Tuesday, February 7, 2017

Gitar bernuansa Batik dibuat oleh Pak I Wayan Tuges, 59, setelah belajar selama 2 Tahun kurang

Pak I Wayan Tuges, 59, mengaku dapat ide memadukan seni batik dan gitar berasal dari gurunya, yakni seorang seniman berkebangsaan Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 2005 dia mulai belajar dan Pada tahun 2007, kreasinya telah di ekspor ke Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa.

Keyakinan untuk meraih cita-cita yang diinginkan oleh banyak seniman Indonesia di tingkat internasional memang telah dimiliki sejak belia oleh Pak I Wayan Tuges, 59. Aslinya ia terlahir sebagai pemahat dan bakatnya tersebut telah nampak sejak ia masih berusia sangat belia, yakni umur 5 TAHUN.

Lantas saat ia menginjak pendidikan di Sekolah Dasar, tepatnya kelas 2, si anak desa sudah mampu menjual hasil karyanya ke pasar terdekat. Apa itu ?? “Di desa kami, dulu terkenal dengan burung garuda. Kelas 2 SD saya sudah bisa buat patung garuda dan langsung, itu sudah bisa dipasarin. Dan memang dari siapa saya belajar, dari ayah dan kakek,” jawabnya.

Selain pemahat yang ulung, kakeknya sendiri yang benama I Nyoman Selag juga seorang ahli desain. Banyak para pemahat hebat dari desanya pernah berguru dengan beliau. Tidak terkecuali akan catatan prestasi yang telah ditoreh oleh ayahnya, Pak I Nyoman Ritug. Seorang yang cukup terkenal di Pulau Dewata dan beliau sudah sering mendapatkan berbagai penghargaan dari para Gubernur dan Bupati kala itu.

Memang aslinya beliau berasal dari keluarga pemahat. “Sejak tahun 80-an, saya sudah berkali-kali melakukan eksibisi patung ukir di Eropa. Ilmu ukir yang saya punya ini bisa dibilang warisan dari leluhur saya,” Jelasnya pada suatu wawancara dengan Harian Kompas (20/06/2015), “Ya, barangkali karena atmosfer seni ukir yang begitu kental di lingkungan keluarga saya itulah penyebabnya. Kini, anak saya juga tidak bisa jauh dari seni ukir ini, meski latarbelakang pendidikannya di bidang ekonomi.”

Hingga pada tahun 2005, Pak Wayan Tuges berjumpa seorang guru dari Montreal, Kanada bernama Mr Danny Fonfeder. Ia menghampiri desanya di Sukawati, Gianyar, bersama gitar yang baru ia beli pada sebuah toko di Denpasar. Kebetulan Mr Danny sempat sempat iseng-iseng memperhatikan ukiran karya seniman Bali. Ada keinginan untuk memadukan gitar dengan keindahan seni ukir pulau dewata, ia kemudian bertanya kepada supir taksi dan si supir selekasnya menginjak gasnya menuju kediaman Pak Wayan. Kemudian atas dasar hal tersebut sang pria dari benua Amerika coba-coba memberikan tantangan kepada Pak Wayan, ucapnya, “You pasti bisa buat.” Seraya ia kaget mendengar pernyataan nya. Akhirnya, ia coba buat. Dimana waktu itu, ia belum mengerti sama sekali apa itu gitar. Jadi ia buat seadanya sesuai imajinasi.

Tampaknya Mr Danny tidak puas dengan hasil yang telah terbentuk, “Jadi setelah Beberapa bulan lagi, ia datang kesini dan kembali pulang. Akhirnya dia mengangkat seorang pembuat gitar dari Amerika. Kemudian gitaris dari Amerika tersebut datang ke bali dan mengajari saya,” urainya tentang darimana semua keahlian pembuatan gitar nya berasal. Nah, itu juga memerlukan proses yang tidak mudah. Kira-kira membutuhkan waktu 2 tahun kurang untuk bisa dikatakan mahir dalam memproduksi sebuah gitar.

Setelah 2 Tahun Kurang.

Saat merintis usaha pembuatan gitar, Pak I Wayan Tuges menorehkan kejutan dengan memberanikan diri untuk mempromosikan produk olahannya bermerek Blueberry Guitars pada bulan Juli 2007 di Montreal Jazz Festival. Dan tanggapan konsumen disana sangat tertarik.

