Entah apa penyebabnya ? Inspirasi dan hal unik acapkali timbul dari cerita rakyat. Mereka doyan banget mendeskripsikan sesuatu yang tidak jauh dengan kebiasaan umum. Segalanya sederhana, tanpa tendeng aling politik maupun kumparan kehidupan yang bersifat materi.
Pak Sugeng Haryono namanya, seorang pria asal Ponorogo terlihat tak pernah lelah mengedarkan buku-buku koleksinya ke kampung-kampung. Guna mendekatkan aktivitasnya kepada jendela dunia untuk masa depan Warga Desa (World's). Ide dan gagasan yang sudah ia jalani sejak tahun 2013 akhir atau 2014 awal.
Awalnya dari satu musibah kecil yang sempat dihadapi ketika menjalani perantauan. Setelah sampai di pelabuhan Bakauheni, ia justru kebingungan saat hendak melanjutkan perjalanan ke Bandar Lampung. Tekadnya sudah bulat akan niat menjadi transmigran. Adalah kebaikan seorang supir truk yang menolong dia kala itu. Pak Sugeng menumpang mobilnya sampai ke Desa Pematang Pasir, Kalianda, Kecamatan Ketapang.
Tak disangka, sang supir pula yang menjadi perantara. Membawanya pada satu kisah baru, bertemu dengan Pak Basuki, pemilik bengkel asal Madiun. Bermodalkan keahlian mengelas, ia menawarkan diri untuk bekerja kepadanya. Jelas sang pemilik kepada Lentera Indonesia, "Ya, sebenarnya nyari juga. Cuman berhubung sulit, ya nyarinya ikut kita aja udah. Di tambal ban itu. Untuk temen saya juga lah, disini lah Udah kata saya, apa adanya dulu, tempat disini. Kita lihat, selanjutnya kita pikirkan. Bagaimana caranya nanti."
6 bulan, ia bekerja sebagai tukang tambal ban, hidup sederhana bersama Pak Basuki di bengkelnya. Sempat di sela-sela waktu ia bertanya perihal meminjam buku. Ada perpustakaan, dimana Pak ?? Tapi bapak itu tidak langsung menjawab, bahkan kemudian dia balik bertanya, Perpustakaan itu apa ?? . . . . "Waduh gawat," gumamnya. Perpustakaan aja enggak tau. Mungkin saja mereka belum memiliki kebiasaan untuk membaca. Begitu kira-kira gambaran pemikirannya saat itu.
Dari sekelumit tanya-jawab, ia tergerak untuk menciptakan perpustakaan yang aktivitasnya mobile dan hasilnya bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat tertutama di daerah terpencil, seperti Lampung Selatan. Kendaraannya adalah motor rakitan, "4 bulan mas, tapi kalau biaya saya tidak menghitung karena semua bahannya saya peroleh dari tukang ronhsokan," Urai Pak Sugeng kepada saya, Clenoro Suharto di Facebook (20/04/2017), "Bulan September 2013. Saya mulai merakit Motorpustaka."
Harga beli motor GL MAX 100 cc 1986 cuma Rp. 450 ribu, tapi kondisi mesinnya mati dan sangat layak untuk diperbaiki total. Perihal modalnya ia dapatkan setelah rajin menabung dari hari ke hari upah selama 6 bulan. Kemudian motor rongsokan di modifikasinya sedemikian rupa hingga bisa digunakan. Beli buku-buku awal pun ia dapatkan dari tukang rongsokan pula, dengan kisaran harga Rp. 15 ribu sebanyak 60 eksemplar.
Peran serta setiap Warga Desa (World's) ternyata tidak boleh kita tepikan begitu saja. Mereka dapat dipastikan mampu menghidupkan dan menjaga setiap harapan masyarakat. Langsung saja kita menyemai pada sosok seorang yang tidak hanya sekedar saksi, melainkan juga memiliki daya guna dalam membangkitkan optimisme.
Sewaktu berjalan beberapa minggu, terlihat jelas tumbuhnya minat baca dari masyarakat dan disitu, timbul juga pertanyaan yang menggugah. "Mas enggak ada buku yang baru lagi, kok bukunya ini-ini saja." Ia lantas berpikir, dan coba mencari donasi, tapi door to door minta sumbangan buku kepada masyarakat. Karena apa ? Ia sendiri untuk membeli buku-buku anyar, jelas-jelas tidak mampu.
