Kapal layar pustaka Pattingalloang, yakni perahu jenis 'baqgo' yang biasa ditemukan di wilayah Sulawesi Barat. Tiap pulau didatanginya, dari pulau Samalona di sebelah barat hingga merambat ke pulau Sagori di Sulawesi bagian Timur. Terang Pak Ridwan kepada saya, Clenoro Suharto di Facebook (10/06/2017), "Kita jelajahi kwasan selat Makassar dan pesisir pulau Sulawesi. Baru mencakup 3 propinsi: SulBar, SulSel, dan SulTra."
Sedari awal mewujudkan perahu pustaka bukan hal yang mudah. Untuk biaya pembuatan kapal, pria yang lahir di Tinambung, Poliwalimandar dibantu secara sukarela oleh ke 4 temannya, yakni Pak Anwar Rachman, Pak Aan Mansyur (Penulis Film "Ada Apa Dengan Cina"), Pak Kamaruddin Azis, serta seorang Budayawan yang juga berasal dari Sulawesi, Pak Nirwan Arsuka. Mereka kerap berteman akrab melalui gerakan literasi dan memulai diskusi tentang hal ini di Twitter account.
Jadi menurut sejarah, perahu jenis ini sudah bisa dikatakan punah. Kebetulan ada teman yang mau membantu. Awal 2015, perahu pustaka Pattingalloang mulai dibangun. Pembuatannya sendiri terinspirasi perjalanan yang mendatangi warga-warga di daerah terpencil. Kehadiran perahu pustaka pun memiliki tujuan yang sama, yakni menjembatani minimnya bahan buku bacaan di pulau-pulau kecil.
Satu per satu, anak-anak dan orang tua kerap menghampiri perpustakaan terapung saat merapat ke suatu pulau. Letaknya memang terpencil dan perahu pusataka yang dibangun oleh Pak Ridwan Alimuddin bersama 4 temannya dapat membuat langit cerah, bersama hembusan angin yang selalu menyegarkan.
Matahari yang selalu Cerah."Perahu itu benda hidup," begitu anggapan banyak nelayan disana. Jadi saat penerbangan maupun proses pembuatan, itu ada tahapan ritualnya. Sumber daya kayu yang dipergunakan untuk pembuatan perahu biasanya berjenis tippulu, palapi, kanduruang, dan kayu Hulu, bahasa lokalnya. Karena dianggap tidak mudah dimakan rayap atau serangga.
Butuh kayu berdiameter minimal 70-100 cm dan tinggi 15 meter. Dulu penebangan menggunakan kapak besr bernama "wase," sekarang hampir semuanya menggunakan mesin pemotong "senso." Agar proses penebangan dapat dilakukan secara cepat dan praktis, dibuatlah panggung darurat sebagi tempat berdiri. Tingginya kira-kira 3 meter. Untuk perhitungan kapan kayu tumbang dan arah jatuhnya kemana harus tepat dapat diperkirakan, sebab berkaitan dengan keselamatan penebang.
Lantas setelah ditebang, sang kepala penebang mengukur bagian kayu yang akan diambil. Pertama dibuat rata bagian atas, lalu dibuat garis sederhana sesuai ukuran yang diinginkan. Kinerja ini bila menggunakan kapak, butuh waktu berhari-hari. Proses selanjutnya membuat papan dan dijemur hingga kering. Ritual paling utama itu saat penyambungan lunas. Jadi simbol-simbol wawasan kekeluargaan ada disitu. karena ini kan jenis perahu anak. Ritual berikutnya akan dijalankan ketika perahu sudah selesai dibentuk. Segera kemudian pembakaran dupa dilakukan, sambil disitu ada pengikut yang mengiringi khusuknya ritual bersama bacaan, hingga matahari terbenam. Jadi sejak itu, perahu tersebut sudah hidup.
Esoknya berbagai jenis makanan siap disediakan di atas perahu. Biasanya berupa hidangan berjenis rasa manis. Konon, masyarakat Sulawesi melihat rasa manis itu simbol rezeki. Jadi supaya perahu mempunyai rezeki, itu ada makanan pisang atau bahan serupa. Besoknya lagi, kegiatan ritual kembali dilakukan. Pembacaan doa dilanjutkan di sekitar buritan. Baru setelah itu kapal di dorong ke laut. Prosesi ritual cukup dijalankan selama 1/2 jam pada tiap fase.
"Kalau yang bantu-bantu banyak. Tapi tukang intinya itu ada 5 orang," begitu keterangan Pak Muhammad Ridwan Alimuddin pada suatu sesi wawancara dengan VE Channel, "Ini mungkin bisa diperdebatkan. Mereka akan gelisah atau was-was. Jadi kalau dalam ilmu antropologi itu hampir semua komunitas kemaritiman itu ada simbol-simbol mistik yang dia bawa. Karena satu-satunya lingkungan sangat mereka cintai."
