekaligus yang membawa produk saya hingga ke kota lain di Indonesia.” Atas bantuan beliau juga, jasa kerajinannya sudah berani menghadirkan produk perhiasan peraknya pada berbagai pameran di dalam negeri, maupun luar negeri.
Cukup cerdik memang! Guna mencukupi kebutuhan dalam bidang produksi, ia mengambil keputusan untuk membeli peralatan dengan harga murah dari tukang perhiasan yang bangkrut atau mau tutup. Ketika pesanan semakin banyak, ia pun mulai mengembangkan social entrepreneur, yaitu melatih orang-orang desa yang mau belajar. Setelah dinyatakan lulus ujian, mereka diberi peralatan dan bahan secara cuma-cuma sehingga mereka bisa mengerjakan tugasnya di rumah masing-masing. “Produk mereka yang layak akan saya ekspor,” ungkapnya tentang keputusannya saat itu.
Berkat berbagai keuntungan yang telah diraih, ia pun mulai mencermati dan meneliti hasil kreasinya sendiri. Perubahan orientasi bisnisnya tersebut lebih dipengaruhi oleh rendahnya kepercayaan luar negeri akan produksi Indonesia pada saat itu. Digandengnya lah kemudian PT Sucofindo di tahun 2010 untuk memperoleh jaminan tertulis dari pihak ketika yang independen menurut standar internasional. Bentuk awal kerjasama mereka, “Saya menjadi mitra binaan Sucofindo. Dengan menjadi mitra binaan, saya mendapat kemudahan untuk menyertifikatkan produk saya,” jelasnya.
Hasilnya? CV Silver 999 yang terbentuk di tahun 2011 senantiasa mengisi daftar kebutuhan produksi per bulannya untuk ekspor ke 3 benua. Jelasnya, “Kini saya sudah menjadi eksportir karena pembeli saya ada yang dari Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Kanada dan Ethiopia.”
Pendidikan dan Lapangan Pekerjaan Baru.
Kini, Pak Faishal Arifin telah membina lebih dari 36 kelompok kerja dengan jumlah masing-masing: 2 - 30 anggota untuk setiap kelompok, termasuk mantan TKI yang sempat dipenjarakan di Malaysia. Para pengrajin yang tergabung sebagai mitra plasa Silver 999 mengaku sangat terbantu dengan terobosan usaha dari Faishal. Disana tidak hanya diajarkan tekhnik kerajinan perhiasan, tetapi juga teknik berwirausaha agar dapat meningkatkan penghasilan.
Berdasarkan aktivitas kelompok kerja, CV Silver 999 untuk setiap bulannya telah mampu mencukupi permintaan akan Palladium (Dalam Negeri) sebanyak 0,5 kg, Emas, 0,5 – 1 kg; perak 3 – 4 kg. Sementara itu, harga produknya yang termurah sebesar Rp. 100 – 150 ribu untuk bros. Adapun produk paling mahal berkisar Rp. 3 – 4 juta per unitnya, tuturnya, “Pokoknya kalau saya ikut pameran ke luar, saya banderol harga 25-30 euro. Tetapi kalau saya ekspor, paling murah US$ 4. Harganya mengikuti total berat yang dihasilkan.”
Hari demi hari terus berjalan, semakin banyak pula keuntungan yang dapat diraih. Saat booming batu di tahun 2015, omsetnya merasakan peningkatan pendapatan hingga Rp. 500 – 600 juta untuk ekspor saja, “Jadi demam batu saat itu, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga sampai ke luar negeri seperti Swiss.” Sebelumnya di 2014, omset ekspornya telah mencapai Rp. 250 juta per semester. Kalau dalam negeri, omsetnya sekitar Rp. 150 juta per 5 bulan. Dihitung 6 bulan karena kenaikan harga perak dan emas biasanya mengalami fluktuasi signifikan pada perhitungan tiap semester.
