Wednesday, October 12, 2016

Perjuangan Pak Slamet Triamanto, 42, Bersama Eceng Gondok untuk Kesejahteraan Masyarakat

 Tanaman yang dianggap oleh banyak orang tidak memiliki manfaat. Justru disulap oleh Pak Slamet Triamanto, 42, warga Desa Kebun Dowo, Banyubiru, Semarang menjadi sebuah kerajinan yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Tanaman eceng gondok yang sudah dikeringkan, kemudian dianyam untuk dibentuk menjadi berbagai miniatur, seperti: motor Harley Davidson, Kereta Api, Kapal Pesiar Kuno, bahkan Rumah Tradisional dari Kalimantan.
Perjuangan Pak Slamet Triamanto, 42, Bersama Eceng Gondok untuk
Kesejahteraan Masyarakat
Meskipun sekarang ini bisnisnya telah berkembang pesat dan mendapatkan omzet berjumlah cukup lumayan untuk setiap tahunnya. Pak Slamet Triamanto, 42, merintis karir dagangnya dengan perjuangan usaha yang tidak mudah. “Sangat betul saya dri kluarga tdk mampu,” ungkapnya kepada saya, Clenoro Suharto di Facebook (09/10/2016).

Lika-liku perjalanan hidup menjadikan dirinya sebagai pribadi yang tegar dan pantang menyerah. Pekerjaan apa saja tanpa memilih-milih ditempuhnya. Hal ini ia lakukan untuk bertahan hidup. Peluang menjadi supir bus, pemulung, tukang asongan, kernet hingga buruh pabrik, diambilnya guna mencukupi kebutuhan. Bahkan, “Saya pernah tinggal di kandang kambing sama anak dan istri saya ketika saya mulai berwirausaha.” Untungnya, rentetan kenyataan beratnya hidup Pak Slamet selalu mendapatkan perhatian yang sangat POSITIF dari Paman dan Bibi nya.

Sungguh perjalanan berliku yang layak dijadikan cerminan bagi mereka yang tengah berjuang meraih impian. Perkara tetesan air setitik bisa menjadi segalanya dan pria kelahiran 15 September 1974 membuktikan pendapat yang ada melalui serangkaian produksi menakjubkan dari bahan yang pertama kali ditemukan oleh ahli botani berkebangsan Jerman pada tahun 1824. Tampak perjalanan ceritanya hampir sama. Dimana Carl Friedrick Philipp von Martius menemukannya di Sungai Amazon, Brazil. Nah!, Pak Slamet juga mengawali langkahnya dari kegiatan yang berhubungan dengan sungai dan ikan.

Selalu menghasilkan karya seni miniatur yang sangat baik untuk kesehatan masyarakat.
Perjuangan Pak Slamet Triamanto, 42, Bersama Eceng Gondok untuk
Kesejahteraan Masyarakat
Selalu menghasilkan karya seni miniatur yang sangat baik untuk kesehatan masyarakat.

Berawal dari Menyusuri Rawa.

Tahun 1988, tepatnya ketika ia pertama kali datang ke Jakarta. Kira-kira waktu selama 16 tahun merupakan masa yang cukup untuk menghimpun pengetahuan dan pengalaman. Setelah didorong oleh kebutuhan hidup dan tanggung jawab, “Karena sudah memiliki anak, saya pikir pekerjaan memulung hanya untuk memenuhi perut saja, sedangkan tabungan dan uang pendidikan anak tidak jelas,” jelasnya kepada Harian Kontan (10/03/2011).

Ia akhirnya memutuskan untuk pulang kampung di bulan Agustus 2003. Pekerjaan sebagai supir bus di kota Semarang pun ditampiknya, karena uang yang dimiliki tinggal sedikit, alasannya: ”Uang sebanyak itu bisa habis dalam waktu dua hari. Jadi, saya harus berutang untuk memenuhi kebutuhan. Dan, siklusnya pasti akan begitu terus.” Kepala pening benar-benar menggelayuti pemikirannya saat itu. Sesampainya di kampung, ia langsung mengeluarkan keluh kesahnya dengan melakukan kegiatan memancing.