Namun tetap saja, “Saya bingung dan bengong, karena gitar saya digunakan oleh seorang gitaris terkenal di Kanada. Di depan wartawan pada tahun 2007,” Lantas ia bergumam, “Oh gitar saya, bisa memiliki harga yah. Terheran-heran dan bangga. . . .Akhirnya sampai sekarang setelah lama dan saya pahami, saya cuma pakai pakemnya saja.”

Peminatnya rata-rata para kolektor dan pemusik dari Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa. Dengan harga jual antara US$ 2.000 hingga US$ 25.000 per unit, gitar ukir Pak Tuges memang lebih banyak menyasar pasar luar negeri terutama Kanada. Untuk pasar domestik sendiri, gitar ukir besutan Tuges dibanderol mulai Rp 5 juta per unit.

Batik sebagai kekayaan budaya Indonesia ternyata memberikan banyak inspirasi bagi tiap ornamen seni yang disematkan pada Blueberry Guitars. Sesuai dengan pertimbangan sumber daya desain yang berasal dari jenis kayu berkualitas, seperti: kayu mahoni, alascan spruce, rose wood, cedar, Tasmanian wood, kayu eboni, dan kayu sonokeling. Kayu-kayu tersebut diolah hingga benar-benar sempurna. Mengingat pasarnya bukan hanya di Indonesia.

Masing-masing pekerja yang berjumlah 50 orang memiliki keahlian merangkai berbagai komponen menjadi sebuah gitar. Tiap pengukiran memerlukan kehati-hatian, karena ketebalannya hanya sekitar 2 milimeter. Motif ukiran yang biasa digunakan, antara lain: romawi kuno, celtic, binatang, bunga, khasanah alam lainnya, dan berbagai motif dari antropologi Bali maupun Jawa. Kira-kira membutuhkan waktu selama 6 bulan untuk penyelesaian tiap satu gitar.

Orang bule yang pesan ke saya kadang mereka merasa segan dengan hasil seni yang saya buat, mereka merasa harga US$ 3.000 itu tidak seberapa dengan gitar yang mereka pesan. Begitu ketemu saya lagi, mereka kasih tanda terima kasih Rp 5 juta sebagai bonus,” terang pria kelahiran 7 Oktober 1952 kepada Harian Detik. Sampai saat ini Pak Tuges beserta karyawannya sudah berhasil menjual gitar akustik sebanyak 1.230 dan 40 buah untuk gitar elektrik. Tiap gitar memiliki nomor seri masing-masing. Nah, dari situlah jumlah yang ada bisa bisa diketahui.

Asal muasal merk Blueberry Guitars.

Our guitars is not just instrument. It’s art,” jelas Mr Tuges pada Majalah Making Music Magazine edisi bulan Juli 2013. Disitu ia diwawancara setelah gitarnya memperoleh penghargaan The most Beautiful Music Instrument. Gaya dan aksentuasi karyanya memang 100% terbentuk dari olahan tangan atau handmade.

Secara sederhana bahan-bahan tersebut dipahat sampai membentuk rangka gitar. Rangka kemudian diperhalus, di ukir, di cat, dipasangi senar dan diperiksa kualitas suaranya. Mengingat di benua Eropa terkenal memiliki 4 musim, bahan baku harus benar-benar kering. Jadi kualitas harus betul-betul pas. Seraya ia menambahkan, “Yang penting untuk gitar itu suaranya. Seindah apapun tampilan gitar, kalau suaranya jelek enggak mungkin orang menerima.”

Misalnya untuk suara MELLOW, kayu yang digunakan tipe lembut, contohnya cedar (kayu cemara). Bagi suara jenis BRIGHT, menggunakan jenis kayu yang lebih keras, contohnya sonokeling. Untuk gitar  jenis BOLD, biasanya ia memakai sifat kayu yang campuran, misalnya sprus. Sebenarnya kayu apapun bisa digunakan menjadi gitar, sepanjang kayu itu padat dan memiliki serat yang vertikal. Namun, tipe kayu yang paling bagus menurut pengalaman beliau adalah Balinese Coa atau dalam bahasa kampungnya sering disebut kayu kepelan.