Sempat pula salah satu pelanggan mendeskripsikan keunggulan yang dimiliki oleh CV Silver 999 dalam menyuguhi kualitas layanan kepada para pelanggan. “Uniknya adalah desainnya bisa custom dan dikombinasikan.” Perihal penentuan harga pun sempat juga Pak Metaditya tuturkan, “Menurut saya relatif karena produk CV Silver 999 merupakan produk handmade dan masuk dalam kategori produk seni.” Banyak pula para konsumen luar negeri menyatakan bila kadar bahan dari kreasinya memiliki kualitas standar internasional dan hal tersebut sangat berhubungan erat akan bimbingan selama ini dari PT Sucofindo.
Penghargaan untuk bidang UMKM.
Mencapai sukses saat menjadi pengusaha, hingga kemudian memperkaya diri sendiri. Itu semua bukanlah pilihan yang diambil oleh Pak Faishal Arifin, 29. Ia terlahir dari keluarga miskin. Ketiadaan materi inilah yang mendorong untuk melakukan perubahan bagi sesama.
Sekelumit pernyataan dia pada website Indonesia Berprestasi, “Karena panggilan hati, sebab saya pernah menjadi orang miskin, makanya saya mengangkat pekerja warga binaan.” Harapan lain adalah agar para pengrajin perhiasan terus bertambah atau setidaknya ada. Mengingat saat ini jumlah pengrajin yang tersedia di masyarakat bisa dikatakan cukup langka, bahkan terus berkurang. Oleh sebab itu, melakukan pola perengkrutan tenaga kerja dari warga sekitar merupakan solusi paling baik.
Apresiasi hasil kerjanya pun kemudian datang. Anugerah penghargaan untuk Bidang UKM, ia dapatkan saat mengikuti acara “Semangat Astra Terpadu” di tahun 2015. Adapun dewan juri terdiri dari Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek, Onno W Purbo, Fasli Jalal, Tri Mumpuni, dan Profesor Dr. Emil Salim. Serta penghargaan Satu Indonesia Awards untuk bidang UMKM pada Astra Startup Challenge di tahun 2016. Saat itu, Pak Faishal menerima penghargaan bersama Pak Jaya Setiabudi (Founder of YukBisnis.com) dan Mbak Dea Valencia (Pengusaha yang bergerak dalam bidang Batik).
“Target saya sosial, saya tidak mau kaya, tapi ingin memberi untuk orang lain.”
Art shop & manufacturer : Jl. Ikan Paus 1 No. 6 Malang, Jawa Timur. Telp/ Fax: (0341) 475417
Website: http://www.tukangperhiasan.com/
Email: silvermalang@gmail.com
Contact Person owner: 085732599908 (Ratna) 08563531953 (Faishal) PIN BB: 29DCC565
CP marketing : (0341) 9818353 ( Dian )
Hari Kerja: Senin - Sabtu
Buka : 08.30 - 15.00
Sumber:
http://iye.global/2016/04/28/faishal-arifin-perajin-perak-yang-juga-social-entrepreneur/
http://www.indonesiaberprestasi.top/2016/08/kesuksesan-itu-bukan-cuma-pencapaian.html
http://www.suara.com/bisnis/2016/07/30/060242/faishal-arifin-pria-nekat-yang-kini-jadi-raja-perak
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/799496-bermodal-majalah-bekas-pengusaha-ini-dijuluki-raja-perak-life
http://www.antaranews.com/berita/574341/dari-kliping-majalah-faishal-arifin-jadi-juragan-perak-beromset-rp350-jutabulan
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3049868/astra-beri-penghargaan-ke-penggagas-susu-listrik-hingga-pembuka-mata
http://m.tempo.co/read/news/2016/07/22/140789632/astra-kembali-gelar-asc
https://swa.co.id/youngster-inc/entrepreneur-youngsterinc/bisnis-kerajinan-perak-faishal-arifin
http://www.tangandiatas.com/liputan-acara-kick-off-astra-startup-challenge-asc/
http://www.republika.co.id/berita/koran/csr-koran/15/10/27/nwvcx61-astra-apresiasi-pemuda-kreatif
http://bisnisupdate.com/entrepreneur-update/read/modal-150-ribu-pria-ini-sukses-jadi-pengusaha-perak.html
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.