Menyusuri rawa di desanya yang mulai dipenuhi oleh tanaman Eceng Gondok bersama sekumpulan alat kail dan perahu. Saat sedang mengisi waktu, Pak Slamet Triamanto sempat tertarik akan kegiatan seorang petani yang sedang membersihkan eceng gondok di sebuah lahan. Lantas ia menanyakan tentang kegunaan eceng gondok yang dikumpulkan dalam jumlah banyak itu. Urainya kepada Harian Ayo Preneur (24/05/2010), “Ternyata eceng gondok itu akan dikirim ke Yogyakarta untuk dibuat mebel seperti meja kursi dan almari.”

Serat eceng gondok memang banyak digunakan dalam industri-industri mebel dan kerajinan rumah tangga (UKM). Selain mudah didapat, sumberdaya ini memiliki harga yang murah, tidak membahayakan kesehatan, dan dapat mengurangi masalah biodegradability (polusi lingkungan). Sehingga nantinya dengan pemanfaatan sebagai serat penguat komposit, eceng gondok  akan mampu mengatasi permasalahan lingkungan karena fungsi dan daya gunanya.

Apalagi untuk anak-anak, hal ini dapat menjadi sebuah pengalaman tersendiri yang cukup istimewa. Karena tiap karya yang dihasilkan sangat atraktif.
Perjuangan Pak Slamet Triamanto, 42, Bersama Eceng Gondok untuk
Kesejahteraan Masyarakat
Apalagi untuk anak-anak, hal ini dapat menjadi sebuah pengalaman tersendiri yang cukup istimewa. Karena tiap karya yang dihasilkan sangat atraktif.

Berkat Pendidikan dan Pelatihan dari Pemerintah.

Gagasan yang sangat brilian rupanya. Dan masalahnya sekarang adalah Pak Slamet sama sekali tidak memiliki keahlian dalam bidang seni. “Saat itu saya kebingungan. Saya tidak mempunyai darah seni dan tidak punya uang. Tapi saya tidak patah semangat dan terus mencoba untuk membuat kerajinan dari eceng gondok,” ungkapnya.

Bermodalkan semangat untuk belajar dan keinginan untuk menjadi lebih baik, ia mencoba berkarya. Digunakanlah uang sebesar Rp. 60 ribu untuk membeli sejumlah peralatan seperti penggaris besi, gunting, lem, dan cutter. Hari demi hari dijalani melalui berbagai rangkaian ujicoba. Produksi pertamanya hanya berupa miniatur sepeda dan memerlukan waktu 2 minggu untuk penyelesaiannya. Setelah jadi dan tahu caranya, kemudian ia mencoba membuat miniatur mobil oplet dan becak. Dalam 6 bulan pertama, ia telah berhasil memproduksi 12 buah becak, 20 sepeda ontel, dan 15 mobil oplet. . . . . . . . . .Wow!

Terlihat sudah prospeknya, kenapa tidak diteruskan? Kemudian ia mencoba memasarkan karyanya di sekitar pinggir jalan alternatif di daerah Ambarawa, Salatiga. Pernah juga ia menjual produknya dengan cara menitipkan barang pada toko kelontong bibinya yang berada di Dusun Kebondowo yang menjadi jalur wisata menuju Bukit Cinta, Rawapening. Soal penentuan harga, kembali ia kebingungan. “Akhirnya, satu miniatur sepeda dihargai Rp. 25.000,” kenangnya. Berdasarkan kenyataan tersebut, ia mencoba mencari jalur yang lebih baik dengan mengikuti perlombaan kerajinan untuk tingkat Kabupaten.

Persiapan dari berbagai segi pun segera ia jemput melalui serangkaian ide yang kemudian ditaruh pada sebuah badan usaha bernama Syarina Production. Sebuah lembaga usaha yang terbentuk pada tanggal 15 september 2004, “Tapi aktifitas pertama tgl 6 agustus 2004 ( -+1bln baru terbentuk syarina production ) adapun arti sebetulnya itu diambil dari nama saya, istri dan anak. ( slamet triamanto, diah eko sari, hafidzah isnaini dan haura tria syafiyyah ) syarina = slamet,ari, ria, isna,” jelasnya kepada saya secara langsung melalui sekelumit pembicaraan di Facebook (10/10/2016), “Ketika itu saya yakin cuma itu yh mrnjadi kekuatan saya untuk memulai usaha.sedangkan production karena saya mau berproduksi. Terus terang modal semangat dan suport istri serta ingin membahagiakan anaklah sebagai modal dan kekuatan saya.karena hanya itu harta yg saya miliki.”