Kegiatn setiap harinya, motor pustaka rajin menyambangi beberapa pos untuk 1 desa. Masyarakat disana dalam waktu singkat sudah hapal banget tentang jadwal keliling. Hari ini di desa Pematang Pasir. Besok di desa Lebungala. Lusa-nya di desa Sumber Agaung atau Kemukus. Jadi motor pustaka biasa berhenti di daerah desa transmigrasi. Mereka sudah tahu dan masyarakat disitu begitu rajin menunggu untuk mengembalikan buku-buku yang telah dipinjam, serta menyewa lagi buku-buku baru yang hendak dibaca.
Enggak ada syarat tertentu kalau mau minjem buku Pak Sugeng. Karena kondisinya adalah masyarakat desa, jadi ia tidak memberikan persyaratan tertentu. Paling-paling syaratnya, maksimal 3 buku dalam waktu 1 minggu harus dikembalikan. Hingga saat ini kebetulan belum pernah terdapat kejadian hilang. Tapi kalau sobek itu seringkali terjadi. Kebetulan juga, Pak Sugeng malah bangga kalau buku-buku itu sobek. Lebih baik sobek daripada terbungkus rapi yang berplastik dan tidak pernah tersentuh oleh mata.
Berbicara mengenai perpustakaan yang sudah eksis. Ada sih beberapa perpustakaan, namun tidak setiap desa memilikinya. Udah gitu pengelolaannya kurang baik, jadi masyarakat pun tidak tahu dimana perpustakaan itu berada.
Figur yang sangat komunikatif. Mungkin memang beliau sudah terdidik untuk itu. Dan kebenaran begitu saja terungkap saat saya berbicara dengan nya di Facebook (20/04/2017).
Kumpulan koleksi bacaan, awalnya didominasi oleh buku yang mengkhususkan penulisannya untuk anak-anak. Sekarang pada tahun 2017 sudah memiliki 6.000 buku. Yang diterima dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Kupang NTT, Riau, serta Pulau Jawa yang berasal dari komunitas, individu, masyarakat, dan banyak civitas akademi.
Buku-buku yang diminati lebih mengarah kepada buku-buku berkategori UKM, salah satunya buku tentang pembuatan kue. Judul itu sangat dibutuhkan oleh kalangan masyarakat ibu-ibu desa. Hal tersebut dikarenakan sering ia mendapatkan pertanyaan, mas jualan apa, om jualan apa, seperti itu. Hingga sekarang, antusiasisme mereka sama. Bahkan tidak sedikit ibu-ibu yang sedang masak, langsung saja mereka bersedia meninggalkan kegiatannya untuk mengantri, ketika motor pustaka datang.
Ragam model alat transportasi yang digunakan saat ini semakin kaya dan semakin unik. Tercatat sudah 3 armada pustka yang dikemudikan muncul, diantaranya motor pustaka, cethus pustaka, dan ontel pustaka. Belum termasuk rumah pustaka yang terdapat di Desa Pematang Pasir, sekaligus tempat armada pustaka bermarkas.
Kendala saat hujan turun biasanya langsung meneduh di tempat warga. Buku pun taku kehujanan hingga kemudian dititipkan, soalnya sarung pelindung buku tidak anti hujan. Sungguh beruntung kiranya saat kegiatannya mendapatkan perhatian serius dari seorang Rektor UT (Universitas Terbuka). Beliau memberikan motor roda tiga pada tanggal 16 Oktober 2016, karena sebelumnya beliau sempat menanyakan tentang kendala berat yang sering dihadapi. Maka sejak itu, koleksi motornya jadi ada 2 buah dan pemberian tersebut di berikan nama moge pustaka.
Sesuai pengamatan Pak Sugeng, pekerjaan yang dilakoninya merupakan cita-cita nya untuk menumbuhkan minat baca di masyarakat. Dengan cara ini pula, ia ingin membuktikan bahwa pintar tak musti mahal. Terangnya kemudian mengenai kondisi konsumen hingga saat ini, "Karena jangankan mereka untuk bayar sewa buku, untuk membeli beras aja mungkin mereka masih susah. Jadi untuk menumbuhkan minat baca di masyarakat enggak harus semuanya berbayar."