Ngomong-ngomong tentang darimana merek Blueberry Guitars berasal. Itu semua terjadi berkat ide gurunya, Mr Danny Fonfeder. Pertemuan di tahun 2005 mengajak dia untuk bersedia membuat 2 gitar selama 4 bulan. Entah mengapa, ia dinyatakan gagal. Padahal kedua gitar tersebut sudah sangat cantik bersama ukiran yang penuh di badannya. Usut demi usut, ternyata hasil suaranya lah penyebabnya.

Lantas Mr Danny pulang ke negaranya dan kemudian datang lagi bersama sobat kentalnya, Mr George Morris. Seorang yang telah mendedikasikan dirinya sebagai guru gitar selama puluh-puluh tahun di Amerika Serikat. Selama 2 tahun pula ia intensif belajar, sukses, dan hal tersebutlah yang menyebabkan merek gitar karya Pak Tuges diambil dari nama puteri ke tiga Mr. Danny, yakni Tali Blueberry. 8 gitar awal yang diproduksi dalam sekejap langsung laku terjual pada tahun 2007.

Website: http://www.blueberryguitars.com/
Facebook: https://www.facebook.com/BlueberryGuitars/
Alamat: Jl. Baruna 5,Guwang, Sukawati, Guwang, Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali, 80582
Telepon: (0361) 298217


Pak I Wayan Tuges, 59, mengaku dapat ide memadukan seni batik dan gitar berasal dari gurunya, yakni seorang seniman berkebangsaan Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 2005 dia mulai belajar dan Pada tahun 2007, kreasinya telah di ekspor ke Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa. Pak I Wayan Tuges, 59, mengaku dapat ide memadukan seni batik dan gitar berasal dari gurunya, yakni seorang seniman berkebangsaan Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 2005 dia mulai belajar dan Pada tahun 2007, kreasinya telah di ekspor ke Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa. Pak I Wayan Tuges, 59, mengaku dapat ide memadukan seni batik dan gitar berasal dari gurunya, yakni seorang seniman berkebangsaan Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 2005 dia mulai belajar dan Pada tahun 2007, kreasinya telah di ekspor ke Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa.

Pak I Wayan Tuges, 59, mengaku dapat ide memadukan seni batik dan gitar berasal dari gurunya, yakni seorang seniman berkebangsaan Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 2005 dia mulai belajar dan Pada tahun 2007, kreasinya telah di ekspor ke Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa. Pak I Wayan Tuges, 59, mengaku dapat ide memadukan seni batik dan gitar berasal dari gurunya, yakni seorang seniman berkebangsaan Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 2005 dia mulai belajar dan Pada tahun 2007, kreasinya telah di ekspor ke Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa. Pak I Wayan Tuges, 59, mengaku dapat ide memadukan seni batik dan gitar berasal dari gurunya, yakni seorang seniman berkebangsaan Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 2005 dia mulai belajar dan Pada tahun 2007, kreasinya telah di ekspor ke Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa.

Pak I Wayan Tuges, 59, mengaku dapat ide memadukan seni batik dan gitar berasal dari gurunya, yakni seorang seniman berkebangsaan Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 2005 dia mulai belajar dan Pada tahun 2007, kreasinya telah di ekspor ke Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa. Pak I Wayan Tuges, 59, mengaku dapat ide memadukan seni batik dan gitar berasal dari gurunya, yakni seorang seniman berkebangsaan Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 2005 dia mulai belajar dan Pada tahun 2007, kreasinya telah di ekspor ke Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa. Pak I Wayan Tuges, 59, mengaku dapat ide memadukan seni batik dan gitar berasal dari gurunya, yakni seorang seniman berkebangsaan Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 2005 dia mulai belajar dan Pada tahun 2007, kreasinya telah di ekspor ke Australia, Kanada, Amerika, dan Negara-negara Eropa.
