Ujarnya pada suatu sesi pemotretan di Facebook, Selasa, 11 Oktober 2016, "Ternyata aku karo wong londo ya gk beda2 jauh..thanks Mr.pit (jerman) Mr.rafie ( thailand ) n saya sendiri ( long garden city ) thanks dah mau narsis bareng hehe."
Perjuangan Pak Slamet Triamanto, 42, Bersama Eceng Gondok untuk
Kesejahteraan Masyarakat
Ujarnya pada suatu sesi pemotretan di Facebook, Selasa, 11 Oktober 2016, "Ternyata aku karo wong londo ya gk beda2 jauh..thanks Mr.pit (jerman) Mr.rafie ( thailand ) n saya sendiri ( long garden city ) thanks dah mau narsis bareng hehe."


Setelah semua mantap, ia kemudian menambah kemampuan skill dan keterampilan yang dimiliki. Kebetulan jadwal pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Japan Internasional Cooperation Agency, bernama Training Programme on Production Process of Eceng Gondok pada 5 – 24 Desember 2004 di Yogyakarta dan memperoleh penghargaan sebagai peserta terbaik untuk urutan ke II. Khusus akan pengetahuan dalam bidang ekspor, ia mengikuti Pelatihan di tahun 2007 yang diadakan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk propinsi Jawa Tengah.

Jalan hidupnya langsung berubah setelah Lelaki asal RT 4, RW 9, Desa Kebun Dowo, Banyubiru, Semarang, meraih sejumlah penghargaan dari perlombaan yang diikuti. Jaringan dan kolega pun semakin meluas. Keunikan corak karya yang dimiliki rupanya mendapatkan sambutan hangat dari relasi bisnis. “Saya pernah diajak berpameran sampai tiga kali di Dubai pada 2008, 2009, dan 2010. Selain itu, saya juga ikut pameran di Singapura pada 2011,” cerita Pak Slamet. Bahkan pada bulan berikutnya atau awal tahun 2012, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Semarang memfasilitasi sebuah peluang bisnis baru untuknya guna mengikuti pameran besar PRPP (Pusat Rekreasi Promosi dan Pembangunan) di Semarang dan Pekan Raya Jakarta (PRJ).

Hasil keuntungan yang tidak hanya dapat dinikmati oleh dirinya semata. Ketekunan yang telah dimiliki senantiasa menghasilkan 500 kerajinan tangan yang berasal dari bahan baku enceng gondok kering sebanyak 100 kg per bulan. Kira-kira 1 kg eceng gondok kering seharga Rp. 3.000/kg didapatkan dari 10 kg eceng gondok basah. Untuk masa waktu sekitar 1 bulan, usahanya biasa memanfaatkan 1 ton eceng gondok dari petani di Rawa Pening. Jadi jangan bingung bila banyak pemasok eceng gondok seluas 2.670 hektar di daerah Banyu Biru selalu mengandalkan permintaan dari kapasitas produksi usaha Pak Slamet.

Rumah Lamin telah ditetapkan menjadi rumah tradisional bagi masyarakat Provinsi Kalimantan Timur sejak tahun 1967. Keunikan dari rumah adat ini terletak pada ukuran bangunan, identitas ukiran, dan struktur yang dimiliki.
Perjuangan Pak Slamet Triamanto, 42, Bersama Eceng Gondok untuk
Kesejahteraan Masyarakat
Rumah Lamin telah ditetapkan menjadi rumah tradisional bagi masyarakat Provinsi Kalimantan Timur sejak tahun 1967. Keunikan dari rumah adat ini terletak pada ukuran bangunan, identitas ukiran, dan struktur yang dimiliki.

Laba Usaha untuk Masyarakat dan Kesejahteraannya.

Omzet rata-rata yang dibukukan per bulan oleh lulusan SMA Madrasah Aliyyah bisa dikatakan sesuai untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan berbagai biaya yang sangat berguna bagi kegiatan sosial di masyarakat. “Namun, dari sisi keberlanjutan, penjualan produk kami ke luar negeri tidak selancar di dalam negeri. Apalagi pengiriman ke luar negeri jauh lebih mahal,” telaahnya.