Terima Kasih Pak Ridwan Alimuddin Atas Kesediaannya Membangun Perahu Pustaka |
Matahari yang selalu Cerah.
Sejak bulan Agustus 2015, perahu pustaka mulai mengawali pelayarannya dengan menyambangi pulau-pulau terpencil di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Dari awal pula, perahu pustaka diberi nama Pattingalloang, yang diambil dari tokoh intelekual Kerajaan Gowa Tallo pada abad ke 17, namanya Karaeng Pattingalloang.
Lantas pada tanggal 23 April 2016 yang bertepatan dengan peringatan Hari Buku Internasional, perahu ini melakukan pelayaran. Jelas Pak Ridwan, "Pelayaran ini adalah kerjasama antara periset dengan armada pustaka mandar." Menempuh perjalanan selama 20 hari melewati 3 perairan besar. Yakni: Teluk Bone, Selat Makassar, dan Laut Flores.
Perahu Pustaka Pattingalloang biasanya berlabuh selama 1 hingga 2 hari saat menggelar buku-buku bacaan di pulau-pulau terpencil, serta pesisir. Bila kondisi laut sedang pasang, kali itu biasanya personel perahu pusataka tidak mengijinkan pengunjung naik guna membaca buku diatas kapal. Seluruh buku diturunkan dan ditempatkan pada suatu taman buatan. Beralaskan tikar, si anak dan orang tua langsung saja mencari posisi duduk yang nyaman untuk membaca. Entah itu juga. . . . .para pembaca berteduh diantara pepohonan, semak belukar, di atas bebatuan, selain gundukan tanah.
Jadi semenjak perahu Pattingalloang terbentuk, si Warga Desa (World's) meninggalkan pekerjaannya selama ini sebagai jurnalis terikat di salah satu perusahaan media. Sekarang bekerja sebagai penulis freelance. Beliau juga meneruskan pekerjaan lama sebagai penulis buku, potret, dll.
Uniknya! Semua kegiatan literasi tersebut tidak mendapatkan bayaran.
"Jadi dapat uang darimana abang ?," tanya Ibu Najwa Sihab saat beliau datang ke acaranya, Mata Najwa.
Jawab Pak Ridwan: Istri saya jualan baju. Jadi meskipun saya sudah ada pekerjaan rutin, ada beberapa alhamdulillah, saya juga biasa nulis buku dan fotografer. Ya begitu-begitu, tapi untuk kegiatan literasi ada.
Dan uang operasional untuk berlayar. Nelayan-nelayannya harus dibayar dong ?
Iya. Per hari saya harus membayar para nelayan di atas UMR, yakni 100 ribu per hari. Jadi 1 minggu berlayar itu, minimal 3 juta. Karena 2,1 juta sudah ke nelayan. Kitanya itu logistik dan mereka sering kita ajak turun. Teman-teman, siapa yang mau ikut saya, silahkan posting di Facebook. Ini semua berlayar, siapa yang mau ikut.
Banyak atau tidak yang merespon ??
Ya, 2 orang dan 3 orang. Karena kapasitas di belakang, kalau kita berlayar cuman bisa 7 orang sampai 8 orang yang bisa diatas perahu.
Inisiator perahu pustaka adalah Pak Nirwan Arsuka dan Ibu Melly Kiong. Beliau-beliau lah pemrakarsa yang menangani semua biaya untuk pembuatan perahu pustaka berjumlah 3 unit, yaitu: Perahu Pustaka I Pattingalloang, Perahu Pustaka II Membacaku, dan Perahu Pustaka II Colliq Pujie.
Kerja Keras untuk Masa Depan Masyarakat.
Rencana selanjutnya pada awal Desember 2015, mantan mahasiswa Universitas Gadjah Mada memanfaatkan lahan kebun pisang milik mertuanya untuk merancang sesuatu yang masih sejalan. Nusa Pustaka, sebuah perpustakaan sekaligus museum yang berada di Desa Pambusuang, Kecamatan Balanipa.
Museum tersebut dibangun dengan menggunakan bangkai perahu sandeq, jenis perahu tradisional bercadik khas setempat, serta juga perahu-perahu yang sudah rusak. Tapi karena sulit mendapatkan bahan kayu dari perahu rusak, jadinya pembangunan Nusa Pustaka juga menggunakan kayu atau papan pada umumnya. Setelah dikumpulkan, ia bentuk bahan kayu dan bekas tersebut menjadi bangku untuk membaca, lengkap bersama meja, lemari buku, replika perahu, dan banyak lagi. Terangnya kemudian, "Jadi adik-adik kita yang datang kesitu, selain membaca buku, dia juga melihat peradaban tentang maritim."