Pak Sugeng Haryono adalah Warga Desa (World's) dari Kabupaten Ponorogo yang bercita-cita menjadi transmigran di Propinsi Lampung.
Membaca itu Gaul, kira-kira itulah moto kegiatan Motor Pustaka Lampung Selatan. Pak Sugeng tak hanya memberikan edukasi, dia juga menanamkan semangat rajin membaca sejak dini. Biasanya kegiatan keliling rutin setiap harinya dimulai pada pukul 16.00 WIB hingga pukul 6 sore dengan jarak paling dekat 3 km dan paling jauh 16 km hingga kecamatan Sumber Agung.
Tentu kinerja yang ada juga telah berhasil menarik perhatian berbagai kalangan. Ragam donatur donasi buku pun terus berdatangan. Ada yang dari Kupang NTT, Jawa maupun Pulau Sumatera sendiri, serta donasi dari teman-teman di Facebook enggak sedikit. Dan beberapa onasi yang bentuknya uang, itu biasanya untuk service motor. Karena motor tua. Jadi sering mogok. Sempat pula ia tergopoh-gopoh saat disuruh mengambil sumbangan dari seorang teman seniman di Jawa. Ketika sampai dirumahnya, dipersilahkan ia memilih sendiri buku untuk dibawa semampunya. Ia hanya membawa 2 karung, karena sudah kebanyakan dan setelah seminggu, ia datangi lagi untuk mengambil yang lainnya.
Eh, ditengah perjalanan kesehariannya, adapula kisah menarik yang berhubungan dengan kehidupan asmara. Mas Sugeng dipertemukan dengan sang pujaan hati yang berasal dari kecamatan Ketapang dan mereka menikah pad abulan November 2016. Kebetulan sang isteri, Ibu Asih Kurniawati dulunya juga rajin meminjam buku. Setelah berkeluarga, tidak jarang wanita yang bekerja sebagai guru juga turut membantu tugas yang diemban untuk sering ikut serta dalam tugas suaminya saat berkeliling.
Hal lainnya yang menjadi kebahagiaan Pak Sugeng saat melakoni aktivitasnya sebagai Motor Pustaka. Sambutan yang selalu hangat berupa senyuman, plus antusiasisme yang begitu tinggi terhadap kegiatan yang dilakukan. Ceritanya, "Kalau keliling itu banyak masyarakat yang sudah menanti kedatangan Motor pustaka dan senyum raut wajah mereka dikala mereka menemukan buku yang mereka cari serta mereka inginkan." Sedangkan yang menjadi kendala, banyak buku-buku yang dijajakan masih belum bisa mencukupi permintaan. Selain itu, motor tuanya memiiki banyak kendala terutama mesin yang sering macet dan tabungan buat biaya bensin habis dibelikan untuk beras. "Terpaksa utang dulu deh," ujarnya dengan nada riang.
Enggak disangka dan enggak dinyana. Ternyata si Warga Desa (World's) yang kesehariannya bekerja sebagai tukang tambal ban memiliki aktivitas yang mampu mengundang decak kagum bagi Istana Republik Indonesia Jadilah Pak Sugeng Haryono bersama toko pustakan jalanan lainnya diundang untuk hadir pada suatu jamuan makan siang, Selasa, 2 Mei 2017 di Jalan Merdeka Barat.
Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2017, Pak Presiden Jokowi berkenan mengundang para penggiat literasi yang berjumlah 37 orang ke Istana Merdeka. Salah satunya Pak Sugeng Hariyono, motor pustaka dari Lampung. Para undangan dijamu makan siang sambil berdiskusi.
Ujar Pak Sugeng kepada Harian Berita (02/05/2017), "Beliau mau mendengarkan cerita suka duka pegiat literasi dari perahu pustaka, kuda pustaka, motor pustaka, motor jamu pustaka, dan noken pustaka," sambil ngobrol-ngobrol, mereka menyampaikan keluhan atau masalah pendidikan yang terjadi di lapangan, "Kata beliau, itu cara lebih efektif dalam menumbuh kembangkan minat baca masyarakat, tertutama kalangan anak-anak."