Karena bisnis ini pula, Pak Slamet bisa mempekerjakan anak-anak putus sekolah sebanyak 40% dari jumlah total tenaga kerja. Berdasarkan keuntungan yang ada, ia pun sangat bijaksana saat menggunakan jumlah yang telah diraih. Pos keuangan dibagi 3, yakni, pos untuk kebutuhan pribadi, pos untuk masyarakat sekitar, dan pos untuk karyawan yang masih sekolah. Selanjutnya, ia juga rajin menyediakan lapangan pekerjaan baru untuk para tetangga. Bagi ibu-ibu rumah tangga memperoleh upah berdasarkan sistem borongan. Sementara golongan pemuda yang ikut serta diberikan porsi kerja dari pukul 08.00 pagi hingga 16.00 sore dengan upah per bulan sesuai UMR (Upah Minimum Regional).

Benar-benar sebuah eksekusi nyata dari entitas bisnis yang kokoh. Hal tersebut juga dibarengi oleh kemampuan pemasaran yang mumpuni. Jelasnya optimis, “Selama ini saya cukup sering mengirim kerajinan ke Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Palembang, Banjarmasin, Pontianak, Samarinda, Bali, dan Makassar. Paling tidak dua bulan sekali saya mengirimkan produk kami ke setiap kota.” Selain itu, Pak Slamet juga semakin stabil untuk memasarkan hasil kreasi warga sekitarnya ke luar negeri, seperti: India dan Korea Selatan.

Sekarang eceng gondok bisa dijadikan sebagai penghasilan,” tuturnya kepada Harian Liputan 6 (28/02/2011). Ciri khas produk eceng gondoknya pun memiliki khasanah hasil tak terbantahkan. Dalam sehari, Pak Slamet bisa mengirim produknya ke sejumlah daerah dengan menggunakan 3 truk. Adapun hasil kreasi dari tiap karya yang dihasilkan sangatlah menakjubkan. Cukup anda melihat dari foto yang telah saya upload. Saya hanya bisa beranggapan bila miniatur kapal pinisi tersebut telah dibuat oleh seorang sarjana ahli dibidangnya. Begitu pun juga untuk miniatur lokomotif, mobil, tank, becak, becak serta miniatur rumah adat. Tidak tertutup bagi anda yang suka bergaya, Syarina Production juga menyediakan tas jinjing, keranjang kecil untuk tempat botol minuman, dan banyak lagi.

Facebook: https://www.facebook.com/pages/Syarina-Production/779168542185091
Telepon: (0298) 595-783
Provinsi: Jawa Tengah




 Tanaman yang dianggap oleh banyak orang tidak memiliki manfaat. Justru disulap oleh Pak Slamet Triamanto, 42, warga Desa Kebun Dowo, Banyubiru, Semarang menjadi sebuah kerajinan yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Tanaman eceng gondok yang sudah dikeringkan, kemudian dianyam untuk dibentuk menjadi berbagai miniatur, seperti: motor Harley Davidson, Kereta Api, Kapal Pesiar Kuno, bahkan Rumah Tradisional dari Kalimantan. Tanaman yang dianggap oleh banyak orang tidak memiliki manfaat. Justru disulap oleh Pak Slamet Triamanto, 42, warga Desa Kebun Dowo, Banyubiru, Semarang menjadi sebuah kerajinan yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Tanaman eceng gondok yang sudah dikeringkan, kemudian dianyam untuk dibentuk menjadi berbagai miniatur, seperti: motor Harley Davidson, Kereta Api, Kapal Pesiar Kuno, bahkan Rumah Tradisional dari Kalimantan. Tanaman yang dianggap oleh banyak orang tidak memiliki manfaat. Justru disulap oleh Pak Slamet Triamanto, 42, warga Desa Kebun Dowo, Banyubiru, Semarang menjadi sebuah kerajinan yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Tanaman eceng gondok yang sudah dikeringkan, kemudian dianyam untuk dibentuk menjadi berbagai miniatur, seperti: motor Harley Davidson, Kereta Api, Kapal Pesiar Kuno, bahkan Rumah Tradisional dari Kalimantan.