Sumber penulisan:
http://www.kompasiana.com/arifrahman/i-wayan-tuges-seniman-gitar-ukir-yang-go-international-if-you-cant-be-the-first-or-the-best-be-the-most-unique_54f69d30a33311a17c8b520e
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/20/02524881/foto.gitar.ukir.bali.tembus.pasar.dunia
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/mengangkat-harga-gitar-dengan-batik-1
https://www.detik.com/hot/art/1705441/blueberry-gitar-ukiran-khas-bali-yang-go-international
http://news.liputan6.com/read/717260/video-gitar-ukir-bali-perpaduan-ahli-ukir-dan-pembuat-gitar
http://www.pontianaktimes.com/baca/114847/20160117/191311/motif-batik-juga-cantik-di-ukiran-kayu/
http://balebengong.net/kabar-anyar/2013/10/28/blueberry-gitar-berkelas-made-in-bali.html
http://www.thejakartapost.com/news/2013/07/03/i-wayan-tuges-wildlife-protection-through-music.html
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2456376/Bali-guitar-workshop-skilled-artisans-use-age-old-techniques.html


No comments:

Post a Comment

Waktu begitu cepat berlalu mengiring langkah dalam cerita. Terbayang selalu tatapanmu dalam lingkaran pemikiran positif ku. Para pembaca blog Warga Desa (https://warga-desa-worlds.blogspot.com) adalah teman yang terindah. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan komentar.

Label

Agama Air Minum Alat Musik Alumunium Angklung Artis Asmara Automotif Bahan Bakar Bali Bambu Bandung Bank Bank Sampah Barang Bekas Batam Batik Becak Beras Besakih Biola Blogspot Boneka Buah-buahan Budaya dan Tradisi Buka Lapak Buku Bunga Burger Burung Cafe Charlie Tjendapati CNBC Cobek Dandung Santoso Daur Ulang Desa Desain Dodol E-mail Eceng Gondok Edie Juandie Ekonomi dan Perdagangan Es Krim Facebook Flipboard Flora dan Fauna Fruit Carving Furnitur Gadget Gamelan Garam Gerai Gerobak Gitar Google Plus Gula Hari Raya Harian Merdeka Haryadi Chou Hewan Hiburan dan Wisata Hidayah Anka Hidroponik Hijab Hotel http://www.duahari.com Hukum dan Politik Indra Karyanto Instagram Internet Internet Marketing ITB Jagung Jajanan Jamu Jamur Tiram Jangkrik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jepang Kain dan Pakaian Kaleng Kalimantan Kamera Kapal Laut Karaoke Kartun Kecantikan Kecap Keju Kelautan Kelinci Kemasyarakatan Kendaraan Kerajinan Kereta Kertas Kiat dan Tip Kisah Hidup Koki Komputer dan Teknologi Kopi Koran Kuda Pustaka Kuliner Kumpulan Kurir LA Time Laptop Si Unyil Lidah Buaya Linkedin Liputan 6 Logam Lukisan Kayu Madu Mahasiswa Mainan Anak-Anak Makanan dan Minuman Malang Martabak Masyarakat dan Persoalannya Matras Melukis & Menggambar Metro TV Mineral Miniatur Minyak Atsiri Mitra Mobil Motor Musik Nana Mulyana Narapidana Net TV Ngatmin Biola Bambu Obat dan Kesehatan Olah Raga Ondel-Ondel Online Organik Organisasi Sosial Pameran Panama Papers Pantang Menyerah Papan Selancar Paper Quilling Pariwisata Peluang Usaha Pemulung Pencucian Pendidikan Penelitian Penemuan Penyanyi Penyiar Peralatan Perhiasan Perikanan Permainan Perpustakaan Pertanian dan Perkebunan Perumahan Peternakan Pinterest Plastik Proses Produksi Psikologi dan Mental Putu Gede Asnawa Dikta Puyuh Radio Rancangan Rendang Resep dan Masakan Restoran Robot Roti Salak Sambal Sampah Sandal Sapi Sayur Mayur Sejarah dan Peradaban Sekolah Semarang Seni Seni Pahat Sepatu Sepeda Sindo News Slamet Triamanto Spa Strikingly Suprapto Surabaya Surat Kabar Tahun Baru Tas Tattoo Techno Park Teh Tekhnologi Televisi Telur Terrarium Tukang Cukur Tumang Twitter Venta Agustri Vespa Wanita dan Keindahan Wawancara Wayang Website Wetz Shinoda What's Up Wine Wordpress Yoga Yogyakarta You Tube