Perihal pertemuan pun sangat disyukuri oleh Pak Ridwan Sururi, salah satu penggiat Kuda Pustaka. Ia mengaku sangat terharu dan undangan tersebut merupakan sesuatu yang luar biasa bagi dirinya. Jelas Pak Ridwan, Harian Tribun News (03/05/2017), "Sebab sebagai tukang pencari rumput, saya bisa menghadap bapak Presiden."
Alhasil, Pak Presiden Jokowi pun segera memberikan jawaban dengan mengeluarkan kebijaksanaan untuk memberikan bantuan sebanyak 10 ribu buku tiap tahun kepada para penggiat pustaka di seluruh pelosok negeri. "Dulu sempat ada masalah kekurangan buku, sekarang tidak lagi. Sekarang tinggal memikirkan rak yang memadai," Tambah Pak Ridwan kemudian.
Facebook: https://www.facebook.com/Motorpustaka
Sumber Penulisan:
http://warga-desa-worlds.blogspot.co.id/search/label/Perpustakaan
https://lampungpro.com/post/2184/pustaka-keliling-di-lampung-selatan-bermodal-motor-bekas-kini-punya-1200-buku
http://www.saibumi.com/artikel-81742-cinta-buku-tukang-tambal-ban-sulap-motor-jadi-perpusling-hingga-raih-penghargaan-nasional.html
http://www.jejamo.com/berbekal-motor-tua-tahun-1986-sugeng-haryono-door-to-door-ke-rumah-warga.html
http://www.radarbangka.co.id/rubrik/detail/features/12955/perjuangan-sugeng-haryono-meningkatkan-minat-baca-di-lampung.html
https://www.harianbernas.com/berita-8435-Sugeng-Haryono--Pejuang-Gerakan-Membaca-dengan-Motor-Pustaka.html
http://lnews.co/jalankan-perpustakaan-motor-keliling-sugeng-raih-penghargaan-nugra-jasadarma-pustaloka/
http://www.cendananews.com/2016/09/lengkapi-armada-pustaka-bergerak-di.html
http://www.hariansuara.com/index.php/2016-04-03-03-37-23/2016-04-03-03-51-33
http://otomotif.liputan6.com/read/2334896/yamaha-byson-disulap-jadi-perpustakaan-keliling
http://cdn.assets.print.kompas.com/baca/sosok/2016/01/27/Motor-Pustaka-Si-Penambal-Ban
http://print.kompas.com/baca/sosok/2016/01/27/Motor-Pustaka-Si-Penambal-Ban
http://print.kompas.com/topik/20150309sig-sosok/Sosok%20Halaman%2016%20Kompas?p=10&ps=10
http://www.pojoksamber.com/sugeng-haryono-tukang-tambal-ban-pencetus-motor-pustaka/
http://lampung.tribunnews.com/2017/04/27/ketemu-jodoh-saat-keliling-bawa-buku-kisah-pustakawan-motor-di-lampung-selatan
https://news.detik.com/berita/d-3489779/sopir-angkot-kuli-dan-tukang-tambal-ban-genjot-minat-baca
http://lampung.antaranews.com/berita/295918/jokowi-naiki-motor-pustaka-sugeng-hariyono
http://jateng.tribunnews.com/2017/05/03/haru-ridwan-sururi-si-kuda-pustaka-diundang-presiden-jokowi-di-hari-pendidikan-nasional
http://lampungnews.com/2017/05/perjuangan-motor-pustaka-ke-istana-dari-knalpot-patah-hingga-ban-bocor/
http://www.suara.com/news/2017/05/02/191348/kisah-tukang-tambal-ban-dan-perpustakaannya-bikin-jokowi-kagum
http://www.beritaindonesia.co/2017/05/begini-ekspresi-luapan-kegembiraan-dari.html
http://nasional.kompas.com/read/2017/05/02/13213921/jokowi.rayakan.hari.pendidikan.nasional.bersama.pegiat.gemar.membaca.se-indonesia
No comments:
Post a Comment
Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.