 Tanaman yang dianggap oleh banyak orang tidak memiliki manfaat. Justru disulap oleh Pak Slamet Triamanto, 42, warga Desa Kebun Dowo, Banyubiru, Semarang menjadi sebuah kerajinan yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Tanaman eceng gondok yang sudah dikeringkan, kemudian dianyam untuk dibentuk menjadi berbagai miniatur, seperti: motor Harley Davidson, Kereta Api, Kapal Pesiar Kuno, bahkan Rumah Tradisional dari Kalimantan. Tanaman yang dianggap oleh banyak orang tidak memiliki manfaat. Justru disulap oleh Pak Slamet Triamanto, 42, warga Desa Kebun Dowo, Banyubiru, Semarang menjadi sebuah kerajinan yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Tanaman eceng gondok yang sudah dikeringkan, kemudian dianyam untuk dibentuk menjadi berbagai miniatur, seperti: motor Harley Davidson, Kereta Api, Kapal Pesiar Kuno, bahkan Rumah Tradisional dari Kalimantan.








Sumber Penulisan:

 

No comments:

Post a Comment

Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.

Label

Agama Air Minum Alat Musik Alumunium Angklung Artis Asmara Automotif Bahan Bakar Bali Bambu Bandung Bank Bank Sampah Barang Bekas Batam Batik Becak Beras Besakih Biola Blogspot Boneka Buah-buahan Budaya dan Tradisi Buka Lapak Buku Bunga Burger Burung Cafe Charlie Tjendapati CNBC Cobek Dandung Santoso Daur Ulang Desa Desain Dodol E-mail Eceng Gondok Edie Juandie Ekonomi dan Perdagangan Es Krim Facebook Flipboard Flora dan Fauna Fruit Carving Furnitur Gadget Gamelan Garam Gerai Gerobak Gitar Google Plus Gula Hari Raya Harian Merdeka Haryadi Chou Hewan Hiburan dan Wisata Hidayah Anka Hidroponik Hijab Hotel http://www.duahari.com Hukum dan Politik Indra Karyanto Instagram Internet Internet Marketing ITB Jagung Jajanan Jamu Jamur Tiram Jangkrik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jepang Kain dan Pakaian Kaleng Kalimantan Kamera Kapal Laut Karaoke Kartun Kecantikan Kecap Keju Kelautan Kelinci Kemasyarakatan Kendaraan Kerajinan Kereta Kertas Kiat dan Tip Kisah Hidup Koki Komputer dan Teknologi Kopi Koran Kuda Pustaka Kuliner Kumpulan Kurir LA Time Laptop Si Unyil Lidah Buaya Linkedin Liputan 6 Logam Lukisan Kayu Madu Mahasiswa Mainan Anak-Anak Makanan dan Minuman Malang Martabak Masyarakat dan Persoalannya Matras Melukis & Menggambar Metro TV Mineral Miniatur Minyak Atsiri Mitra Mobil Motor Musik Nana Mulyana Narapidana Net TV Ngatmin Biola Bambu Obat dan Kesehatan Olah Raga Ondel-Ondel Online Organik Organisasi Sosial Pameran Panama Papers Pantang Menyerah Papan Selancar Paper Quilling Pariwisata Peluang Usaha Pemulung Pencucian Pendidikan Penelitian Penemuan Penyanyi Penyiar Peralatan Perhiasan Perikanan Permainan Perpustakaan Pertanian dan Perkebunan Perumahan Peternakan Pinterest Plastik Proses Produksi Psikologi dan Mental Putu Gede Asnawa Dikta Puyuh Radio Rancangan Rendang Resep dan Masakan Restoran Robot Roti Salak Sambal Sampah Sandal Sapi Sayur Mayur Sejarah dan Peradaban Sekolah Semarang Seni Seni Pahat Sepatu Sepeda Sindo News Slamet Triamanto Spa Strikingly Suprapto Surabaya Surat Kabar Tahun Baru Tas Tattoo Techno Park Teh Tekhnologi Televisi Telur Terrarium Tukang Cukur Tumang Twitter Venta Agustri Vespa Wanita dan Keindahan Wawancara Wayang Website Wetz Shinoda What's Up Wine Wordpress Yoga Yogyakarta You Tube