Buku yang disediakan oleh Nusa Pustaka maupun Perahu Pustaka I Perahu Pustaka I Pattingalloang, Perahu Pustaka II Membacaku, dan Perahu Pustaka II Colliq Pujie, kebanyakan buku bacaan ringan. Mulai buku anak, majalah, sampai novel yang mudah dicerna yang saat ini telah berjumlah 8.000 unit buku. Sasarannya memang generasi muda, sehingga tidak diberi buku yang berat untuk dibaca. Sesekali, perahu pusataka akan membawa penulis yang ingin berinteraksi langsung dengan warga terpencil di Sulawesi. Diharapkan itu semua bisa menjadi pancingan yang menarik bagi masyarakat untuk membudidayakan kebiasaan membaca.
Hasil kerja keras dan perjuangan selama ini ternyata mendapatkan perhatian sangat positif dari berbagai kalangan di dunia internasional, maupun masyarakat Indonesia. Berbagai diskusi seputar pendidikan, hingga masalah problema masyarakat dunia diperbincangkan. Enggak jarang, pertemuan mengundang para tokoh masyarakat yang juga berasal dari luar negeri. Sebelumnya sejarawan Belgia, petualang Jepang, dan antropolog Jerman juga pernah menjadi pembicara.
"Kita selama ini bangga sebagai anak kepulauan atau benua maritim. Tapi di sisi lain, saudara-saudara kita di pulau-pulau kecil termasuk yang dipesisir, tidak terjangkau hal-hal seperti ini. Rupanya dengan modal transportasi laut, kita bisa menjangkau mereka."
Website: https://perahupustaka.com/
Blogspot: http://ridwanmandar.blogspot.co.id/
Sumber Penulisan:
https://news.detik.com/kolom/d-3490231/tamasya-di-sekeping-surga-borges
https://photo.sindonews.com/view/17682/perahu-pustaka-pattinggalloang-tebarkan-semangat-belajar
https://koran.tempo.co/konten/2016/05/10/398754/Perahu-Pustaka-Pattingalloang
https://www.brilio.net/news/perahu-ini-keliling-antar-pulau-demi-menyediakan-buku-bacaan-top-150804w.html
http://makassar.tribunnews.com/2017/05/03/presiden-jamu-ketua-perahu-pustaka-sulbar-ridwan-alimuddin
http://www.dewimagazine.com/news-art/perahu-pustaka-pattingalloang-perpustakaan-terapung-di-sulawesi-barat-dari-ridwan-alimuddin
http://news.rakyatku.com/read/17716/2016/08/20/ada-perahu-pustaka-lagi-yang-dibuat-ridwan-alimuddin
http://kabarnusantara.net/2016/11/10/muhammad-ridwan-alimuddin-pahlawan-perpustakaan-perahu/
http://www.astralife.co.id/ilovelife/muhammad-ridwan-alimuddin-nakhoda-perahu-pustaka/partial/
http://www.astralife.co.id/ilovelife/muhammad-ridwan-alimuddin-nakhoda-perahu-pustaka/
http://regional.kompas.com/read/2015/09/04/13505551/Berbekal.Perahu.Ridwan.Sebarkan.Virus.Membaca.ke.Pulau.Terpencil.di.Sulbar
http://internasional.kompas.com/read/2017/05/02/21202801/kisah.perahu.pustaka.jelajahi.pesisir.sulawesi.agar.anak-anak.bisa.membaca?page=all
http://www.bbc.com/indonesia/vert-tra-37847425
http://tv.liputan6.com/read/2310363/perahu-pustaka-jendela-dunia-untuk-anak-di-pulau-terpencil
http://www.hipwee.com/feature/secercah-harapan-bagi-budaya-literasi-yang-makin-terkikis-di-indonesia-inilah-kisah-perahu-pustaka/
http://www.jawapos.com/read/2016/05/25/30422/nirwan-ahmad-arsuka-pendiri-gerakan-pustaka-bergerak
http://video.metrotvnews.com/mata-najwa/GNlj6XBk-cerita-awal-mula-terbentuknya-perahu-pustaka
http://fajaronline.com/2017/05/20/anak-pulau-sambut-perahu-pustaka-di-dermaga-lae-lae
http://video.metrotvnews.com/mata-najwa/GNlj6XBk-cerita-awal-mula-terbentuknya-perahu-pustaka
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/747196-perahu-pustaka-tenggelam-ratusan-buku-terancam-rusak
http://regional.kompas.com/read/2016/03/13/21013201/Perahu.Pustaka.Terbalik.11.Awak.Selamat.tetapi.Ribuan.Buku.Terendam.
http://news.okezone.com/read/2015/08/25/65/1202000/aksi-armada-pustaka-di-polewali-mandar
terimakasih atas informasinya... ijin share gan
ReplyDeletedan jangan lupa kunjungi link kami di http://idblackwalet.com/
Ok
Delete